Belajar di Australia, WN Korea Ini Malah Kepincut Budaya Indonesia

Akang Daniel menceritakan awal mula ia tertarik pada budaya Indonesia. Pada tahun 2016, ia pergi ke Australia untuk belajar Bahasa Inggris. Selama satu tahun berada di Negeri Kanguru tersebut, ia tinggal satu apartemen dengan warga negara Indonesia. 

"Wah bahasa Indonesia itu kedengaran keren banget. Pelafalannya, logatnya, keren banget!," ujarnya. Begitu pulang ke Korea, Akang Daniel langsung belajar bahasa Indonesia mulai dari nol dan mencoba untuk jalan-jalan ke Indonesia dua kali pada 2017 dan 2018.

Akang Daniel juga mengaku bisa Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa, meski belum fasih. Bahasa daerah lain yang ingin ia kuasai adalah Bahasa Bali. 

Begitu menginjakkan kaki di Indonesia, Akang Daniel menjelahi empat kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Ia pun merasa cocok dengan segala hal tentang Indonesia.

"Dari situ aku merasa negara ini cocok sama aku," katanya. Budayanya, suasananya, orang-orangnya, ia merasa semuanya cocok dengannya. Ia pun memutuskan tinggal dalam jangka waktu agak lama di Indonesia dan mencari beberapa program kerja di Indonesia.

Selama dua tahun tinggal di Indonesia, Akang Daniel telah mengunjungi kurang lebih 16-17 kota untuk menikmati suasana dan kuliner khasnya. Bandung dan Bali menjadi tempat favoritnya.

"Kalau Bali bagus buat liburan. Kalau kota yang cocok buat hidup, saya pasti pilih Bandung, karena saya suka budaya Sunda dan orang-orang Sunda." 

Akang Daniel juga menyukai Bandung karena banyak makanan enak, mulai dari surabi, cireng, tutug oncom, martabak, hingga seblak. Tak hanya itu, saking cintanya dengan Bandung dan budaya Sunda, ia pun memilih sapaan 'akang' sebagai nama kanal YouTube dan akun Instagramnya.

For your information, akang dalam bahasa Sunda bermakna kakak laki-laki. Mirip dengan ''oppa' atau 'hyung' dalam bahasa Korea.

Setiap orang pasti akan mengalami culture shock ketika berkunjung ke tempat baru, tak terkecuali Akang Daniel. Ia sempat komplain perihal pelayanan kasir supermarket yang sangat lamban, sementara antreannya cukup panjang.

Hal ini tentu sangat kontras dengan budaya pali-pali di Korea, yakni mengerjakan segala sesuatu dengan cepat. Namun, kini ia merasa sudah terbiasa dengan hal itu.

Hal kedua yang membuat Akang Daniel kaget adalah ketika melihat orang Indonesia makan kepala ayam dan otaknya. Di Korea, kepala ayam biasanya tidak dikonsumsi manusia. Setelah memberanikan diri untuk mencicipinya, ia pun merasa bahwa rasanya cukup gurih.

Shcok culture ketiga adalah pedas di Indonesia dan Korea ternyata berbeda. Akang Daniel yang semula tidak terlalu suka pedas, lama-lama jadi terbiasa meski awalnya sempat sakit perut akibat diare. "Sekarang kalau makan harus pakai sambal, kayak makan bakso."

Jika ditanya kota di Indonesia yang paling ingin dikunjungi Akang Daniel, maka jawabannya adalah Manado. Menurut dia, Manado memiliki laut dan pemandangan bawah lautnya yang cantik untuk diving, ingin mencicipi bubur manado, aneka seafood, dan makanan-makanan khas Manado lainnya.

"(Katanya) banyak perempuan cantik juga di sana," ujar pria yang ingin mencari jodoh orang asli Indonesia ini. Selain Manado, ia juga berencana menjelajahi pulau-pulau lain di Indonesia.

Nah, itu dia keseruan ngobrol dengan Akang Daniel. Melihat caranya mencintai Indonesia dan selalu mempromosikan wisata atau kuliner Indonesia, membuat kita jangan mau kalah, ya!

Semoga kita juga semakin rajin mempromosikan negara sendiri, terutama dalam hal budaya, kuliner, dan pariwisata melalui berbagai kanal atau media.