Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tarif AS 25 Persen Picu Ketegangan India dalam Perdagangan Minyak

bendera india (unsplash.com/Naveed Ahmed)
bendera india (unsplash.com/Naveed Ahmed)
Intinya sih...
  • Uni Eropa sanksi kilang India, ekspor ke Eropa dihentikan
  • Impor minyak Rusia jadi sorotan, ketergantungan India membesar
  • AS ketatkan sanksi lewat tarif tinggi, pemerintah dan pengusaha India bereaksi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Para pelaku industri minyak India menghadapi tantangan besar akibat tekanan baru dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang meningkatkan sanksi atas energi Rusia. Langkah-langkah pembatasan ini membuat India harus mencari pasokan minyak mentah alternatif.

Sanksi semakin berat ketika Presiden AS, Donald Trump, resmi mengumumkan tarif impor sebesar 25 persen atas barang ekspor India. Tindakan ini dipicu oleh hubungan erat India dengan Rusia, khususnya dalam hal perdagangan energi dan pertahanan.

1. Uni Eropa sanksi kilang India, ekspor ke Eropa dihentikan

Uni Eropa memberlakukan paket sanksi ke-18, yang kali ini secara spesifik menargetkan perusahaan kilang minyak India Nayara Energy Ltd yang berlokasi di Vadinar, Gujarat. Sanksi tersebut melarang ekspor produk kilang seperti bensin dan solar dari Nayara ke negara-negara Eropa.

“Untuk pertama kalinya, kami menetapkan pembatasan pada kilang Rosneft terbesar di India,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, dilansir The New Indian Express.

Akibat langsungnya, beberapa perusahaan pelayaran India meminta kontrak angkutan minyak dengan Nayara Energy diakhiri karena khawatir terkena sanksi. Tekanan ini membuat Nayara harus memangkas produksi di kilang sebesar 400 ribu barel per hari dan membatalkan beberapa pengiriman minyak mentah Rusia ke pelabuhan mereka pada awal pekan terakhir Juli.

2. Impor minyak Rusia jadi sorotan, ketergantungan India membesar

ilustrasi ekspor impor (pexels.com/Kai Pilger)
ilustrasi ekspor impor (pexels.com/Kai Pilger)

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, India meningkatkan pembelian minyak Rusia secara drastis. Pada Januari 2022, minyak mentah Rusia hanya mengambil porsi 0,2 persen dari total impor minyak India. Namun, pada Mei 2023, angka itu melonjak hingga puncak 2,15 juta barel per hari, atau sekitar 35-40 persen dari seluruh total impor minyak India pada Juli 2025.

“India akan membayar tarif 25 persen, plus penalti, mulai 1 Agustus,” tulis Presiden Trump lewat akun medianya, dilansir Fox Business.

Menurut data perusahaan pelacakan Kpler, sepanjang Juli 2025, Rusia memasok 36 persen kebutuhan minyak mentah India, sementara impor dari Irak dan Arab Saudi menurun signifikan. Ketergantungan ini mengundang sorotan tajam dari AS dan sekutunya, yang menilai pembelian minyak Rusia oleh India membantu keuangan Moskow di perang Ukraina.

3. AS ketatkan sanksi lewat tarif tinggi, pemerintah dan pengusaha India bereaksi

Presiden Trump menegaskan akan memulai tarif 25 persen untuk seluruh ekspor India ke AS per 1 Agustus 2025. Trump bahkan menambahkan penalti tambahan khusus untuk pembelian energi dan perangkat militer dari Rusia.

“India selalu membeli mayoritas alat militer dan jadi pembeli energi terbesar Rusia, di saat semua pihak ingin Rusia hentikan perang di Ukraina,” ujar Trump.

Tarif baru ini berdampak besar pada berbagai sektor seperti farmasi, perhiasan, tekstil, dan elektronik—industri ekspor utama India ke pasar AS. Menanggapi tarif ini, Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar menegaskan bahwa India tetap mengutamakan kepentingan nasional dan akan terus mencari minyak dengan harga terbaik demi kebutuhan dalam negeri.

“Kami membeli minyak dari siapapun yang menawarkan harga terbaik, untuk kepentingan warga kami,” ujarnya dalam pernyataan di New Delhi, dilansir NDTV.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us