5 Tradisi Unik Orang Madura saat Menyambut Lebaran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak terasa Lebaran tinggal menghitung hari, nih. Dengan mayoritas orang Indonesia yang beragama Islam, tentu setiap daerah punya cara atau tradisi tersendiri dalam merayakan lebaran atau Idulfitri yang berbeda dan unik.
Seperti di Madura misalnya, orang-orang di sana punya tradisi ter-ater atau membagikan makanan berupa nasi dan lauk kepada para tetangga. Bahkan, mereka menyembelih sendiri ayam atau bebek yang akan diolah menjadi masakan saat lebaran.
Tak hanya itu, berikut beberapa tradisi orang Madura saat menyambut Lebaran yang tetap dilestarikan sampai saat ini. Yuk, cek fakta-faktanya di bawah ini!
1. Ter-ater atau mengantarkan makanan kepada para tetangga
Sebagian daerah di Indonesia tentu punya kebiasaan yang sama, yakni membagikan makanan kepada tetangga, seperti orang Madura. Di Madura, tradisi ini disebut ter-ater. Sebenarnya ini tidak hanya dilakukan saat Idulfitri saja, tetapi pada hari-hari tertentu juga.
Bahkan, untuk ayam yang digunakan sebagai bahan memasak pun orang Madura akan menyembelihnya sendiri, lho. Orang Madura punya ciri khas memelihara ayam, itik, atau bebek di belakang rumah mereka. Ayam atau daging sapi menjadi salah dua lauk yang biasa dibagi-bagikan kepada tetangga.
Selain itu, ada masakan pendamping, seperti bihun kecap atau serundeng, yang ditata rapi bersama nasi putih. Meski sedang pandemik, tradisi ter-ater tetap dilestarikan sampai saat ini untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga.
2. Nyabis atau berkunjung ke rumah tokoh agama
Sejak kecil, orang Madura sudah diajarkan ilmu agama di musala atau masjid. Karena hal tersebut, tokoh agama dan kyai punya posisi yang tinggi di Pulau Madura. Jadi, jangan heran kalau orang Madura kerap meminta pendapat tokoh agama atau kiai untuk urusan sosial mereka.
Saat Idulfitri, ada tradisi nyabis atau mirip dengan sowan dalam bahasa Jawa. Ini merupakan salah satu cara orang Madura bersilaturahmi dengan tokoh agama atau kiai. Menurut orang Madura, meski seorang murid sudah memiliki ilmu atau wawasan yang luas, tetapi tidak boleh melupakan jasa guru langger atau guru mengaji.
Selain itu, terkadang tujuan orang Madura nyabis bukan hanya itu saja, lho. Beberapa dari mereka punya tujuan tertentu, seperti meminta pendapat atau nasihat terkait pekerjaan atau rencana yang akan mereka lakukan ke depannya. Lebih mudahnya, meminta doa dan restu.
3. Toron atau pulang kampung
Editor’s picks
Kalau kebanyakan orang menyebut pulang kampung dengan istilah mudik. Beda halnya dengan orang Madura, nih. Di Madura, pulang kampung biasa disebut dengan toron atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti turun.
Orang Madura menempatkan Pulau Madura di bawah, sehingga siapa pun yang merantau, menikah, dan bekerja ke luar daerah, maka mereka akan toron atau mudik. Toron menjadi tradisi yang wajib dilakukan saat Idulfitri agar bisa berkumpul kembali dengan keluarga di Pulau Madura.
Namun, asal kamu tahu, tradisi toron sebenarnya tidak hanya dilakukan saat Idulfitri saja, lho. Pada hari-hari besar lainnya, seperti Iduladha dan Maulid Nabi, orang Madura akan toron atau pulang ke kampung halaman untuk merayakannya bersama keluarga.
Baca Juga: 10 Tradisi Ramadan di Beberapa Negara Afrika, Menarik Disimak!
4. Memasak ketupat saat memasuki hari ketujuh setelah Idulfitri
Meski Idulfitri identik dengan ketupat, tetapi orang Madura tidak memasak itu untuk dihidangkan saat Lebaran, lho. Bahkan saat berkunjung ke rumah orang Madura saat Idulfitri, kamu tidak akan menjumpai ketupat di meja makan mereka. Nasi putih adalah pengganti ketupat saat Idulfitri di Pulau Madura.
Tidak adanya ketupat, bukan berarti ini dilarang, ya. Ketupat biasanya disajikan saat memasuki hari ketujuh setelah Idulfitri atau yang biasa disebut dengan lebaran ketupat. Saat itu, barulah orang Madura membuat sendiri ketupat bawang dari janur atau daun pohon kelapa.
Kalau kamu belum tahu, ketupat bawang adalah ketupat khas orang Madura yang berbentuk segi empat. Itu sebabnya saat Idulfitri tidak ada ketupat yang dihidangkan bersama opor ayam dan beberapa masakan yang lain.
5. Pelaksanaan festival daul
Meski sempat terhenti karena pandemik, tetapi sebelumnya tradisi seni musik khas Madura ini selalu ada tiap tahun untuk menyambut Idulfitri, terutama di Kabupaten Sampang. Ul-daul atau daul berawal dari pengembangan seni musik tong-tong yang sudah melekat dengan Pulau Madura.
Namun, seni musik tong-tong pukulannya monoton, sementara daul melahirkan irama yang lebih dinamis sebagaimana musik perkusi. Saat festival daul, alat musik yang digunakan cukup lengkap, ditambah hiasan dan pengeras suara yang menelan biaya sampai Rp30 juta.
Selain itu, festival daul biasanya diikuti oleh orang-orang dari setiap daerah di Pulau Madura untuk memperebutkan posisi pertama dengan hadiah yang tentu saja nominalnya cukup fantastis. Daul menjadi tradisi yang melekat dalam menyambut Idulfitri yang didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah di Pulau Madura.
Sesuai dengan artinya, tradisi harus terus dilakukan agar tidak hilang ditelan oleh zaman. Daul atau ul-daul menjadi salah satu bukti bahwa ada perkembangan seni musik yang terjadi di Pulau Madura. Cukup unik, kan?
Baca Juga: 5 Penyebab Seseorang Jadi Shopaholic Jelang Lebaran, Tradisi!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.