Trump Kritik CEO Goldman Sachs soal Prediksi Tarif

- Kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, memperingatkan bahwa konsumen AS akan menanggung hingga 67% biaya tarif pada Oktober.
- Proyeksi ini sejalan dengan lembaga keuangan lain yang memprediksi kenaikan harga di masa depan.
- Departemen Keuangan AS melaporkan pendapatan tarif hampir mencapai 28 miliar dolar AS pada Juli.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, melontarkan kritik kepada CEO Goldman Sachs, David Solomon pada Selasa (12/8/2025). Ia mendesak Solomon untuk mengganti kepala ekonom bank tersebut atau kembali menekuni hobi lamanya sebagai DJ. Serangan itu muncul setelah laporan Goldman Sachs memprediksi konsumen AS akan menanggung beban tarif yang makin besar.
Dalam unggahan di Truth Social, Trump menyampaikan pandangannya.
“Tarif tidak menyebabkan inflasi, atau masalah lain bagi Amerika, selain jumlah uang tunai yang sangat besar mengalir ke kas negara kita,” ujarnya. Menurut Trump, biaya tarif sebagian besar ditanggung oleh perusahaan dan pemerintah asing, bukan konsumen AS.
1. Prediksi kenaikan beban tarif bagi konsumen AS
Kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, yang memimpin riset ekonomi bank sejak 2011, mengeluarkan peringatan pada laporan Minggu lalu.
“Perkiraan kami menunjukkan bahwa konsumen AS telah menanggung 22 persen dari biaya tarif hingga Juni, tetapi porsi mereka kemungkinan akan meningkat menjadi 67 persen pada Oktober jika tarif terbaru memiliki dampak yang sama seiring waktu seperti tarif awal,” katanya, dikutip dari CNBC.
Dilansir dari CNN, Hatzius dikenal sebagai ekonom berpengaruh yang pada 2023 memprediksi AS akan terhindar dari resesi. Ia pernah bertemu dengan eks Presiden AS, Joe Biden dan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Timnya juga sejalan dengan proyeksi lembaga keuangan lain yang memprediksi kenaikan harga di masa depan, meski dampak penuhnya belum sepenuhnya terlihat.
2. Pendapatan tarif dan dampaknya pada perusahaan global

Departemen Keuangan AS melaporkan pendapatan tarif melonjak hingga hampir 28 miliar dolar AS (setara Rp454 triliun) pada Juli. Pada periode yang sama, inflasi naik 0,2 persen dengan tingkat tahunan 2,7 persen, sedikit di bawah perkiraan analis. Angka ini mencerminkan besarnya pemasukan negara dari kebijakan perdagangan tersebut.
Dilansir dari The Guardian, sejak Trump memulai perang dagang pada 1 Februari dengan mengenakan tarif pada impor dari Meksiko, Kanada, dan China, ratusan perusahaan bereaksi. Sedikitnya 333 perusahaan di seluruh dunia melaporkan kerugian gabungan antara 13,6-15,2 miliar dolar AS (setara Rp220-246 triliun) sepanjang tahun, untuk periode 16 Juli hingga 8 Agustus, berdasarkan data Reuters tracker.
3. Perubahan kebijakan tarif dan sikap Trump terhadap kritik
Kebijakan tarif Trump mencakup tarif timbal balik global yang diumumkan pada April lalu, serta tarif barang China yang diturunkan dari puncak 145 persen menjadi 30 persen sejak Mei. Sejumlah tarif juga ditunda atau dikurangi, sehingga dampak penuhnya bagi konsumen AS tertahan. Langkah ini dinilai memperlambat efek langsung pada pasar domestik.
Trump menuding Solomon dan Goldman Sachs menolak mengakui manfaat dari kebijakan tarifnya.
“Mereka membuat prediksi buruk sejak lama tentang dampak pasar dan tarif itu sendiri,” ucapnya. Ia bahkan menyarankan Solomon untuk mencari ekonom baru atau kembali menjadi DJ, profesi sampingan yang ditinggalkan dua tahun lalu karena tekanan dewan direksi.
Goldman Sachs, Hatzius, dan juru bicara Gedung Putih menolak memberikan komentar atas pernyataan Trump tersebut.