Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Air Canada Lumpuh Total Gegara 10 Ribu Pramugari Mogok Kerja

ilustrasi pesawat Air Canada (pexels.com/Airborne YVR)
ilustrasi pesawat Air Canada (pexels.com/Airborne YVR)
Intinya sih...
  • CUPE menolak arbitrase pemerintah dan menuntut kenaikan gaji serta kompensasi tambahan.
  • Air Canada menawarkan kenaikan kompensasi 38 persen selama empat tahun, namun CUPE menolaknya.
  • Menteri Tenaga Kerja Kanada berusaha menjembatani kedua belah pihak dengan pertemuan pada Jumat malam.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Air Canada resmi menghentikan seluruh operasional penerbangan pada Sabtu (16/8/2025), setelah lebih dari 10 ribu pramugari memulai aksi mogok kerja. Aksi ini digelar serentak pada musim puncak perjalanan musim panas, membuat ribuan penumpang di berbagai negara terlantar. Maskapai terbesar Kanada itu biasanya melayani sekitar 700 penerbangan harian ke 180 kota di seluruh dunia.

Mogok dimulai pada pukul 12:58 pagi waktu timur (ET), hanya beberapa jam setelah serikat pekerja Canadian Union of Public Employees (CUPE) mengajukan pemberitahuan mogok 72 jam sebelumnya. Air Canada menyampaikan penyesalan atas gangguan yang timbul dan menyarankan penumpang untuk tidak datang ke bandara.

“Kami sekarang resmi mogok,” kata CUPE, dikutip dari France 24.

1. Serikat pekerja tolak tawaran kontrak Air Canada

Perselisihan kontrak memanas ketika CUPE menolak usulan Air Canada untuk masuk ke arbitrase yang diarahkan pemerintah, yang akan mencabut hak mogok dan menyerahkan keputusan pada mediator pihak ketiga. Keputusan itu diambil hanya sehari sebelum aksi mogok berlangsung. Serikat yang mewakili 70 persen pekerja wanita ini menuntut kenaikan gaji dan kompensasi tambahan.

Air Canada sempat mengunci akses pramugari ke bandara usai pemogokan dimulai. Tawaran terbaru perusahaan berupa kenaikan kompensasi 38 persen selama empat tahun, termasuk tunjangan dan pensiun. Maskapai mengklaim, skema itu akan menjadikan pramugari mereka dengan bayaran tertinggi di Kanada, mencapai rata-rata 87 ribu dolar Kanada (setara Rp1,01 miliar) pada 2027.

Namun CUPE menolak tawaran tersebut dengan alasan inflasi membuat kenaikan 8 persen di tahun pertama masih jauh dari cukup. Serikat juga menyoroti praktik industri yang tidak membayar tugas darat, seperti proses boarding dan persiapan setelah pendaratan.

“Penumpang rata-rata, yang tidak familiar dengan praktik umum industri, bisa berpikir, ‘Saya sedang menunggu untuk naik ke pesawat dan ada pramugari yang membantu saya, tetapi secara teknis mereka tidak dibayar untuk pekerjaan itu.’ Ini adalah isu yang sangat bagus untuk disoroti,” kata Rafael Gomez dari Universitas Toronto.

2. Pemerintah Kanada coba mediasi perselisihan

bendera Kanada (pexels.com/Social Soup Social Media)
bendera Kanada (pexels.com/Social Soup Social Media)

Menteri Tenaga Kerja Kanada, Patty Hajdu, berusaha menjembatani kedua belah pihak dengan pertemuan pada Jumat (15/8/2025) malam. Ia menilai perundingan berjalan lambat dan masyarakat mengandalkan keseriusan semua pihak.

“Tidak dapat diterima bahwa kemajuan yang dicapai sangat sedikit. Warga Kanada mengandalkan kedua belah pihak untuk memberikan upaya terbaik mereka,” tulis Hajdu dalam unggahan media sosial.

Sementara itu, juru bicara CUPE, Hugh Pouliot, menegaskan bahwa serikat terbuka melanjutkan negosiasi meski tawaran terbaru mereka belum dijawab sejak Selasa (12/8/2025).

“CUPE telah terlibat dengan mediator untuk menyampaikan kesediaan kami untuk terus bernegosiasi — meskipun Air Canada belum menanggapi dua penawaran terakhir kami sejak Selasa. Kami di sini untuk menegosiasikan kesepakatan, bukan untuk mogok,” katanya.

Dilansir dari The New York Times, Profesor hukum ketenagakerjaan Universitas York, David J. Doorey, memprediksi akan ada gugatan hukum bila pemerintah memaksakan arbitrase. Menurutnya, perusahaan kerap menahan tawaran terbaik karena berharap intervensi pemerintah akan menghentikan aksi mogok.

3. Ribuan penumpang terlantar dan ekonomi Kanada tertekan

ilustrasi antrean di bandara (pexels.com/Connor Danylenko)
ilustrasi antrean di bandara (pexels.com/Connor Danylenko)

Penghentian penerbangan berdampak pada sekitar 130 ribu penumpang setiap hari, termasuk 25 ribu warga Kanada yang terjebak di luar negeri. Hingga Jumat malam, 623 penerbangan dibatalkan dan seluruh jadwal Sabtu dihapus. Air Canada menawarkan pengembalian dana penuh serta upaya pemesanan ulang melalui situs web dan aplikasi, meski kapasitas maskapai lain terbatas.

Alex Laroche, warga Montreal berusia 21 tahun, menjadi salah satu penumpang yang terkena imbas. Ia dan pacarnya sudah menabung sejak Natal untuk liburan Eropa senilai 8 ribu dolar Kanada (setara Rp93,5 juta).

“Saat ini, ini hanya permainan menunggu,” kata Laroche.

Ia kemudian mengaku memahami alasan mogok setelah mengetahui isu gaji, dengan menyebut, Gaji mereka hampir tidak cukup untuk hidup.

Kisah serupa dialami Judith Djaha, penumpang asal Kamerun, yang mendapati penerbangannya ke Brussels dibatalkan ketika tiba di Bandara Toronto Pearson. Ia mengaku kesulitan mengatur ulang perjalanan lanjutan ke Kamerun karena pemesanan dilakukan melalui agen.

Sementara itu, sekitar 300 penerbangan regional dengan pesawat baling-baling kecil masih beroperasi melalui mitra maskapai. COO Air Canada, Mark Nasr, memperkirakan butuh waktu hingga seminggu untuk kembali normal setelah kesepakatan dicapai. Gomez menilai mogok ini tidak akan berlangsung lama, menyebutnya hampir seperti permainan catur antara maskapai dan pramugari.

Di sisi lain, jajak pendapat Angus Reid Institute menunjukkan mayoritas warga Kanada mendukung kompensasi penuh untuk tugas darat pramugari. Business Council of Canada memperingatkan aksi ini bisa memperparah tekanan ekonomi akibat perang dagang Presiden AS, Donald Trump, terutama di sektor otomotif, aluminium, dan baja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us