HM Sampoerna Catat Laba Bersih Rp2,1 Triliun pada Semester I-2025

- Laba bersih Sampoerna semester I-2025 turun 36 persen menjadi Rp2,1 triliun
- Volume penjualan turun 1,5 persen karena downtrading dan tantangan industri tembakau
- Sampoerna berkomitmen hadapi tantangan dengan investasi berkelanjutan dan mendukung ekonomi nasional serta daerah
Jakarta, IDN Times - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan laba bersih Rp2,1 triliun pada semester I-2025. Angka tersebut mengalami penurunan 36 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Meski begitu, Sampoerna memastikan penurunan laba bersih selama paruh pertama 2025 tidak mempengaruhi kinerja perseroan.
Di sisi lain, Sampoerna mencatat peningkatan pangsa pasar sebesar 0,8 poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 31 persen.
"Kami bangga Sampoerna dapat meningkatkan pangsa pasar dan mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau nasional. Kami sangat mengapresiasi komitmen pemerintah dalam menjaga iklim usaha yang kondusif, salah satunya melalui kebijakan untuk tidak menaikkan tarif cukai pada 2025," ujar Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi dalam pernyataan resminya, Kamis (31/7/2025).
"Kami berharap pemerintah dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan kebijakan ini guna mendukung tujuan pertumbuhan ekonomi, menjaga serapan tenaga kerja dan penerimaan negara, serta menjaga kelangsungan usaha para pelaku industri legal,” sambung dia.
1. Penurunan volume penjualan dan tantangan industri tembakau

Sementara itu, volume penjualan turun 1,5 persen menjadi 39,3 miliar batang. Hal itu disebabkan dampak tren downtrading perpindahan dari produk premium ke produk yang lebih murah.
Adapun dalam lima tahun terakhir, dinamika dan kinerja industri hasil tembakau masih terus menghadapi tantangan. Hal itu dipicu oleh kenaikan kebijakan tarif cukai signifikan di tengah menurunnya daya beli para perokok dewasa sejak masa pandemi COVID dan dibarengi tekanan ekonomi akibat situasi geopolitik.
Kondisi ini mendorong maraknya peredaran rokok ilegal di Indonesia yang secara langsung merugikan pelaku usaha legal, sekaligus juga menurunkan potensi penerimaan negara dari sektor cukai dan pajak secara keseluruhan.
Terkait hal tersebut, Ivan sangat mengapresiasi langkah pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang semakin intensif dan tegas dalam memberantas rokok ilegal, baik melalui edukasi maupun penindakan di lapangan.
"Komitmen ini sangat krusial bagi kelangsungan industri hasil tembakau dan kami mendukung penuh upaya kolektif ini," kata Ivan.
2. Komitmen Sampoerna hadapi tantangan terhadap industri hasil tembakau

Di tengah tantangan dan tekanan yang dihadapi industri hasil tembakau, Sampoerna berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional melalui investasi berkelanjutan dengan memperkuat ekosistem industri dan kemitraan serta mendorong ekonomi kerakyatan yang lebih luas. Hal tersebut mencakup penambahan lima kemitraan dengan pengusaha lokal/koperasi daerah pada 2024 menjadi total 43 mitra produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang tersebar di kabupaten/kota di pulau Jawa.
Kemudian melakukan kemitraan dengan 19.500 petani tembakau dan cengkih dengan jaminan pembelian, kerja sama dengan 1.700 pemasok lokal serta berkolaborasi dengan 1,5 juta mitra ritel di seluruh Indonesia. Selain memperkuat kemitraan dan mendorong ekonomi kerakyatan, Ivan juga mengatakan, Sampoerna turut berinvestasi dan berinovasi secara berkelanjutan, baik dari sisi kegiatan usaha maupun portofolio produk.
"Jika pada tahun 2023 lalu kami meresmikan advanced laboratorium dan pabrik produk tembakau inovatif bebas asap pertama di Asia Tenggara dengan investasi lebih dari 330 juta dolar AS, maka tahun 2024 lalu kami juga menambah fasilitas produksi SKT di Tegal dan Blitar. Secara keseluruhan, Sampoerna menyerap lebih dari 90 ribu tenaga kerja yang mayoritas bekerja di lini produksi portofolio SKT kami," kata Ivan.
"Selain itu, Sampoerna juga menjadi pusat ekspor Philip Morris International (PMI) ke lebih dari 30 tujuan ekspor, baik untuk produk rokok maupun produk tembakau yang dipanaskan,” imbuh dia.
3. Sampoerna bangkitkan geliat ekonomi daerah dan nasional

Secara keseluruhan, kegiatan bisnis dan operasional Sampoerna turut menggerakkan perekonomian daerah dan nasional. Ke depan, Ivan optimistis pemerintah akan mempertimbangkan kebijakan untuk mendukung keberlangsungan industri hasil tembakau yang merupakan salah satu pilar kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen.
"Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa sinergi antara sektor swasta dan pemerintah adalah kunci untuk membangun fondasi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan berkelanjutan," kata Ivan.