Film ini bercerita tentang Suku Malind tinggal di pelosok Merauke. Merauke adalah kabupaten yang letaknya di wilayah paling timur Indonesia. Luas tanah Merauke sekitar 4,7 juta hektare dan 95.3% adalah hutan. Di Merauke terdapat beragam jenis suku, salah satunya Suku Malind. Suku Malind pun memiliki beragam marga. Mahuze adalah salah satunya.
Seperti halnya suku-suku Papua lainnya yang tinggal di pedalaman dan pegunungan, masyarakat Suku Malind adalah kaum pemburu dan peramu. Mereka tidak terbiasa dengan kegiatan bercocok tanam dan beternak. Bagi mereka hutan adalah rahim ibu yang memberikan kehidupan. Dari hutan mereka bisa langsung memperoleh makanan dengan berburu binatang dan memangkur (memanen) sagu. Sebab alam menyediakan segalanya secara gratis.
Namun, semua itu berubah sejak dicanangkannya MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Proyek MIFEE mendatangkan investor-investor asing tentunya. Dalam film dokumenter tersebut, Presiden Jokowi mengeluarkan sebuah pernyataan yang cukup mencengangkan. Merauke akan menjadi lumbung pangan dan energi nasional. Maka dari itu perlu penyediaan lahan sekitar 1,2 juta hektare yang digarap dalam kurun waktu 3 tahun untuk merealisasikan hal tersebut.
Proyek itu ditentang oleh sebagian besar LSM serta NGO asing, pejabat pemerintah setempat, media, suku-suku asli Merauke dan sebagainya. Penduduk asli Papua tersebut akan tercabut akses makanan pokok mereka yaitu sagu digantikan oleh beras, pola kehidupan Suku Malind sebagai kaum pemburu dan peramu akan berganti. Konflik perebutan tanah ulayat (hak adat) serta isu pencemaran terjadi ketika para investor mendapat hak guna dari hutan-hutan tersebut.