5 Fakta Sejarah Chang'an, Kerap Disebut dalam Kisah Sun Gokong

- Chang'an adalah kota kuno yang pernah menjadi ibukota untuk tiga pemerintahan dinasti Kekaisaran China.
- Chang'an dikenal sebagai pusat perdagangan di Jalur Sutera, memiliki tembok benteng setinggi 12 meter, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik.
- Kisah Sun Gokong diangkat dari novel "Journey to the West" yang bercerita tentang biksu asal Chang'an bernama Tang Sanzang beserta ketiga muridnya.
Penikmat kisah Sun Gokong pastinya tidak asing dengan nama daerah Chang'an. Dalam kisah Sun Gokong, Chang'an merupakan salah satu nama tempat yang kerap disebut oleh Biksu Tong Sam Chong.
Walaupun kisah Sun Gokong adalah karangan, Chang'an sebenarnya bukanlah sesuatu yang fiktif. Menurut Britannica, Chang'an adalah kota kuno yang pernah berstatus ibukota untuk tiga pemerintahan dinasti Kekaisaran China.
Meski banyak disebut sebagai nama kuno dari kota modern Xi'an, beberapa sumber sejarah mengatakan bahwa Chang'an sebenarnya berada tak jauh dari pusat Kota Xi'an. Mari kita simak 5 fakta sejarah menarik seputar Chang'an!
1. Dalam bahasa Mandarin, Chang'an bermakna damai untuk selamanya

Chang'an diperkirakan sudah menjadi kawasan pemukiman sejak zaman Neolitikum atau era masyarakat bercocok-tanam. Dikelilingi gunung dan dekat dengan aliran Sungai Kuning dan Sungai Wei, membuat daerah tersebut memiliki tanah yang subur serta didukung pertahanan alam dari serangan musuh.
Atas posisinya yang strategis sebagai sebuah kota, kawasan tersebut dinamakan Chang'an yang bermakna damai selamanya. Ketika Dinasti Shang atau dinasti pertama Kekaisaran China berdiri pada 1600 SM, Chang'an menjadi salah satu kota penting bagi pemerintahan tersebut. Walau begitu, kota ini baru berstatus sebagai ibukota untuk pertama kalinya pada 206 SM ketika Dinasti Han berkuasa, dikutip dari World History Encyclopedia.
2. Chang'an menjadi kota perdagangan internasional karena terletak di ujung timur Jalur Sutera

Jalur Sutera dikenal sebagai jalur perdagangan tertua yang menghubungkan peradaban China di timur dan Romawi di barat. Jika ujung barat Jalur Sutera berada di Roma, maka ujung timurnya terletak di Chang'an.
Jalur Sutera sudah dimulai sejak Dinasti Han berkuasa. Karena berperan penting dalam jalur perdagangan internasional, pemerintahan Dinasti Han memulai pembangunan tembok benteng setinggi 12 meter dan lebar mencapai 16 meter yang mengelilingi kota tersebut.
Tembok benteng yang mengelilingi Chang'an dilengkapi dengan 12 gerbang kota serta dikelilingi parit selebar 8 meter dan kedalaman 3 meter. Selain benteng, istana, kantor pemerintahan, dan kuil, Dinasti Han juga membangun fasilitas perdagangan seperti pasar serta pusat kerajinan logam dan keramik, dikutip dari Thoughtco.
3. Puncak kejayaan Chang'an terjadi pada abad 8 M saat Dinasti Tang berkuasa

Selain Dinasti Han, Chang'an juga menjadi ibukota bagi pemerintahan Dinasti Sui (581–618 M) dan Dinasti Tang (618–907 M). Pada masa pemerintahan Dinasti Sui, nama Chang'an sempat berubah menjadi Daxing.
Era pemerintahan Dinasti Sui ditandai dengan banyaknya pembangunan danau buatan dan sistem tata kota yang terintegrasi dengan alam. Dikutip dari Thoughtco, tata kota era Dinasti Sui tersebut kemudian menjadi model bagi kota-kota lainnya dan diteruskan hingga era Dinasti Tang.
Memasuki abad ke-8, Chang'an menjadi salah satu kota termakmur di Asia Timur. Kota tersebut dihuni oleh 3 juta penduduk yang berasal dari berbagai wilayah China maupun luar China.
Chang'an merupakan pusat perdagangan segala jenis komoditas, dari rempah-rempah, keramik, produk olahan logam, hingga furnitur. Kemakmuran Chang'an pada masa ini dapat terlihat dari berbagai fasilitas publik yang ada seperti kanal, pusat industri manufaktur, kawasan pemukiman mewah, taman kota, juga banyaknya kuil Buddha dan pagoda, dikutip dari World History Encyclopedia.
4. Chang'an menjadi kota penting dalam kisah Sun Gokong

Kisah Sun Gokong yang kita lihat di versi serial TV ataupun film, sebenarnya diangkat dari novel Journey to the West yang terbit di abad 16. Dalam cerita tersebut, ada biksu asal Chang'an bernama Tang Sanzang beserta ketiga muridnya yang berada dalam perjalanan ke India untuk mencari kitab suci.
Karakter Tang Sanzang, atau yang lebih kita kenal sebagai Tong Sam Chong, ternyata diambil dari kisah nyata seorang biksu bernama Xuanzang yang lahir pada 602 M. Lahir dari keluarga berpendidikan, Xuanzhang memiliki ketertarikan untuk mempelajari naskah-naskah Buddha.
Dikutip dari Britannica, Xuanzang menghabiskan waktu di Chang'an dan Sichuan untuk mempelajari filsafat Buddha. Tak puas sampai di situ, pada 629 M, dia memutuskan untuk pergi ke India untuk memperdalam pengetahuannya seputar filsafat Buddha serta mempelajari bahasa Sansekerta.
Setelah 16 tahun menimba ilmu di India, Xuanzang kembali ke Chang'an dan mengabdikan dirinya untuk penerjemahan naskah Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Mandarin. Xuanzang dikenal luas sebagai biksu dari Chang'an yang membawa pengaruh besar terhadap penyebaran agama Buddha di China.
5. Dua pemberontakan besar menjadi penyebab kemunduran Chang'an

Dinasti Tang berhasil membawa Chang'an mencapai puncak kejayaan. Sayangnya bencana kekeringan dan kelaparan harus terjadi sekitar tahun 870 M. Situasi ini membuat para penduduk ingin menggulingkan pemerintahan Dinasti Tang dan bergabung dengan kelompok pemberontak di bawah pimpinan Huang Chao.
Huang Chao masuk ke dalam dunia kriminal setelah dirinya tidak berhasil lolos ujian pegawai pemerintahan. Pada 881, Huang Chao dan pasukannya sempat menguasai Chang'an dan memporak-porandakan kota tersebut. Dua tahun berselang, tentara Dinasti Tang berhasil merebut kembali Chang'an dengan bantuan bangsa Turki yang hidup nomaden, dikutip dari New World Encyclopedia.
Walau sempat diambil kembali oleh Dinasti Tang, Chang'an mendapat serangan pemberontakan besar untuk kedua kalinya. Pada 904 M, seorang pemberontak Zhu Quanchong memimpin upaya penggulingan Dinasti Tang sekaligus memindahkan ibukota China dari Chang An menuju Luoyang.
Kemunduran Chang'an terjadi bersamaan dengan runtuhnya pemerintahan Dinasti Tang. Meski ditinggalkan begitu saja hingga menjadi reruntuhan, sejarah tetap mengingat penataan wilayah Kota Chang'an sebagai sumber inspirasi pembangunan beberapa kota penting di Asia Timur seperti Nara di Jepang dan Gyeongju di Korea Selatan.