Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hiu paus (unsplash.com/jeremiahdelmar)
Ilustrasi hiu paus (unsplash.com/jeremiahdelmar)

Wisata hiu paus di Desa Botubarani, Gorontalo, kini menjadi primadona yang menarik banyak wisatawan lokal maupun internasional dalam beberapa tahun terakhir. Di berbagai platform media sosial, terdapat banyak unggahan video atau foto yang menampilkan wisatawan sedang merebahkan diri di atas kano bening, lalu di bawahnya terdapat hiu paus yang sedang berenang. Warganet pun dibuat takjub dengan pemandangan cantik tersebut.

Daya tarik tersebut membuat wisata hiu paus di Desa Botubarani berkembang pesat menjadi destinasi unggulan di Indonesia Timur. Namun, di balik popularitasnya, ada "sisi gelap" dan berbagai masalah yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat atau pencinta lingkungan dan konservasionis.

Kira-kira apa saja yang sering luput dari perhatian turis terkait wisata hiu paus di Desa Botubarani ini? Simak informasinya di bawah ini, yuk!

1. Sampah plastik yang merusak lingkungan

Ilustrasi sampah plastik di pantai (pexels.com/Catherine Sheila)

Sejak awal kemunculannya, wisata hiu paus di Desa Botubarani menuai banyak kritik dari para pengamat lingkungan. Hal ini dikarenakan naiknya volume sampah plastik di sekitar pantai, bahkan tepi laut.

Melansir ANTARA News (6/6/2021), pegiat lingkungan dari Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (Japesda), akademisi, penyelam, mahasiswa, anggota kelompok sadar wisata, dan warga setempat menggelar aksi bersih-bersih sampah plastik di desa tersebut.

Mereka berhasil mengumpulkan sampah plastik sebanyak 12 kantong di kawasan pantai dan sampah sebanyak tiga kantong besar dari laut. Bahkan, ada yang diangkat dari terumbu karang hidup. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka akan mengancam kehidupan hiu paus dan terumbu karang.

2. Menyebabkan perubahan perilaku dan pola makan hiu paus

Potret hiu paus di Botubarani, Gorontalo (jadesta.kemenparekraf.go.id)

Saat proses pengambilan gambar wisatawan di atas kano bening, hiu paus terlihat berenang dengan tenang di bawah atau sekitar kano tersebut. Sekilas tidak ada yang aneh. Namun, di balik itu semua, ada pengelola wisata yang memberi makan hiu paus, agar hiu paus tetap di sana dan tidak berpindah tempat.

Hal ini dijelaskan di video yang diunggah akun Instagram @anandabhuwana, Minggu (15/6/2025). "Terlihat ada percikan air hasil dari seseorang di luar frame yang melemparkan makanan ke arah hiu paus ini. Hiu paus dikasih makan seperti ikan lele," ujar Ananda Bhuwana.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui wisata hiu paus Botubarani bergantung pada pemberian pakan berupa udang. Selama makanan itu ada, paus akan terus mendatangi wilayah perairan Desa Batuborani dan memberikan keuntungan ekonomi kepada nelayan atau pengelola wisata di sana.

Sayangnya, pemberian udang secara terus-menerus seperti ini dianggap kurang bijak. Menurut Ananda, hiu paus merupakan satwa yang tidak jinak.

"Mereka hanya dikondisikan (di Botubarani)," ujarnya. Hal ini akan mempengaruhi gaya berburu, migrasi, dan pola makan mereka, serta ketergantungan yang berlebihan pada manusia.

3. Hal yang harus diperhatikan saat berinteraksi dengan hiu paus

Potret melihat hiu paus di Botubarani, Gorontalo (jadesta.kemenparekraf.go.id)

Hiu paus termasuk satwa yang dilindungi, sehingga ada aturan tertentu yang harus diperhatikan jika hendak berinteraksi dengannya.

Menurut WWF, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan paus demi keamanan diri sendiri dan menjaga keberlangsungan hewan tersebut. Di antaranya:

  1. Kapal harus mengurangi kecepatan, maksimum 10 knot dalam satu kilometer dan dau knot dalam jarak jarak 50 meter dari bagan dengan hiu paus,

  2. Mesin kapal dalam keadaan mati dengan maksimal empat kapal di dalam satu bagan,

  3. Jika hendak snorkeling untuk melihat hiu paus di dalam air, jumlah maksimal orang yang ada di dalam air adalah enam orang per grup dan waktu interaksinya tidak lebih dari 15 menit,

  4. Pemandu berperan sebagai pemimpin dan turun pertama kali, lalu diikuti para wisatawan dengan tenang tanpa melompat. Setelah durasi berakhir, pemandu menjadi orang terakhir yang naik ke perahu,

  5. Jumlah wisatawan maksimal dalam satu bagan tiap harinya adalah 40 orang,

  6. Pergantian grup diatur melalui koordinasi antar pemandu dengan mempertimbangkan seluruh jumlah maksimal wisatawan dan durasi maksimal berwisata,

  7. Wisatawan dilarang menggunakan strobe atau flash saat menggunakan kamera, melakukan provokasi, mengeluarkan suara keras, melakukan gerakan mendadak, memberi makan, menyentuh, mengejar, dan menunggangi hiu paus, serta

  8. Tentunya dilarang membuang sampah di laut.

Terlihat seru, tetapi ternyata beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan jika hendak liburan dan berinterkasi dengan hiu paus di Botubarani, Gorontalo. Jika kamu berencana liburan ke sana, selalu perhatikan hal-hal di atas dan aturan setempat, ya! Semoga ekosistem hiu paus dan sekitarnya tetap terjaga dengan baik ke depannya.

Editorial Team