5 Kisah Seram di Balik Keindahan Bukit Gombel-Semarang, Bikin Ngeri!

Bukit Gombel dipercaya sebagai salah satu tempat pemakaman kuno etnis Tionghoa di Semarang. Namun, pada era Pemerintahan Hindia Belanda, dibangun jalan yang membelah bukit tersebut. Hal tersebut memicu pelawanan dari masyarakat Tionghoa.

Untuk melakukan upaya pemindahan makam, membutuhka ritua panjang sesuai dengan tradisi Tionghoa. Apalagi makam yang dipindahkan jumlahnya juga banyak.

Masyarakat Tionghoa tidak kuasa melawan pemerintahan saat itu. Kini diyakini masih banyak jasad yang belum dibindahkan dan terkubur di bawah aspal atau pemukiman di Bukit Gombel.

Selain itu, terdapat makam misterius sepanjang empat meter di puncak bukit. Makam tersebut memang sengaja dibiarkan begitu saja. Sebab, masyarakat khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan, jika dipindahkan.

Sebuah bangunan hotel yang dibangun pada 1970-an menjadi hotel paling megah di kawasan tersebut pada 1980-an. Luasnya sekitar 12 hektare dengan 24 kamar, kolam renang, dan banyak fasilitas pendukung lainnya. Terlebih, telah dilengkapi helipad yang tidak semua hotel punya kala itu.

Namun, adanya sengketa antara bank dan pemilik hotel, membuat hotel tersebut sepi pengunjung. Meski pemandangan yang ditawarkan menjadi salah satu nilai lebih hotel tersebut.

Lambat laun, hotel tersebut tidak terurus dan dihuni keluarga seorang satpam yang pernah bekerja di sana. Keberadaan hotel ini tidak lepas dari isu supranatural.

Konon, selama beroperasi banyak kejadian aneh, seperti pegawai yang kesurupan, penampakan makhluk halus, dan kamar yang tiba-tiba berantakan. Di sini pula pernah menjadi tempat pembunuhan dan bunuh diri.

Kisah seram semakin santer yang dihubungkan lokasi pembangunan hotel. Kabarnya, lokasi itu merupakan tanah bekas kuburan Tionghoa pada masa Hindia Belanda yang sengaja diratakan.

Sebuah mata air yang dikenal sebagai Sendang Pengantin, terletak di tengah permukiman warga wilayah Gombel Lama, Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik. Dahulu memang berupa tempat terbuka, kini sudah dikelilingi dinding di sekitar mata air.

Mata air tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, tapi juga tempat melakukan ritual. Kisahnya, ada rombongan pengantin yang tengah melewati kawasan Bukit Gombel.

Kepercayaan masyarakat kala itu, harus memberikan korban berupa ayam putih mulus atau melempar uang receh untuk menolak bala. Karena, rombongan tersebut tidak mengindahkan, maka mengalami kecelakaan maut.

Namun, ada pula kisah yang beredar bahwa sepasang pengantin menghilang di tempat tersebut. Menurut kepercayaan kala itu, pengantin baru tidak boleh keluar rumah sebelum lima hari.

Serangkaian kecelakaan hingga meregang maut kerap terjadi di Bukit Gombel. Sejumlah kelokan dan tanjakan maupun turunan memang menjadi hal yang umum di daerah perbukitan atau pegunungan.

Demikian pula di Bukit Gombel, sebuah lokasi yang berupa tanjakan kecil yang naik 75 derajat disebut-sebut sebagai tempat kerajaan gaib. Konon, sosok gaib kerap menggoda dan mengganggu pengendara dengan tipu muslihat.

Godaannya pun beragam, ada yang menampakkan diri di tepi jalan, ada pula yang menyeberang secara mendadak. Hal ini membuat pengendara terkejut dan jadi salah satu penyebab kecelakaan.

Jika sering terjadi kecelakaan, maka warga setempat akan melakukan ritual dengan menanam kepala sapi. Salah satu sosok yang sering muncul, yakni perempuan berbaju putih gading di sisi jalan. Ia melambaikan tangan seolah sedang mencari tumpangan.

Seperti namanya yang mirip, Bukit Gombel dikaitkan dengan makhluk halus, wewe gombel. Sosok tersebut dikenal suka menculik anak-anak dan menyembunyikannya.

Cerita ini pun kerap digunakan orang tua untuk menakut-nakuti anaknya, supaya tidak keluyuran saat petang atau keluar rumah sendirian. Sosok wewe gombel tersebut dianggap sebagai jelmaan wanita yang rohnya gentayangan.

Ia bunuh diri di sebuah pohon di Bukit Gombel. Namun, wewe gombel dapat berbubah menjadi berbagai wujud an ukuran. Kisah seram tentang Bukit Gombel tersebut tidak menyurutkan niat pengunjung untuk menikmati keindahan Semarang dari atas bukit.

Mereka yang bernyali besar pun sengaja menjadikannya tempat wisata horor untuk uji nyali. Bahkan, menginspirasi munculnya batik wewe gombel, lho.