5 Wisata Religi Ponorogo yang Bersejarah dan Menarik untuk Dikunjungi

Tak hanya terkenal dengan kesenian reognya, Kabupaten Ponorogo juga memiliki beberapa wisata religi yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa di antaranya bahkan menjadi tempat bersejarah, seperti makam-makam bersejarah hingga masjid-masjid kuno.

Dengan singgah di wisata religi tersebut, kamu bisa menambah pengalaman spiritual dan pengetahuan. Terutama saat bulan suci Ramadan seperti sekarang ini.

Berikut beberapa wisata religi di Ponorogo yang patut kamu kunjungi saat akhir pekan. Bisa juga sebagai inspirasi destinasi libur Lebaran nanti.

Pertama, ada Masjid Jami' Tegalsari yang berada di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Masjid yang sudah ada sejak abad ke-17 ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Dibangun pada 1742 oleh tokoh ulama besar, yakni Kyai Ageng Hasan Besari.

Di dalam kompleks masjid, terdapat makam Kyai Ageng Muhamad Besari dan Kyai Ageng Hasan Besari yang juga menjadi jujugan wisata religi. Masjid Jami' Tegalsari menyimpan kitab yang ditulis Ronggo Warsito yang umurnya mencapai 170 tahun. Pada bagian timur kompleks masjid, terdapat Ndalem Kyai Ageng dengan bangunan yang masih asli, serta dua batu purbakala yang difungsikan sebagai tempat pijakan masuk masjid.

Masjid Jami' Tegalsari juga menjadi saksi sejarah, karena menjadi tempat belajar pahlawan nasional H.O.S Cokroaminoto dan Pujangga Jawa, yakni Raden Ngabehi Ronggowarsito. Untuk ke sini, kamu bisa langsung menuju ke Alun-alun Barat Kabupaten Ponorogo. Lokasinya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari pendapa Kabupaten Ponorogo.

Makam Bathoro Katong termasuk salah satu destinasi favorit di Ponorogo. Lokasinya berada di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, tepatnya sebelah timur Pasar Pon Ponorogo.

Menurut sejarah, Bhatoro Katong adalah salah satu putra dari Prabu Brawijaya V dari istri Pangrambe. Konon, makam ini keramat bagi masyarakat Ponorogo, karena Raden Bathoro Katong merupakan tokoh pendiri Kabupaten Ponorogo.

Selain itu, terdapat beberapa makam tokoh pendiri Ponorogo lainnya di kompleks ini, yakni Patih Selo Aji dan Ki Ageng Mirah. Ada pula makam Kyai Zen Kalyubi yang juga merupakan tokoh perintis kader inti Banser Nahdhatul Ulama yang berada di samping kompleks makam Bathoro Katong.

Ada beberapa bukti peninggalan benda bersejarah di sini. Salah satunya sepasang batu gilang. Masyarakat sekitar percaya kalau di dalam batu tersebut terdapat Candra Sengkala Memet yang berisi tulisan tentang berdirinya Kabupaten Ponorogo.

Jika ingin berziarah ke makam Bathoro Katong, pastikan kamu menghubungi juru kunci makam terlebih dahulu, karena pintu masuk makam selalu dikunci.

Berikutnya, ada kompleks makam Astana Srandil yang berlokasi di Desa Srandil, Kecamatan Badegan. Lokasinya sekitar tujuh kilometer dari pusat kota.

Makam Astana Srandil merupakan tempat pemakaman bupati Kabupaten Sumoroto. Dahulu, Ponorogo terbagi menjadi tiga wilayah bagian, yakni Kabupaten Sumoroto di wilayah barat, Kabupaten Kutho Wetan di kota lama, dan Kabupaten Polorejo di utara.

Terdapat beberapa tokoh yang dimakamkan di Astana Srandil, antara lain Raden Mertokusumo, Raden Mas Brotodirjo Bupati Sumoroto III, Mas Adipati Brotodiningrat, Warok Suromenggolom, dan Eyang Potromenggolo.

Arsitektur bangunan di sini masih cukup terjaga, lho. Gerbangnya masih berbentuk candi dan pemakamannya memiliki ciri khas Hindu dan Islam.

Kyai Donopura termasuk salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Ponorogo. Beliau melakukan misi tersebut bersama dua adiknya, yakni Kyai Noyopuro dan Nyai Wongsopuro.

Jika kamu ingin ke sini, datanglah langsung ke Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Lokasinya tepat di sisi barat desa dan dekat dengan Sungai Keyang.

Disebutkan bahwa Kyai Donopuro meninggalkan "warisan" berupa masjid kecil berusia 423 tahun. Bahkan, masjid tersebut masih digunakan sampai sekarang.

Masjid Agung Ponorogo atau yang bernama Masjid Agung R.M.A.A Tjokronegoro termasuk salah satu tempat singgah banyak orang saat ke Ponorogo. Masjid ini didirikan pada 1858 oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro.

Daya tarik masjid ini sembilan kubah kecil berwarna hijau sebagai simbol sembilan wali alias wali songo. Dulunya, pembangunan masjid ini hanya ditujukan sebagai musala. Namun, kemudian dibangun ulang oleh Adipati Tjokronegoro dengan menggunakan 16 tiang kayu jati sebagai pilar utama.

Konon, pembangunannya dikerjakan tukang kayu khusus dari Kerajaan Solo dengan kondisi suci. Diketahui pemugaran Masjid Agung Ponorogo sudah dilakukan sebanyak tiga kali.

Pertama oleh Bupati Soemadi pada 1975, lalu yang kedua pada 1984 oleh Bupati Soebarkah. Terakhir, pemugaran dilakukan oleh Bupati Markum Singodimedjo pada 1995.

Itu dia beberapa wisata religi yang bersejarah di Ponorogo. Jangan lupa untuk singgah ke sini saat sedang ke Ponorogo, ya!

5 Wisata Religi Ponorogo yang Bersejarah dan Menarik untuk Dikunjungi

Intinya sih...

Editorial Team

Tonton lebih seru di