Belum adanya pembatasan jumlah wisatawan membuat turis yang datang membludak. Hal ini biasa terjadi pada musim liburan, terutama saat Lebaran. Bahkan, banyak juga wisatawan yang rela menginap di masjid karena hotel, resort, karena rumah warga sudah penuh.
"Permasalahan utama kami adalah tidak adanya tempat pembuangan akhir," kata Ade. Masyarakat sudah meminta pemerintah untuk membuatkan tempat pembuangan akhir, tetapi belum ada tanggapan hingga kini.
Meski pemerintah sudah menyediakan tong sampah di area wisata, hal ini belum menjawab permasalahan utama yaitu tempat pembuangan akhir.
Saat ini warga hanya bisa mengumpulkan sampah dan membakarnya, meski ini belum jadi solusi pasti. Pasalnya, membakar sampah bisa mengakibatkan polusi yang bisa mengancam kesehatan warga.
Pihak travel agent sudah mengadakan pertemuan dan membicarakan hal ini. Mereka mengimbau para pemandu wisata untuk selalu mengingatkan wisatawan agar tidak membuang sampah sembarangan.
Setiap kapal juga dibekali minimal satu kantong plastik untuk menampung sampah dari wisatawan. Bahkan, ada kelompok anak pantai yang beranggotakan sekitar 70 anak kampung Derawan asli.
Mereka dijadwalkan untuk membersihkan pesisir pantai sekali dalam seminggu. Para pemandu wisata juga mengagendakan tiga kali dalam seminggu untuk membersihkan tempat wisata. Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian dan kebersihan pulau.