PLN Cetak Laba Rp17,76 Triliun sepanjang 2024, Turun 19 Persen!

- Penjualan listrik sebesar 306,22 TWh, naik 6,17% dari tahun sebelumnya.
- Penjualan didominasi oleh sektor rumah tangga (43%) dan industri (30%).
- Jumlah pelanggan PLN tumbuh 5,88%.
Jakarta, IDN Times - PT PLN (Persero) membukukan laba bersih Rp17,76 triliun sepanjang 2024, turun 19,52 persen dibandingkan 2023 atau secara year on year (yoy). Sementara itu, pendapatan perusahaan sepanjang 2024 mencapai Rp545,4 triliun, naik 11,9 persen (yoy).
Kinerja PLN itu dilaporkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar hari ini, Rabu (18/6/2025) di kantor Kementerian BUMN, Jakarta.
1. Penjualan PLN naik tipis

Sepanjang 2024, penjualan tenaga listrik PLN sebesar 306,22 terawatt hour (TWh), naik tipis, yakni 6,17 persen dibandingkan dengan realisasi 2023. Capaian itu juga setara 102,08 persen dari target yang ditetapkan Pemerintah sebesar 299,99 TWh.
Penjualan tenaga listrik ini menjadi penopang utama pendapatan perseroan yang mencapai Rp353,17 triliun, meningkat dari Rp333,19 triliun pada tahun sebelumnya. Pada 2024, penjualan listrik didominasi oleh sektor rumah tangga sebesar 43 persen, disusul sektor industri 30 persen, sektor bisnis 19 persen, dan sektor lainnya 8 persen.
2. Jumlah pelanggan PLN tumbuh 5,88 persen

Peningkatan penjualan tenaga listrik ini juga didukung oleh upaya penambahan aset serta konsolidasi seluruh proses bisnis PLN hingga menjadi perusahaan yang modern, inovatif dan siap beradaptasi dengan perubahan iklim bisnis global. Berkat upaya tersebut, jumlah pelanggan tumbuh 5,88 persen dari periode sebelumnya atau sebesar 3,72 juta pelanggan.
“Capaian ini menjadi bukti nyata bahwa transformasi yang kami jalankan sejak 2020 telah membawa hasil yang konkret serta menegaskan posisi PLN sebagai perusahaan kelas dunia," kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dikutip dari keterangan resmi.
3. Rasio elektrifikasi nasional meningkat

Sementara itu, dari sisi pelanggan rumah tangga, PLN terus memperluas jangkauan layanan melalui program listrik desa (Lisdes), dan pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dengan upaya itu, rasio elektrifikasi nasional menjadi 99,83 persen. Penambahan tersebut juga berimbas pada peningkatan penjualan listrik pelanggan rumah tangga sebesar 130,43 TWh, naik 6,62 persen.
“Ini bukan hanya mendongkrak penjualan, tetapi juga untuk memastikan keadilan energi bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ucap Darmawan.