5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport Indonesia

Limbahnya dikelola untuk pelestarian lingkungan, lho

Kita tentu sudah familier dengan PT Freeport Indonesia. Dikenal sebagai salah satu perusahaan tambang emas terbesar di Indonesia, PTFI--sebutan pendeknya--sudah berdiri lebih dari 50 tahun lalu. Selama itu, tentunya PTFI berkontribusi terhadap pemasukan negara dengan menghasilkan jutaan ton tambang mineral, mulai dari emas, perak, dan tembaga.

Selain itu, PTFI memegang prinsip berkelanjutan lingkungan dan kehidupan manusia (mining for life). Tak dipungkiri, aktivitas pertambangan kerap menuai perdebatan lantaran dampaknya terhadap lingkungan. Namun, PTFI sejak awal berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan Papua dengan menerapkan konsep pertambangan berkelanjutan.

Seperti yang disampaikan di Indonesia Writers Festival 2021, PTFI menyatakan, dengan menerapkan aktivitas tambang yang ramah lingkungan, tentunya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Papua dari segi sosial maupun ekonomi.

Oleh karena itu, PTFI sangat fokus terhadap pengelolaan limbah tambang. Nah, ada beberapa hal menarik, lho, mengenai pengelolaan limbah yang dilakukan PTFI. Kita simak selengkapnya di bawah ini, yuk!

1. Mengelola limbah dengan prinsip waste hierarchy

5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport IndonesiaPengelolaan limbah ala PT Freeport Indonesia (dok. PT Freeport Indonesia)

Seperti yang kerap dilakukan industri dalam mengelola limbah. PTFI juga menerapkan prinsip 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Tapi, tak cuma itu. PTFI juga melakukan reduce, reprocess dan downcycle terhadap limbah yang dihasilkan sehingga lebih bermanfaat dan berkelanjutan.

Di tahap awalnya, PTFI melakukan pengurangan limbah. Kemudian, limbah-limbah tersebut digunakan kembali dan didaur ulang menjadi produk baru yang bermanfaat. Tahap lainnya adalah recovery energy, yakni mengolah limbah menjadi sumber energi baru. Ketika tidak dapat diolah atau digunakan kembali, limbah akan ditimbun sesuai peraturan Pemerintah Indonesia.

PTFI sendiri juga punya tiga lokasi berbeda untuk mengelola limbah yang tidak berbahaya, yakni di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Koteka, TPA MP74 di dataran tinggi, dan TPA MP38 di dataran rendah. Sementara itu, limbah yang berbahaya akan dibawa ke industri pengolah di dalam negeri yang telah memiliki izin.

2. Limbah dikelola sebagai sumber energi baru dan beragam produk ramah lingkungan

5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport IndonesiaPT Freeport berkomitmen turut melestarikan lingkungan. (dok. PT Freeport Indonesia)

Ada banyak produk yang dihasilkan dari limbah tambang PTFI. Selain  benda dan minyak, PTFI juga berinisiatif mengolah abu dari unit boiler untuk membangkitkan tenaga listrik.

Pembangkit ini menggunakan bahan baku batubara yang dicampur semen serta abu. Dengan begitu, timbunan abu dari aktivitas pertambangan dapat berkurang. Inisiatif ini mendapat apresiasi penghargaan dari Energi Pratama Kementarian ESDM , lho!

Selain itu, limbah juga diolah menjadi produk yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Contohnya, wadah, ampas minyak, kertas, dan bekas dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat lokal.

3. Memanfaatkan tailing untuk media reklamasi dan pembangunan infrastruktur

dm-player
5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport IndonesiaPemanfaatan tailing untuk pembangunan infrastruktur oleh PT Freeport Indonesia. (dok. PT Freeport Indonesia)

Tailing adalah limbah yang diperoleh dari proses pengolahan bijih mineral emas dan tembaga berupa batuan atau tanah halus. Limbah ini masih mengandung mineral berharga sehingga sangat berbahaya bagi lingkungan. Oleh karenanya, limbah ini harus dikelola dengan baik agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

PTFI sangat menyadari hal ini. Menurut data terakhir, PTFI  sudah memanfaatkan 1,1 juta ton tailing untuk pembangunan infrastruktur di Papua. Maka dari itu, tailing dimanfaatkan sebagai media reklamasi di Sungai Ajkwa, pembangunan Jalan Trans-Nabire, hingga lapangan parkir gedung pertemuan Eme Neme Yauware Timika.

Prosesnya, tailing dicampur dengan bahan campuran beton yang disebut beton sirsat. Ternyata, beton sirsat ini punya keunggulan, lho. Di antaranya adalah tahan air tawar, laut, dan hujan asam, biayanya setengah kali lebih murah dari beton biasa, dan konsentrasi lindian yang rendah sehingga lebih aman.

Baca Juga: 5 Peran Besar Freeport Indonesia untuk Perekonomian Masyarakat Papua

4. Memanfaatkan lahan tailing untuk tanaman pangan

5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport IndonesiaPT Freeport Indonesia mengelola lahan tailing untuk tanaman. (dok. PT Freeport Indonesia)

Selain sebagai bahan campuran beton, tailing juga dimanfaatkan untuk lahan tanaman pangan. Bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Papua (Faperta UNIPA), PTFI melakukan riset memanfaatkan lahan tailing untuk pertanian. Ternyata, lahan ini bisa ditanami beragam tanaman pangan yang berkualitas dan aman dikonsumsi.

Pada September 2020 lalu, sudah lebih dari 140 jenis tanaman tumbuh di 1.000 hektare lahan tailing di Mimika. Uniknya, beberapa buah-buahan, seperti nanas, mangga, dan buah naga yang tumbuh memiliki rasa yang lebih manis daripada biasanya.

Tentu ini adalah pemanfaatan yang menarik. Dengan begitu, masyarakat Mimika bisa memperoleh alternatif lahan produktif untuk kebutuhan pangan.

5. Pencapaian PTFI menjaga lingkungan Papua secara berkelanjutan 

5 Fakta Menarik Pengelolaan Limbah Tambang Freeport IndonesiaPencapaian PT Freeport Indonesia untuk lingkungan Papua. (dok. PT Freeport Indonesia)

Pada  2020 lalu, PTFI menorehkan pencapaian dalam upayanya menjaga lingkungan Papua demi mengurangi dampak lingkungan. Tiga di antaranya adalah berikut ini:

  • Lebih dari 1.000 hektar lahan tailing di Muara Ajkwa telah direklamasi. Area reklamasi tersebut menjadi ekosistem keanekaragaman hayati untuk lebih dari 500 jenis tumbuhan, 116 jenis burung, 64 jenis kupu-kupu, 22 jenis reptil, dan 11 jenis mamalia yang hidup melalui proses suksesi alami.
  • Selain sebagai campuran beton, ekstrak tailing juga dimanfaatkan sebagiai komponen pupuk formula untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman keladi, salah satu bahan pangan pokok masyarakat Papua.
  • Sebanyak 4.000 ton materi tailing dikirimkan ke Kabupaten Merauke, Papua yang digunakan sebagai salah satu bahan pembangunan infrastruktur.

Sebagai perusahaan pertambangan yang besar, tentu ini menjadi tanggung jawab yang harus diemban, yakni melakukan aktivitas penambangan yang ramah lingkungan. Selain digunakan untuk kelangsungan aktivitas industri, PTFI juga berkontribusi memanfaatkan limbah tambang untuk masyarakat Papua.

Baca Juga: 5 Bukti Nyata Freeport Indonesia Peduli dengan Lingkungan Papua

Gendhis Arimbi Photo Verified Writer Gendhis Arimbi

Storyteller

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya