Jepang Desak AS Segera Laksanakan Pemotongan Tarif Otomotif

- Pemerintah Jepang desak AS laksanakan pemotongan tarif otomotif.
- Pertemuan bilateral Akazawa dan Lutnick di Washington membahas rincian perjanjian tarif dan dinamika implementasi.
- Tanggapan dan tantangan di dalam negeri Jepang terkait risiko interpretasi kebijakan yang berbeda dengan pihak AS.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Jepang menyampaikan permintaan resmi kepada Amerika Serikat (AS) untuk segera menerapkan pemotongan tarif impor mobil dan suku cadang otomotif sesuai dengan perjanjian dagang bilateral terbaru. Permintaan ini disampaikan setelah pertemuan antara pejabat tinggi Jepang dan AS di Washington, pada Rabu (6/8/2025).
Pertemuan yang berlangsung selama 90 menit antara negosiator utama perdagangan Jepang, Ryosei Akazawa, dan Sekretaris Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjadi momen penting dalam upaya memastikan implementasi cepat dari kesepakatan tarif bilateral kedua negara. Jepang menekankan pentingnya pelaksanaan konkrit dari hasil kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya.
1. Pertemuan bilateral Akazawa dan Lutnick di Washington
Ryosei Akazawa dan Howard Lutnick mengadakan diskusi intensif di Washington yang berfokus pada implementasi pemotongan tarif otomotif. "Kami meminta AS segera mengambil langkah yang diperlukan untuk melaksanakan perjanjian yang telah disepakati," ujar Akazawa setelah pertemuan tersebut, dikutip Asia Nikkei.
Pertemuan ini juga mengonfirmasi pentingnya pelaksanaan kebijakan yang saling menguntungkan bagi kedua negara, seperti yang dinyatakan pemerintah Jepang dalam keterangan resminya.
Selain membahas tarif mobil, kedua pihak juga memastikan agar kebijakan baru ini dapat mendukung ekosistem industri di masing-masing negara. AS setuju untuk menurunkan tarif impor mobil dan suku cadang Jepang dari 27,5 persen menjadi 15 persen, namun belum mengumumkan waktu implementasinya.
2. Rincian perjanjian tarif dan dinamika implementasi
Jepang meminta kepastian waktu pelaksanaan penurunan tarif yang telah disepakati dalam perjanjian dagang pada Juli 2025.
"Kami ingin memastikan bahwa AS menaati kesepakatan tentang tarif mobil Jepang," ujar Akazawa, kutip Reuters.
Perjanjian tersebut juga mencakup pemotongan tarif produk lain dari 25 persen menjadi 15 persen yang berlaku mulai Kamis (7/8/2025).
Di sisi lain, muncul perbedaan interpretasi antara Jepang dan AS terkait 'tarif bertingkat' (stacking). Jepang menegaskan bahwa barang tertentu seperti daging sapi Jepang yang sudah kena tarif di atas 15 persen tidak boleh dikenakan lagi tarif tambahan sebesar 15 persen. Namun, dokumen eksekutif AS sejauh ini hanya menjamin perlakuan tersebut kepada Uni Eropa, bukan Jepang.
3. Tanggapan dan tantangan di dalam negeri Jepang
Ryosei Akazawa di hadapan parlemen Jepang menegaskan bahwa pemerintah berupaya keras untuk mencegah terjadinya penumpukan tarif pada barang ekspor utama Jepang.
“Kami telah menegaskan dengan pihak AS agar tidak ada penerapan tarif ganda untuk barang Jepang,” tutur Akazawa dalam rapat parlemen, dilansir Channel News Asia.
Meski demikian, belum adanya naskah perjanjian tertulis secara formal menimbulkan kritik dari sejumlah anggota parlemen dan media domestik di Jepang. Pemerintah Jepang mendapatkan sorotan atas risiko interpretasi kebijakan yang berbeda dengan pihak AS, sehingga berpotensi merugikan eksportir Jepang jika pemangkasan tarif tak segera diimplementasikan sesuai kesepakatan.