Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Di dunia ini, menurut gue, gak ada yang namanya gak bisa. Cuma masalahnya mau apa enggak.
Febrian mempercayai kalimat itu sebagai sebuah “mantra” yang mengubah hidup manusia supaya mereka bisa lebih maju berkali lipat. Bagaimana tidak, sebelum mencapai titik kariernya yang sekarang, pria yang kini dikenal sebagai traveler tersebut telah melalui lika-liku hidup yang lumayan untuk menemukan passion.
Kisah ini diceritakannya pada suatu siang di akhir pekan, di sela kesibukannya melancong. Kala itu, pada pertengahan September, Febrian menyempatkan diri membagi pengalaman kepada netizen di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Perbincangan ini terjadi lantaran banyak pihak bertanya, bagaimana caranya ia “bekerja” menjadi seorang traveler yang dibayar perusahaan.
Febrian, seperti yang telah dikenal banyak orang, berprofesi sebagai host di Jurnal Indonesia Kaya.
Ia juga menjadi pengisi konten di laman yang mempromosikan pariwisata Indonesia tersebut. Musababnya, profesi pria asal Jawa Barat itu menuntutnya menjadi seorang pejalan. Pekerjaan melancong sekaligus menceritakan apa yang ia temui, ia alami, dan ia dapatkan dalam perjalanan telah menjadi impiannya sejak dulu. Menariknya, ternyata, pekerjaan tersebut juga diimpikan banyak orang.
“Aku mau juga dong jalan-jalan dan dibayar.” Begitulah kira-kira respons yang selalu diterima Febrian, di mana pun ia bertemu dengan orang baru. Memang, banyak yang menyangka, menyandang profesi sepertinya terlihat enak, mudah, dan menyenangkan. Namun, siapa sangka, dalam proses mencapainya, banyak tantangan yang kudu dilewati. Tentu butuh kemauan dan keberanian untuk mencapainya.
Baca Juga: 5 Cara Mudah Survive Traveling di Negara Berbahasa Sulit
Febrian mengisahkan, ia harus rela mengubah kariernya sebagai penyanyi guna menjadi seorang traveler.
Sebelum bergabung dengan Indonesia Kaya, Febrian merupakan seorang penyanyi solo Karier sebagai penyanyi dimulai ketika mengikuti salah satu ajang pencarian bakat. Rian, begitu nama akrabnya, pada awal 2010, berhasil menyandang predikat sebagai penyanyi solo terbaik dalam sebuah ajang penghargaan. Popularitasnya pada masa itu unda-undi dengan Afgan Syahreza. Namun, kariernya tak cukup panjang lantaran beberapa persoalan.
Ia meneruskan jalan sebagai wedding singer. Selepas kuliah, ia hidup dari honor menyanyi.
Akhir pekan ia pakai untuk manggung, sedangkan pada weekdays, ia punya waktu luang. Lantaran hobi berkelana, Rian memanfaatkan waktu pergi dari satu kota ke kota lain pada weekdays. Tabungan yang ia peroleh dari bekerja digunakan buat bepergian.
Lalu, ia ditantang seorang temannya untuk tak setengah-setengah menekuni hobi traveling.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Rian sempat ragu-ragu karena kalau tak menyanyi, ia tak tahu mesti dapat penghasilan dari mana. Akhirnya, dengan tekad dan kemauan yang bulat, ia memutuskan berhenti menjadi wedding singer dan memilih hidup nomaden.
“Saya akhirnya pindah ke Jogja, lalu Malang, lalu Kalimantan,” katanya. Ia mencari teman di Instagram. Melalui teman virtualnya, ia pun mendapatkan relasi yang cukup kuat, yang memberinya banyak informasi tentang kota-kota yang hendak disambangi.
Dari jalan-jalannya, ia mulai membuat konten foto, tulisan, video di blog.
Rian memaparkan cara melancong ke Bali dari Jakarta hanya dengan budget Rp 148 ribu. Dari tulisan yang dibaca banyak orang itu, ia mendapat permintaan untuk terus menulis. Mulanya, Rian mengaku tak piawai menulis. Lama kelamaan, ia terbiasa dan menjadi penulis jurnal travel.
Hingga akhirnya, Rian mendapat tawaran casting menjadi host Jurnal Indonesia Kaya. Kala itu, ia sedang hendak naik Gunung Merbabu. Rian mengikuti seleksi kalau ia sudah tiba di Jakarta. Dan nyatanya, takdir berpihak. Ia lolos menjadi host.
Makin hari, makin banyak perusahaan yang melirik Rian.
Semakin diakui keberadaannya, Rian di-endorse berbagai perusahaan, semisal Lumix, untuk jalan-jalan dan mengisi konten. Apresiasi juga datang dari Harian Kompas yang tertarik untuk memuat artikelnya. “Sesuatu yang akhirnya aku pikir enggak bisa, jadi bisa. Itu karena kemauan,” katanya.
Baca Juga: Yakin Masih Mau Beli Kamera Mahal untuk Traveling?
