Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal pesiar
ilustrasi kapal pesiar (pixabay.com/Nikon-2110)

Intinya sih...

  • Overtourism bikin warga lokal kewalahanBanyak kota pelabuhan merasa wisata kapal pesiar justru menimbulkan masalah baru, yakni overtourism alias kelebihan wisatawan.

  • Dampak lingkungan yang semakin terasaKapal pesiar juga meninggalkan jejak karbon dan polusi laut yang gak sedikit, mempercepat kerusakan fondasi bangunan bersejarah dan mencemari kanal.

  • Ekonomi lokal belum tentu ikut naikFaktanya gak semua pelaku usaha lokal merasakan dampaknya, kondisi ini bikin roda ekonomi lokal tetap stagnan, bahkan kadang merugikan bisnis yang sudah lama berdiri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan kamu sedang menikmati sore yang tenang di kota tepi laut yang indah, tiba-tiba sebuah kapal pesiar raksasa berlabuh dan mengeluarkan ribuan turis yang memadati setiap sudut kota. Suasana tenang itu pun langsung berubah menjadi riuh seperti pasar.

Fenomena inilah yang menjadi salah satu alasan utama kenapa semakin banyak kota pelabuhan di dunia yang memutuskan untuk menutup pintu mereka bagi kapal pesiar besar. Keputusan ini mungkin mengejutkan, terutama setelah pandemik yang menghantam ekonomi global. Namun, bagi banyak kota, dampak negatif dari overtourism atau kelebihan wisatawan dinilai lebih merugikan daripada manfaat ekonominya.

Coba kita telusuri alasan kenapa kota pelabuhan menutup pintu untuk kapal pesiar belakangan ini melalui ulasan berikut. Salah satunya mungkin akan sesuai dengan tebakanmu!

1. Overtourism bikin warga lokal kewalahan

ilustrasi kapal pesiar (pixabay.com/neufal54)

Banyak kota pelabuhan merasa wisata kapal pesiar justru menimbulkan masalah baru, yakni overtourism alias kelebihan wisatawan. Di Key West, Florida, misalnya, ribuan penumpang kapal pesiar yang turun setiap hari membuat kawasan bersejarah kota jadi terlalu ramai. Toko-toko lokal berubah jadi deretan kios suvenir murah dan suasana khas kota ikut memudar.

Warga setempat bahkan sampai melakukan voting pada 2020 untuk membatasi jumlah kapal dan penumpang yang boleh singgah. Mereka berpendapat kalau wisatawan kapal pesiar umumnya cuma berkunjung sebentar tanpa memberi dampak ekonomi berarti ke bisnis kecil, seperti restoran atau penginapan lokal. Akibatnya, manfaat ekonominya gak sebanding dengan gangguannya terhadap kenyamanan warga.

2. Dampak lingkungan yang semakin terasa

Venesia, Italia (pexels.com/Leeloo The First)

Selain bikin kota padat, kapal pesiar juga meninggalkan jejak karbon dan polusi laut yang gak sedikit. Di Venesia, Italia, pemerintah akhirnya melarang kapal besar masuk ke laguna kota karena dinilai mempercepat kerusakan fondasi bangunan bersejarah dan mencemari kanal. Langkah ini bahkan disambut baik oleh Komite Warisan Dunia UNESCO yang sejak 2014 mendorong agar Venesia melindungi diri dari dampak pariwisata massal.

Contoh lain datang dari Mallorca, Spanyol. Puluhan ribu warga menandatangani petisi untuk membatasi jumlah kapal pesiar karena pelabuhan Palma tercatat sebagai kota pelabuhan paling tercemar kedua di Eropa menurut laporan Transport & Environment, organisasi yang fokus pada transportasi berkelanjutan. Warga mengeluh udara makin kotor dan suasana kota berubah seperti taman hiburan.

3. Ekonomi lokal belum tentu ikut naik

Key West, Florida, Amerika Serikat (pexels.com/PeopleByOwen)

Meski kedatangan ribuan wisatawan terdengar menguntungkan, faktanya gak semua pelaku usaha lokal merasakan dampaknya. Banyak pemilik toko dan restoran kecil di kota pelabuhan mengatakan penumpang kapal pesiar cenderung cuma berjalan-jalan sebentar, lalu kembali ke kapal untuk makan atau berbelanja di sana.

Kondisi ini bikin roda ekonomi lokal tetap stagnan, bahkan kadang merugikan bisnis yang sudah lama berdiri. Di Key West, beberapa pemilik usaha justru lebih senang ketika pandemik membuat kapal pesiar berhenti beroperasi. Laut jadi lebih bersih, dan mereka bisa menarik wisatawan yang datang untuk tinggal lebih lama.

4. Namun, kapal pesiar juga punya nilai ekonomi besar

ilustrasi kapal pesiar (pixabay.com/rhae)

Gak bisa dimungkiri, industri kapal pesiar punya peran besar dalam ekonomi global. Berdasarkan laporan Cruise Lines International Association (CLIA) tahun 2021, sekitar 30 juta orang berlayar dengan kapal pesiar pada 2019. Industri ini menyerap 1,2 juta tenaga kerja dan menghasilkan lebih dari 154 miliar dolar AS untuk ekonomi dunia.

Beberapa wilayah bahkan sangat bergantung pada bisnis ini. Di Alaska, misalnya, berhentinya kapal pesiar saat pandemik menyebabkan kerugian sekitar 250 juta dolar AS hanya di satu kota kecil bernama Ketchikan. Karena itulah, banyak pemerintah daerah enggan menutup pelabuhan sepenuhnya, takut kehilangan pemasukan besar dan lapangan kerja bagi warganya.

5. Industri mulai berbenah lewat teknologi hijau

ilustrasi kapal pesiar (pixabay.com/pixabay)

Meski sering dikritik, industri kapal pesiar gak tinggal diam. Menurut laporan CLIA, perusahaan-perusahaan besar sudah berinvestasi lebih dari 23,5 miliar dolar AS untuk membangun kapal dengan teknologi ramah lingkungan. Mereka menargetkan pengurangan emisi karbon hingga 40 persen pada 2030 dibanding 2008.

Beberapa pelabuhan juga mulai berkolaborasi dengan perusahaan kapal pesiar untuk mengatur jadwal kedatangan agar tidak menimbulkan kemacetan wisatawan. Di Dubrovnik, Kroasia, misalnya, pihak kota bekerja sama dengan operator kapal untuk membatasi jumlah turis yang turun di jam tertentu. Sedangkan Barcelona memilih strategi berbeda: mengarahkan fokus pada wisatawan yang menginap lebih lama di kota sebelum berlayar, karena pengeluaran mereka jauh lebih besar.

6. Mencari keseimbangan antara ekonomi dan keberlanjutan

ilustrasi kapal pesiar (pexels.com/Julia Volk)

Meskipun banyak kritik, kapal pesiar tampaknya tetap akan jadi bagian penting dari industri pariwisata dunia. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kota pelabuhan dan perusahaan bisa berjalan seimbang: menjaga kelestarian alam sekaligus tetap menghidupkan ekonomi lokal.

Menurut Heidi Allison, konsultan perjalanan sekaligus presiden CruiseCompete dan editor-in-chief All Things Cruise, masalah utama terletak pada ukuran kapal dan sistem lama yang sejak awal belum dirancang ramah lingkungan. Ia menjelaskan bahwa butuh waktu panjang agar industri bisa beradaptasi sepenuhnya, tapi arah perubahannya sudah mulai terlihat.

Kamu mungkin setuju, keputusan menutup pelabuhan untuk kapal pesiar bukan hal sederhana. Di satu sisi, langkah ini bisa melindungi lingkungan dan identitas kota. Tapi di sisi lain, ada ribuan pekerjaan dan bisnis yang bergantung pada wisata bahari. Kuncinya bukan melarang sepenuhnya, melainkan mencari keseimbangan antara keberlanjutan dan ekonomi.

Selama kedua pihak mau berbenah dan saling mendengarkan, bukan gak mungkin wisata kapal pesiar bisa tetap berjalan tanpa mengorbankan keindahan kota pelabuhan di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team