5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!

Dari tari sakral hingga salah penyebutan daerah

Desa Renon adalah salah satu desa yang terletak di Kota Denpasar, tepatnya di Kecamatan Denpasar Selatan. Desa ini memiliki luas 254 hektar dengan penduduk asli sekitar 759 kepala keluarga. Meski lokasinya bukan dekat keramaian, tapi kearifan lokal setempat masih terjaga.

Ada beberapa keunikan dan fakt menarik yang wajib diketahui mengenai desa ini. Berikut ulasan lengkapnya, yuk, baca!

1. Masyarakat Renon berasal dari pesisir Pantai Sanur 

5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!Warga Desa Renon sedang melakukan upacara adat. (dok. Desa Adat Renon)

Menurut cerita turun-temurun dan prasasti Blanjong, masyarakat Renon dulunya tinggal di pesisir Pantai Sanur. Kehidupan masyarakat pada saat itu sebagian besar sebagai nelayan. Kemudian, diyakini di pesisir pantai tempat masyarakat tinggal terjadi suatu musibah.

Banyak ikan terdampar hingga kemudian membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Karena kejadian tersebut, masyarakat di pesisi pantai itu berpindah ke tiga tempat yaitu Renon (lokasi Desa Renon sekarang), Banjar Cerancam Kesiman, dan Lantang Hidung Sukawati.

2. Desa Renon memiliki gambelan sakral yang bernama Gong Beri 

5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!Gong Beri (dok. Pengempon Pura Barisan)

Saat masyarakat Renon tinggal di pesisir pantai Sanur, terdapat sebuah pecahan perahu yang terdampar di daerah Blanjong, sekarang menjadi Pura Blanjong. Di dalam perahu tersebut terdapat peralatan perang seperti umbul-umbul, baju perang, senjata, terompet perang sampai gong/gambelan. Saat perpindahan masyarakat dari pesisir pantai, semua peralatan perang tersebut dibawa oleh masyarakat.

Menurut Jro Mangku Made Sutama saat ditemui di Renon, Selasa (12/5/2021), saat masyarakat tersebut berpindah tempat, mereka membawa seperangkat gambelan. Gambelan tersebut pernah dibawa ke daerah Sesetan dan Abian Kapas. Namun saat gambelan tersebut disuarakan, menimbulkan bencana atau wabah di daerah dimana gambelan tersebut disuarakan.

Akhirnya gambelan tersebut dibawa kembali ke Desa Renon. Hingga saat ini, gambelan tersebut menjadi gambelan sakral di Desa Renon yang diberi nama Gong Beri.

3. Di Desa Renon terdapat tarian sakral yang bernama Tari Baris Cina

5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!Tari Baris Cina (dok. Pengempon Pura Barisan)

Setelah Gong Beri berada kembali di Desa Renon, masyarakat saat itu menciptakan suatu tarian yang diiringi oleh Gong Beri. "Saat menarikan tarian tersebut ada warga yang kesurupan atau kerauhan dimana warga yang kesurupan tersebut menggunakan bahasa China. Kemudian tarian tersebut diberi nama Tari Baris Cina," ujar Jro Mangku Made Sutama yang juga sebagai penari Tari Baris Cina.

Selain sebagai tarian sakral dari Desa Renon, Tari Baris Cina juga merupakan warisan budaya dunia tak benda. Tari Baris ini terdiri dari dua kelompok di mana satu kelompok menggunakan pakaian hitam dan satunya lagi menggunakan pakaian putih yang melambangkan kekuatan baik dan jahat. Masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang penari.

Tari Baris Cina rutin untuk mesolah atau menari terutama saat upacara atau piodalan di Pura Khayangan yang ada di Renon maupun di beberapa pura yang ada di Bali. Saat tarian sakral ini mesolah, biasanya akan diikuti oleh warga dan penari yang kesurupan atau kerauhan.

Baca Juga: Serial Program Telusur Seni Tradisi Hadirkan Dua Tarian Sakral Bali 

4. Di Desa Renon dilarang untuk membuat ogoh-ogoh 

5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!ilustrasi ogoh-ogoh di Kota Denpasar (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Di Bali terdapat suatu tradisi pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan pada malam pengerupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Hampir setiap desa mengadakan pawai ogoh-ogoh. Berbeda halnya dengan Desa Renon. Di Desa Renon terdapat larangan untuk membuat dan melakukan pawai ogoh-ogoh.

Menurut I Wayan Suarta yang saat ini sebagai Bendesa Adat Desa Adat Renon, larangan pembuatan ogoh-ogoh ini mulai dilakukan sekitar tahun 1985 atau 1986. Saat itu warga sedang mempersiapkan melakukan pawai ogoh-ogoh di malam pengerupukan. Namun terdapat beberapa kejadian gaib atau mistis di mana ada ogoh-ogoh yang menangis dan seperti bergerak-gerak sendiri. Saat bersamaan, Sesuhunan Tari Baris Cina dan Sesuhunan di Pura Dalem tidak berkenan mesineb.

Hal ini ditandai dengan banyaknya warga yang mengalami kesurupan, dan terdapat pawisik agar warga tidak melakukan pawai ogoh-ogoh demi keselamatan warga Desa Renon. Kemudian sejak saat itu, warga tidak ada lagi yang berani membuat ogoh-ogoh.
Namun kurang lebih sekitar tahun 1996, I Wayan Suarta mencoba kembali untuk membuat ogoh-ogoh. "Bukannya menantang pewisik Ida Sesuhunan, tetapi saya berharap Ida Sesuhunan kali ini memberikan ijin," cerita I Wayan Suarta saat ditemui di wantilan Sewaka Prema Desa Renon, Selasa(11/3/2021).

Saat akan melakukan pawai ogoh-ogoh di malam pengerupukan, kejadian belasan tahun lalu terulang lagi. Namun saat itu kejadiannya di Pura Desa, di mana Ida Sesuhunan Ratu Ayu tidak berkenan "mesineb" dan meminta untuk tidak melanjutkan pawai ogoh-ogoh.

Sejak saat itu masyarakat Desa Renon tidak ada lagi yang berani mencoba untuk membuat ogoh-ogoh hingga saat ini. Seluruh masyarakat sepakat untuk tidak membuat ogoh-ogoh, namun pada malam pengerupukan tetap melakukan pawai di mana hanya pawai membawa obor keliling Desa Renon.

5. Masyarakat masih sering salah sebut nama daerah 

5 Fakta Tentang Desa Renon yang Perlu Diketahui, Sakral!Lapangan Niti Mandala dan Monumen Bajra Sandhi (dok. UPTD. Monumen Perjuangan Rakyat Bali)

Sebagai salah satu desa yang cukup populer, masyarakat masih sering salah sebut tempat-tempat yang sudah di luar wilayah Desa Renon. Wilayah tersebut masih dianggap termasuk wilayah administratif Desa Renon. Misalnya untuk Plaza Renon, banyak masyarakat yang mengira lokasi Plaza Renon ada di Renon. Padahal sudah masuk wilayah Desa Tanjung Bungkak atau Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur.

Begitu juga dengan Lapangan Niti Mandala atau Museum Bajra Sandhi yang sering disebut dengan nama Lapangan Niti Mandala Renon atau Museum Bajra Sandhi Renon. Faktanya, lokasi ini sudah berada di luar batas wilayah Desa Renon. Bahkan Jalan Moh. Yamin dan Jalan Merdeka yang sudah masuk wilayah Desa Tanjung Bungkak masih banyak yang menyebutnya berlokasi di Renon.

Desa Renon saat ini dikenal sebagai salah satu desa dengan penduduk yang majemuk karena banyaknya pendatang. Selain itu, Desa Renon juga terkenal akan banyaknya pusat kuliner atau tempat-tempat nongkrong bagi para remaja.

Baca Juga: 11 Desa Wisata Paling Populer di Bali, Pernah ke Sini?

Ari Budiadnyana Photo Verified Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Chalimatus Sa'diyah

Berita Terkini Lainnya