Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
seorang pendaki gunung dengan trekking pole andalan
seorang pendaki gunung dengan trekking pole andalan (pexels.com/Sanket Barik)

Mendaki gunung itu sudah pasti menuntut tenaga yang besar karena  harus melintasi berbagai jenis medan sambil terus menanjak dan membawa barang bawaan yang bukan main beratnya. Maka dari itu, fisik seseorang yang hendak melakukan aktivitas ini harus selalu fit dan siap untuk menghadapi berbagai skenario yang mungkin saja terjadi di atas gunung. Selain fisik, persiapan lain yang tak boleh dilewati adalah peralatan mendaki yang mumpuni.

Khusus pada pembahasan kali ini, kita coba ulik salah satu peralatan yang cukup penting saat mendaki gunung, baik untuk pemula maupun profesional, yakni trekking pole. Sekilas, alat yang satu ini hanya terlihat seperti tongkat biasa yang perannya dapat digantikan ranting pohon. Namun, sebenarnya, trekking pole itu jadi salah satu alat yang sangat berguna saat pendaki melewati medan gunung yang berat dan sulit ditapaki, sebuah situasi di mana ranting kayu biasa tak mungkin mengatasinya.

Selain itu, ada berbagai manfaat lain dari penggunaan trekking pole bagi pendaki gunung yang berkaitan dengan fisik selama di perjalanan. Akan tetapi, untuk mendapat manfaat itu, seorang pendaki perlu memilih jenis trekking pole apa yang paling sesuai dengan tubuhnya. Maka dari itu, yuk, kita cari tahu jenis trekking pole apa yang cocok dengan kamu jika nanti ingin mendaki gunung. Jangan lupa dibaca dan disimpan, ya! Siapa tahu nanti butuh.

1. Pilih jenis pegangan yang tepat

Ada dua jenis pegangan trekking pole, yakni bentuk I dan T. (pexels.com/Victor)

Menurut laporan Mont Bell, kalau diperhatikan lebih saksama, trekking pole yang ada saat ini punya dua jenis pegangan yang berbeda. Pertama, ada bentuk I alias pegangan yang lurus seperti tongkat ski dan berada di ujung tongkat dengan material yang nyaman digenggam. Kalau digunakan bersama strap yang tersedia, jenis pegangan yang ini dapat memberikan momentum yang tepat pada medan yang penuh tanjakan atau sedimen keras.

Kedua, ada bentuk T alias pegangan dengan tangkai berbentuk T di ujungnya. Bentuk pegangan ini sangat ergonomis dan jauh lebih nyaman digenggam, khususnya pada skenario menuruni gunung atau melindasi medan yang datar. Sebenarnya, ada satu lagi tipe pegangan yang mengombinasikan bentuk I dan T dalam satu trekking pole. Jenis yang satu ini menawarkan semua keunggulan dari masing-masing bentuk pegangan yang disebutkan sebelumnya.

Nah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih dua bentuk pegangan ini. Pegangan bentuk I lebih berguna untuk skenario menanjak atau melewati medan yang berat, tapi lebih cepat membuat tangan kita lelah. Di sisi lain, pegangan bentuk T memang lebih nyaman dipegang dan tak membuat tangan cepat lelah, tapi penggunaannya lebih dikhususkan pada medan yang tidak terlalu berat atau banyak turunan. Jadi, pilih jenis pegangan sesuai dengan keadaan gunung dan preferensi pribadi, ya!

2. Pastikan material trekking pole sesuai dengan medan di gunung

seorang pendaki gunung bersalju (pexels.com/rois martin)

Material trekking pole jelas sangat menentukan kenyamanan, durabilitas, dan bobot saat digunakan mendaki gunung. Secara umum, material tongkat trekking pole terbuat dari aluminium dan karbon. Kedua jenis material ini tentu punya karakteristiknya tersendiri.

Dilansir Mountain Equipment Company, trekking pole berbahan aluminium lebih kuat, tidak mudah bengkok, dan lebih murah. Namun, material ini cenderung lebih berat. Sementara itu, trekking pole berbahan karbon jauh lebih ringan dan mendukung fleksibilitas karena materialnya yang tidak kaku. Akan tetapi, harganya lebih mahal ketimbang aluminium.

Oh, iya, material ini juga berlaku pada bagian pegangan trekking pole. Misalnya, ada material busa yang menawarkan kenyamanan genggam, tapi mudah menyerap air. Lalu, ada gabus yang lebih keras, tapi lebih tahan air dan mampu menyesuaikan dengan genggaman tangan. Terakhir, ada karet yang mampu menahan panas pada cuaca dingin, meredam guncangan, tapi kurang nyaman untuk dipegang dalam waktu panjang. Pastikan memilih jenis material trekking pole dan pegangan sesuai dengan kondisi gunung yang akan dinaiki.

3. Pastikan panjang trekking pole sesuai dengan tubuh

Seorang pendaki beristirahat sambil memegang trekking pole.(pexels.com/Ahmet oguz Erdogan)

Trekking pole yang ada saat ini sebenarnya sudah punya fitur pengaturan panjang tongkat saat digunakan. Hal ini jelas sangat membantu pendaki untuk menyesuaikan tinggi tubuh dengan panjang tongkat supaya manfaat yang diperoleh lebih maksimal. Nah, ternyata ada trik supaya panjang tongkat bisa sesuai dengan fisik dan kondisi yang sedang pendaki alami, lho.

Decathlon melansir, kalau panjang paling pas untuk sebuah trekking pole adalah ketika siku kita membentuk sudut 90 derajat ketika bagian bawah tongkat menyentuh tanah. Posisi ini membuat tangan lebih nyaman dalam menggenggam sekaligus memberi tenaga yang cukup pada kondisi tertentu. Akan tetapi, kalau kondisi medan sedang menanjak, disarankan untuk memendekkan trekking pole sekitar 5—10 cm. Sementara itu, pada kondisi turunan, pendaki boleh memanjangkan trekking pole sekitar 5—10 cm dari sudut siku 90 derajat yang disebut sebelumnya.

4. Manfaat trekking pole ketika mendaki gunung

Jika dibutuhkan, seorang pendaki bisa saja memegang dua trekking pole sekaligus. (pexels.com/Darina Belonogova)

Itu dia beberapa tips yang bisa kamu lakukan kalau ada rencana mendaki gunung sambil menggunakan bantuan trekking pole. Nah, seandainya kita sudah mengikuti tips-tips di atas dan berhasil memilih trekking pole yang paling sesuai, lantas apa saja manfaat yang ditawarkan peralatan mendaki gunung yang satu ini?

Mont Bell melansir, kalau trekking pole yang sesuai dengan profil tubuh dan keadaan medan sangat berguna untuk membantu tubuh naik atau turun ketika berada di atas gunung. Sebab, tangan seorang pendaki jadi punya tumpuan yang kuat sampai tercipta momentum yang tepat sehingga bisa mengerahkan tenaga yang lebih kuat. Alhasil, pendaki mampu menggerakkan kakinya dengan lebih kuat, tanpa membuang tenaga berlebih.

Selain itu, mendaki gunung erat kaitannya dengan kekuatan kaki dan barang bawaan yang berat. Nah, trekking pole ternyata mampu mengurangi beban yang dialami kaki, pundak, dan pinggang pendaki karena tiap benturan yang tercipta pada langkah bisa didistribusikan secara merata. Maka dari itu, pendaki bisa menelusuri medan dalam durasi yang lebih panjang karena tubuh tidak cepat lelah.

Terakhir, manfaat yang ditawarkan trekking pole adalah keselamatan pada situasi genting. Seandainya pendaki menapaki tebing atau tiba-tiba terjatuh di jalur pendakian, alat yang satu ini dapat berperan sebagai penyangga yang mencegah tubuh terperosok lebih jauh. Selain itu, di kondisi medan yang tidak rata, trekking pole membantu tubuh pendaki jadi lebih seimbang yang berarti meminimalisir kemungkinan terjatuh selama berjalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team