Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pemanjat merencanakan rute
ilustrasi pemanjat merencanakan rute (unsplash.com/Fionn Claydon)

Intinya sih...

  • Mengandalkan kekuatan lengan alih-alih teknik kaki

  • Mengabaikan pengecekan ganda pada simpul dan alat

  • Membiarkan tali berada di belakang kaki saat memanjat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Panjat tebing adalah olahraga yang memacu adrenalin, menantang fisik, sekaligus melatih mental untuk tetap fokus. Di balik foto-foto keren di puncak tebing, ada proses panjang yang menuntut disiplin dan kesadaran tinggi akan keselamatan. Sebab, satu kesalahan kecil saja bisa berakibat besar dan mengubah petualangan seru menjadi pengalaman pahit.

Bahkan, para profesional pun tidak luput dari kesalahan; ini adalah bagian dari proses belajar yang tak terhindarkan. Dilansir Climbing, kesalahan bisa berkisar dari yang sepele hingga yang berakibat tragis, bahkan bagi pemanjat berpengalaman sekalipun. Nah, daripada kamu belajar dari pengalaman buruk, mending simak empat kesalahan umum ini yang wajib kamu hindari sejak dini!

1. Mengandalkan kekuatan lengan alih-alih teknik kaki

ilustrasi pemanjat tampak lelah (unsplash.com/Soroush Karimi)

Kesalahan paling umum yang dilakukan pemula adalah mencoba menarik seluruh badan ke atas hanya dengan kekuatan lengan. Padahal, otot kakimu jauh lebih besar dan kuat; memanfaatkannya secara maksimal akan sangat menghemat energimu. Coba ubah pola pikirmu: bayangkan kamu sedang berdiri dari posisi jongkok, bukan menarik diri menaiki tangga.

Kebiasaan buruk ini biasanya sepaket dengan over-gripping atau mencengkeram pijakan (holds) terlalu kuat. Hal ini hanya akan membuang-buang tenaga dan membuat lenganmu cepat ‘pump’ alias bengkak karena kelelahan. Latihlah dirimu untuk mencengkeram seperlunya saja; bayangkan kamu sedang memegang buah persik matang tanpa merusaknya.

Akar masalahnya sering kali adalah teknik pijakan kaki yang buruk, seperti menapak dengan berisik atau asal-asalan. Perlakukan pijakan kaki (footholds) sama pentingnya dengan pijakan tangan; lihat dulu pijakannya, lalu tempatkan ujung sepatumu dengan presisi dan tanpa suara. Dengan begitu, kamu secara alami akan lebih banyak mendorong dengan kaki dan menyimpan kekuatan lenganmu untuk gerakan krusial.

2. Mengabaikan pengecekan ganda pada simpul dan alat

ilustrasi mengecek simpul tali (unsplash.com/omid armin)

Ini adalah kesalahan fatal yang tidak bisa ditoleransi dalam dunia panjat tebing: tidak melakukan pengecekan ganda. Sebelum memanjat, selalu periksa simpul tali di harness-mu, pastikan sudah dibuat dengan benar dan dikencangkan. Bagi belayer (orang yang mengamankan), pastikan tali terpasang dengan benar di alat belay dan semua karabiner terkunci sempurna.

Kisah legendaris Lynn Hill menjadi pengingat pahit akan pentingnya hal ini. Pada 1989, ia terjatuh dari ketinggian 75 kaki karena simpulnya belum selesai dibuat akibat teralihkan oleh percakapan. Insiden ini membuktikan bahwa pemanjat terbaik dunia pun bisa celaka jika kehilangan fokus sesaat.

Satu lagi kebiasaan vital adalah selalu membuat simpul di ujung tali, baik saat akan diulur (lowering) maupun saat menuruni tebing (rappelling). Langkah sederhana ini adalah garda terakhir untuk mencegah tali terlepas dari alat pengaman, sebuah kecelakaan yang sayangnya masih sering terjadi. Anggap saja ini sebagai aturan wajib yang tidak bisa ditawar.

3. Membiarkan tali berada di belakang kaki saat memanjat

ilustrasi posisi tali panjat (unsplash.com/Brook Anderson)

Saat kamu melakukan panjat tebing jenis lead climbing (memasang pengaman sendiri sambil naik), posisi tali menjadi sangat krusial. Salah satu bahaya yang sering muncul adalah membiarkan tali panjat berada di antara kaki dan dinding tebing. Kamu harus melatih kepekaan untuk langsung menyadari saat hal ini terjadi, terutama ketika bergerak menyamping (traversing).

Konsekuensi dari kesalahan ini sangat mengerikan: jika kamu terjatuh saat tali berada di posisi yang salah, tubuhmu akan terbalik di udara. Situasi ini meningkatkan risiko cedera kepala yang serius secara drastis. Ingat, tidak ada pencapaian di tebing yang sebanding dengan nyawamu.

Solusinya sangat sederhana namun butuh kesadaran penuh: segera perbaiki posisi tali, bahkan jika itu harus mengorbankan usahamu untuk menyelesaikan rute tanpa jeda. Prioritas utamamu adalah selalu kembali ke tanah dengan selamat. Jadi, selalu perhatikan di mana talimu berada setiap saat.

4. Rasa percaya diri melebihi kompetensi dan terburu-buru

ilustrasi pemanjat merencanakan rute (unsplash.com/Fionn Claydon)

Sangat bagus untuk memiliki rasa percaya diri, tetapi bahaya muncul ketika rasa percaya diri itu melampaui kemampuan teknismu. Dorong batas kemampuanmu, tetapi lakukan dengan pemahaman penuh akan risiko yang ada.

Sikap ini sering kali muncul dalam bentuk terburu-buru menyelesaikan rute tanpa perencanaan matang. Padahal, panjat tebing lebih mirip permainan catur daripada lari cepat; setiap gerakan butuh strategi agar tidak membuang energi atau berakhir di posisi yang canggung. Biasakan untuk mengamati dan merencanakan rute dari bawah sebelum kamu mulai memanjat.

Berpikirlah beberapa langkah ke depan; identifikasi bagian tersulit, di mana kamu bisa istirahat, dan bagaimana urutan gerakan yang paling efisien. Berhenti sejenak di tengah rute untuk mengatur napas dan mengevaluasi kembali bukanlah tanda kelemahan, melainkan kecerdasan. Pemanjat yang cerdas dan penuh perhitungan pada akhirnya akan melampaui pemanjat yang hanya kuat tapi gegabah.

Menjadi pemanjat yang baik bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kecerdasan dan kesadaran untuk bergerak seefisien mungkin. Menghindari kesalahan-kesalahan umum ini, dari teknik dasar hingga pengecekan keselamatan, adalah fondasi untuk bisa menikmati olahraga ini dalam jangka panjang. Karena tujuan utama dari setiap petualangan adalah kembali pulang dengan selamat.

Jadi, kesalahan mana yang paling sering kamu lihat atau mungkin pernah kamu lakukan sendiri di tebing?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian