Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan Mengapa The Fed Tunda Pemangkasan Suku Bunga

Gedung Federal Reserve (Instagram/the Fed)
Gedung Federal Reserve (Instagram/the Fed)
Intinya sih...
  • Data tenaga kerja menjadi faktor kunci The Fed tunda pemangkasan suku bunga karena perlambatan pertumbuhan tenaga kerja, meskipun tingkat pengangguran stabil.
  • Posisi suku bunga sudah lebih rendah The Fed masih menahan diri karena posisi suku bunga acuan saat ini sudah lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
  • Inflasi masih jadi pertimbangan Meski CPI Juli menunjukkan perbaikan, inflasi inti tetap naik dan menimbulkan kekhawatiran bagi The Fed.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pasar keuangan Amerika Serikat menilai peluang bank sentral Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan pada September mendatang mencapai 94,2%. Ekspektasi ini muncul setelah data inflasi konsumen (CPI) Juli menunjukkan hasil lebih baik dari perkiraan, meski inflasi inti masih mencatat kenaikan.

Menurut Kelsey Berro, Fixed Income Portfolio Manager JPMorgan Asset Management, kondisi makro saat ini sebenarnya mirip dengan tahun lalu ketika The Fed mengambil langkah pemangkasan agresif. Namun, ada beberapa faktor berbeda yang membuat bank sentral belum mengambil keputusan serupa hingga kini.

Berikut diantaranya sebagaimana dilansir Yahoo Finance.

1. Data tenaga kerja menjadi faktor kunci

Ilustrasi bekerja (freepik.com)
Ilustrasi bekerja (freepik.com)

Berro menjelaskan, perlambatan pertumbuhan tenaga kerja menjadi salah satu alasan kuat mengapa The Fed diperkirakan akan segera menurunkan suku bunga. Dalam tiga bulan terakhir, rata-rata pertumbuhan payrolls hanya berada di 35.000, sedangkan rata-rata enam bulan berada di 80.000. Angka ini jauh lebih lemah dibanding periode sebelumnya.

“Tahun lalu, dengan kondisi pasar tenaga kerja serupa, The Fed menurunkan suku bunga hingga 100 basis poin. Jika dilihat dari data saat ini, seharusnya bank sentral kembali melakukan hal yang sama,” kata Berro dalam wawancara dengan Yahoo Finance.

Meski demikian, perbedaan signifikan terlihat dari tingkat pengangguran. Saat ini, tingkat jobless rate berada di kisaran 4,2 persen, tidak jauh berbeda dari tahun lalu, namun trennya tidak naik signifikan. Hal ini membuat Ketua The Fed Jerome Powell cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan.

2. Posisi suku bunga sudah lebih rendah

Ilustrasi suku bunga (freepik.com)
Ilustrasi suku bunga (freepik.com)

Alasan lain The Fed masih menahan diri adalah posisi suku bunga acuan saat ini yang sudah lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, suku bunga sempat berada di level 5,375 persen, kemudian dipangkas hingga ke 4,375 persen tahun ini.

“Dengan posisi yang lebih longgar, bank sentral punya ruang lebih sedikit untuk memangkas dibanding tahun lalu. Artinya, kebijakan moneter saat ini tidak seketat sebelumnya,” ujar Berro.

Kondisi ini membuat skenario pemangkasan 50 basis poin dalam satu kali rapat dinilai tidak realistis. Pasar pun lebih mematok ekspektasi pada pemangkasan bertahap sebesar 25 basis poin.

3. Inflasi masih jadi pertimbangan

ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)

Meski CPI Juli menunjukkan perbaikan, inflasi inti tetap naik dan menimbulkan kekhawatiran. Menurut Berro, tekanan harga yang bersumber dari potensi tarif baru dan beban konsumsi masyarakat masih menjadi variabel yang diawasi ketat The Fed.

“Dalam jangka pendek, tidak banyak kemajuan tambahan menuju target inflasi 2 persen. Itu sebabnya langkah besar seperti pemangkasan 50 basis poin tidak masuk hitungan. Namun, risiko perlambatan ekonomi membuat bank sentral tetap sensitif terhadap kebutuhan stimulus,” jelasnya.

Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, pasar menilai pemangkasan 25 basis poin pada September menjadi skenario paling masuk akal.

Ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga bulan depan memberi sinyal positif bagi investor. Perlambatan tenaga kerja, posisi suku bunga yang sudah lebih rendah, serta tekanan inflasi yang masih ada menjadi faktor utama yang diperhitungkan.

Bagi pelaku pasar, keputusan The Fed ini akan menjadi penentu arah ekonomi global hingga akhir tahun ini. Jika pemangkasan benar terjadi, stimulus moneter diharapkan dapat menjaga pertumbuhan sekaligus memberikan ruang lebih lega bagi sektor riil dan pasar modal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us