Outstanding Turun SRBI Jadi Rp720,61 Triliun, Jaga Likuiditas Bank

- Penurunan outstanding SRBI diikuti dengan turunnya yield, khususnya pada tenor 12 bulan yang menjadi acuan utama.
- Aktivitas di pasar sekunder tetap terjaga meski outstanding SRBI menurun.
- Kepemilikan SRBI oleh investor asing hanya 19,81 persen dari total outstanding Rp740,78 triliun.
Yogyakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya menjaga likuiditas perbankan melalui pengelolaan instrumen operasi moneter. Salah satunya dilakukan dengan menurunkan penerbitan Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara terukur sepanjang 2025.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Ronald D. Parluhutan mengatakan outstanding SRBI menurun signifikan dari Rp923,53 triliun per 31 Desember 2024 menjadi Rp720,61 triliun per 19 Agustus 2025.
Ia menjelaskan, penurunan outstanding tersebut merupakan bagian dari strategi Operation Moneter Pro Market, yang berfokus pada pengelolaan likuiditas secara terukur, transparan, dan berbasis pasar. Melalui strategi ini, BI berupaya menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
“Upaya ini dilakukan untuk mendukung kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan, sekaligus mendorong keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya, Jumat (22/8/2025).
1. Penurunan outstanding diikuti dengan turunnya yield

Penurunan outstanding SRBI juga diikuti dengan turunnya yield, khususnya pada tenor 12 bulan yang menjadi acuan utama. Saat ini, SRBI ditawarkan dalam tiga tenor, yakni 6, 9, dan 12 bulan.
Pada 20 Agustus 2025, BI kembali menurunkan BI Rate sebanyak 100 bps atau empat kali menjadi level 5 persen. Level ini pun menjadi yang terendah sejak 2022. Lelang SRBI mingguan sebelumnya tercatat pada posisi 5,34 persen.
“Dengan penurunan suku bunga acuan, yield SRBI juga ikut turun sejalan dengan arah kebijakan moneter,” kata Ronald.
2. Aktivitas di pasar sekunder tetap terjaga

Meski outstanding SRBI menurun, aktivitas di pasar sekunder dinilai tetap relatif terjaga. SRBI adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia, surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai instrumen operasi moneter baru untuk mengelola likuiditas.
“Di tengah penurunan outstanding dan yield, transaksi SRBI di pasar sekunder masih terjaga dengan baik,” ungkapnya.
3. Kepemilikan SRBI oleh investor asing hanya 19,81 persen

Sementara itu, kepemilikan SRBI oleh nonresiden atau asing tercatat sebesar Rp146,78 triliun per 31 Juli 2025, atau 19,81 persen dari total outstanding Rp740,78 triliun. Angka tersebut menunjukkan minat investor asing masih cukup terjaga terhadap instrumen BI.
Menurut Ronald, penurunan outstanding SRBI membuka ruang lebih besar bagi likuiditas di pasar uang. Komposisi instrumen operasi moneter pun disesuaikan dengan lebih banyak porsi pada tenor pendek untuk mendukung ekspansi likuiditas.
“Dengan penurunan komposisi SRBI ke Rp720 triliun, komponen tenor yang lebih pendek kami tingkatkan agar likuiditas perbankan lebih longgar dan ekonomi dapat terus tumbuh,” tegasnya.