Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.338,5 per Dolar AS

- Mayoritas mata uang di Asia melemah, termasuk Baht Thailand, Ringgit Malaysia, Yuan China, Rupee India, Peso Filipina, Dolar Taiwan, dan Dolar Singapura.
- Rupiah masih berpotensi melemah hingga akhir perdagangan karena diperkirakan akan terdepresiasi terhadap dolar AS yang menguat.
- Rupiah dibayangi oleh pelebaran defisit transaksi berjalan yang disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat Trade War 2.0 serta eskalasi ketegangan geopolitik.
Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah di pasar spot dibuka melemah pada perdagangan Jumat (22/8/2025) pagi.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.13 WIB, rupiah mengalami depresiasi ke level Rp16.338,5 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah tercatat melemah 50,50 poin atau 0,31 persen dari penutupan kemarin.
1. Sejumlah mata uang di Asia melemah
Mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah
Baht Thailand melemah 0,09 persen
Ringgit Malaysia melemah 0,13 persen
Yuan China melemah 0,04 persen
Rupee India melemah 0,22 persen
Peso Filipina melemah 0,06 persen
Dolar Taiwan melemah 0,32 persen
Dolar Singapura melemah 0,02 persen
2. Rupiah masih berpotensi melemah hingga akhir perdagangan
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat seiring dengan pernyataan Hawkish dari Presiden the Fed Kansas Jeffrey Schmid terkait risiko inflasi.
"Presiden the Fed Cleveland Beth Hammack yang tidak mendukung pemangkasan suku bunga. Dolar juga didukung oleh data PMI dan permumahan AS yang lebih kuat dari perkiraan. Range Rp16.250-Rp16.400 per dolar AS," tegasnya.
3. Rupiah dibayangi oleh pelebaran defisit transaksi berjalan
Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan nilai tukar rupiah pada hari Kamis bergerak cenderung sideways dan ditutup melemah tipis sebesar 0,09 persen ke level Rp16.285 per dolar AS.
Di sisi lain, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2025 oleh Bank Indonesia (BI), yang mencatat defisit sebesar 6,74 miliar dolar AS meningkat dibandingkan defisit USD0,79 miliar pada kuartal sebelumnya.
"Pelebaran defisit tersebut disebabkan oleh membesarnya defisit pada neraca transaksi berjalan maupun neraca transaksi finansial, yang dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat Trade War 2.0 serta eskalasi ketegangan geopolitik. Defisit transaksi berjalan melebar menjadi 3,01 miliar dolar AS atau turun 0,84 persen dari PDB pada kuartal II-2025, dibandingkan 0,23 miliar dolar AS atau turun 0,07 persen dari PDB pada kuartal I-2025," tegasnya.
Sementara itu, tekanan tambahan juga datang dari sentimen global, terutama menjelang Simposium Tahunan Jackson Hole yang diselenggarakan oleh The Fed, yang berpotensi memberikan kejelasan arah kebijakan suku bunga The Fed ke depannya. Hari ini, Rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran Rp16.225 per dolar AS hingga Rp16.375 per Dolar AS.