ilustrasi snack untuk penerbangan jarak dekat (commons.wikimedia.org/TurnOnTheNight)
Durasi penerbangan menjadi alasan lain tentang gratis atau tidaknya makan di pesawat. Jika kamu melakukan penerbangan 3–7 jam tanpa transit, medium haul flight, maka akan mendapat layanan makan gratis di pesawat. Berlaku pula untuk long haul flight dan ultra long haul flight yang lebih dari 12 jam.
Layanan makan di pesawat secara gratis untuk durasi tersebut, biasanya hanya dilakukan maskapai full service. Sesuai dengan jenisnya, mereka memberikan layanan lengkap berupa jatah kabin, bagasi, stop kontak, hiburan, dan makan di pesawat. Meski sebenarnya tidak benar-benar gratis, karena kamu membayarnya sekaligus dengan harga tiket.
Sedangkan, maskapai LCC yang melakukan penerbangan tujuan serupa, biasanya memerlukan transit sekali atau dua kali. Apalagi untuk penerbangan internasional, sehingga total perjalanannya akan lebih lama. Penumpang pun memiliki pilihan untuk makan di pesawat atau di bandara saat transit.
Contohnya, kamu melakukan penerbangan domestik dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandara Sultan Babullah, Ternate. Penerbangan langsung membutuhkan waktu 3 jam 40 menit, durasi yang seperti Jakarta–Bangkok. Kamu akan mendapat layanan makan di pesawat secara gratis, jika menggunakan maskapai full service, seperti Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.
Namun, jika kamu menggunakan maskapai LCC, seperti Lion Air dan Super Air Jet, maka makan di pesawat akan dibayar secara terpisah. Kedua maskapai tersebut mengharuskan penumpang transit minimal satu jam di Bandara Hasanuddin, Makassar. Hal ini membuat perjalananmu bisa lebih lama dan mereka tidak memiliki rute penerbangan langsung untuk tujuan tersebut.