safari gurun di Dubai dan Al Razeen, Abu Dhabi (unsplash.com/hariskhan488 | unsplash.com/salman_sidheek)
Dulu, Dubai merupakan kota nelayan dan penghasil mutiara yang kecil. Sejak ditemukan minyak bumi pada pertengahan abad ke-20, Dubai berubah menjadi kota modern dan kaya. Perkembangan tersebut menarik perhatian internasional yang mengundang banyak investor dan ekspatriat untuk datang ke Dubai.
Lambat laun, keterbukaan masyarakat Dubai membuat budaya mereka semakin kaya dan beragam, yakni perpaduan tradisi Arab dan pengaruh internasional yang kuat. Walau bahasa resminya adalah bahasa Arab, tapi bahasa Inggris juga umum digunakan.
Abu Dhabi memiliki sejarah lebih panjang dengan peradaban sejak 3000 SM. Abu Dhabi mirip dengan Dubai, sempat berkembang melalui perdagangan dan bisnis mutiara. Setelah minyak bumi ditemukan, berkembanglah menjadi kota kosmopolitan.
Dari segi budaya, Abu Dhabi lebih konservatif dan disebut jantung budaya Uni Emirat Arab. Kaligrafi Arab menjadi seni yang banyak diajarkan kepada siapa pun yang ingin mempelajarinya. Banyak penduduk setempat yang kerap mengenakan pakaian tradisional dishdasha (kemeja panjang) dengan gutra (hiasan kepala bermotif kotak-kotak) dan abaya.
Perbedaannya semakin tampak saat kamu datang ke sejumlah wisata serupa. Misalnya, kamu melakukan safari gurun di Dubai dan Abu Dhabi. Safari gurun di Dubai akan menawarkan fasilitas lebih modern, seperti tenda mewah, kolam renang, kendaraan bermotor, hingga spa. Sedangkan safari gurun di Abu Dhabi lebih tradisional dan fokus pada aktivitas seperti balap unta, berkemah semalam, dan naik unta di bukit pasir.