Bolehkah Wisatawan Perempuan Pakai Celana Jeans di Arab Saudi?

Saat merencanakan perjalanan ke Arab Saudi, ada banyak hal yang perlu dipahami sejak awal, terutama bagi wisatawan perempuan. Salah satu yang sering jadi perhatian adalah aturan berpakaian termasuk pertanyaan soal boleh tidaknya memakai celana jeans.
Negara ini memang dikenal dengan norma sosial dan budaya yang kuat, namun kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Beberapa hal justru mengejutkan dan membuka cara pandang baru tentang bagaimana turis bisa menyesuaikan diri tanpa kehilangan kenyamanan.
Lewat berbagai trivia wisata Arab Saudi yang belum banyak diketahui, muncul nuansa baru yang lebih beragam dalam memahami cara berpakaian di sana. Berikut lima sudut pandang yang bisa membantumu memahami situasi ini dengan lebih jernih.
1. Pemerintah Arab Saudi menetapkan aturan berdasarkan norma sosial

Sebagian besar kebijakan berakar dari nilai-nilai konservatif yang sudah lama dipegang masyarakat, terutama soal kesopanan dan kehormatan dalam berpakaian. Di ruang publik, baik penduduk lokal maupun wisatawan diharapkan menyesuaikan diri dengan norma ini sebagai bentuk penghormatan terhadap adat setempat. Maka dari itu, meskipun tidak semua jenis pakaian dilarang, bentuk pakaian yang terlalu ketat atau transparan tetap dianggap tidak pantas.
Namun, penting untuk memahami bahwa pengawasan terhadap pakaian kini tidak lagi seketat dulu. Sejak reformasi sosial yang diluncurkan dalam Visi 2030 oleh Pangeran Mohammed bin Salman, banyak kebijakan yang mulai dilonggarkan, termasuk soal pakaian perempuan. Wisatawan kini tidak lagi wajib memakai abaya, tetapi tetap diharapkan mengenakan busana yang sopan. Hal ini mencerminkan pendekatan baru yang lebih fleksibel, meskipun nilai-nilai budaya masih dijunjung tinggi.
2. Wisatawan perempuan diperbolehkan memakai celana jeans tapi dalam batas wajar

Tidak ada larangan resmi yang menyebutkan bahwa celana jeans dilarang untuk perempuan yang berkunjung ke Arab Saudi. Selama jeans yang dikenakan tidak terlalu ketat dan dipadukan dengan atasan yang longgar, penggunaan celana ini dianggap masih dalam koridor yang bisa diterima. Justru, banyak turis mancanegara yang memilih jeans sebagai pilihan aman karena praktis dan mudah dipadukan dengan busana lainnya.
Namun, penampilan tetap harus memperhatikan konteks tempat yang dikunjungi. Jika kamu berkunjung ke daerah konservatif seperti Qassim atau Madinah, ada baiknya menambahkan outer panjang atau syal untuk menyesuaikan suasana.
Sebaliknya, di kota-kota besar seperti Riyadh atau Jeddah, gaya berpakaian cenderung lebih variatif dan toleran. Intinya, memahami lingkungan sosial sangat penting agar tetap nyaman dan tidak melanggar norma lokal.
3. Masyarakat lokal memiliki beragam respons terhadap penampilan wisatawan

Penduduk Arab Saudi memiliki latar belakang yang beragam dan tidak semua memiliki pandangan seragam soal pakaian. Beberapa kelompok masyarakat bersikap terbuka dan menganggap pilihan pakaian adalah bagian dari hak pribadi, selama tidak mencolok atau memicu kontroversi. Di tempat wisata populer atau pusat kota, kamu akan menemukan lebih banyak warga yang terbiasa dengan kehadiran turis berpakaian modern.
Meski begitu, tetap ada kalangan konservatif yang memegang teguh prinsip kesopanan dalam penampilan. Ini bukan berarti kamu akan ditegur secara langsung, tetapi bisa saja muncul tatapan atau gestur yang menunjukkan ketidaksukaan. Untuk itu, memilih pakaian yang sopan tidak hanya untuk menaati aturan, tetapi juga sebagai bentuk rasa hormat terhadap budaya dan kenyamanan bersama. Sikap ini bisa menciptakan suasana saling menghargai di tengah perbedaan.
4. Media sosial memengaruhi persepsi berpakaian di Arab Saudi

Persepsi masyarakat luar tentang Arab Saudi sering kali dibentuk oleh potongan-potongan informasi di media sosial. Banyak yang mengira negara ini masih sangat tertutup dan kaku, padahal kenyataannya terus mengalami perubahan, termasuk dalam hal gaya hidup dan pilihan berbusana.
Influencer lokal perempuan kini mulai tampil di ruang publik dengan gaya yang lebih modern, termasuk mengenakan celana jeans atau bahkan tanpa abaya, namun tetap sopan. Fenomena ini menggambarkan bahwa perubahan sedang berlangsung, meskipun bertahap.
Namun, penting juga untuk tidak menyamakan gaya hidup influencer dengan realita yang berlaku secara umum di Arab Saudi. Apa yang bisa diterima di media sosial belum tentu bisa diterapkan di setiap sudut kota. Wisatawan perlu memilah informasi dan tidak menelan mentah-mentah narasi digital. Sebab, pengalaman langsung di lapangan kadang jauh lebih kompleks daripada gambaran di layar gawai.
5. Wisatawan sebaiknya tetap mengikuti pedoman resmi dari otoritas lokal

Arab Saudi menyediakan pedoman bagi wisatawan mancanegara agar perjalanan berlangsung aman dan sesuai dengan kebijakan negara. Pedoman ini biasanya mencakup informasi tentang etika berinteraksi, tempat yang boleh dikunjungi, serta panduan berpakaian yang disarankan. Meski aturan berpakaian kini lebih longgar, pemerintah tetap mengimbau agar wisatawan menjaga kesopanan dalam penampilan.
Mengikuti pedoman ini tidak hanya menghindarkan dari potensi masalah hukum, tapi juga menunjukkan sikap yang bertanggung jawab sebagai tamu di negara orang. Dengan begitu, pengalaman liburan pun terasa lebih aman dan menyenangkan. Menghormati peraturan setempat bukanlah bentuk kekangan, melainkan cara membangun interaksi yang lebih sehat dan saling menghargai antar budaya.
Membicarakan trivia wisata Arab Saudi memang selalu membuka ruang untuk pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan perubahan yang sedang berlangsung. Perempuan bisa saja mengenakan celana jeans saat berwisata, tetapi tetap perlu mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan pedoman resmi.
Berlibur ke negara dengan budaya berbeda memang butuh penyesuaian, namun justru dari sanalah pengalaman yang bermakna tercipta.
Referensi:
"What to Wear in Saudi Arabia". Citizen Femme. Diakses pada Mei 2025.
"Saudi Culture and Customs". Visit Saudi. Diakses pada Mei 2025.