Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan Finansial yang Sering Disalahpahami, Gak Cuma Soal Irit!

ilustrasi perempuan memegang uang (pexels.com/bangunstockproduction)
ilustrasi perempuan memegang uang (pexels.com/bangunstockproduction)
Intinya sih...
  • Menabung 50 persen gaji bukan satu-satunya jalanBeban biaya hidup, cicilan, hingga kondisi darurat bisa membuat target itu terasa mustahil. Atur uang bukan soal mengikuti angka kaku, tapi tentang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pribadi.
  • Berhemat bukan berarti mengorbankan kualitas hidupKesalahan finansial sering muncul karena fokus hanya pada pengeluaran, bukan keseimbangan. Hemat bukan berarti hidup pelit, melainkan tahu prioritas dan tahu kapan harus berhenti.
  • Utang selalu buruk itu hanya mitos financial habits yang sehat bukan menghindari utang sama sekali, tapi tahu cara mengelola dan mem
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengatur keuangan sering dianggap hanya soal menabung sebanyak mungkin. Banyak orang percaya semakin besar uang yang disisihkan, semakin baik kondisi finansial mereka. Padahal, realitas keuangan pribadi jauh lebih kompleks daripada sekadar angka tabungan.

Mitos keuangan yang beredar sering bikin kita salah langkah dalam mengelola uang. Mulai dari aturan kaku seperti harus menabung 50 persen gaji hingga anggapan utang selalu buruk. Saatnya kita bongkar kesalahpahaman ini dan melihat bagaimana financial habits yang sehat sebenarnya bekerja, simak ya!

1. Menabung 50 persen gaji bukan satu-satunya jalan

ilustrasi orang menabung (freepik.com/frimufilms)
ilustrasi orang menabung (freepik.com/frimufilms)

Banyak artikel keuangan menganjurkan untuk menyisihkan 50 persen gaji sebagai standar menabung. Sekilas aturan ini terdengar ideal, tapi dalam praktiknya belum tentu cocok untuk semua orang. Beban biaya hidup, cicilan, hingga kondisi darurat bisa membuat target itu terasa mustahil.

Atur uang bukan soal mengikuti angka kaku, tapi tentang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pribadi. Menabung 10–20 persen secara konsisten bisa jauh lebih realistis daripada memaksakan setengah gaji. Yang terpenting adalah kebiasaan disiplin, bukan persentase yang membebani.

2. Berhemat bukan berarti mengorbankan kualitas hidup

ilustrasi perempuan belanja (freepik.com/pvproductions)
ilustrasi perempuan belanja (freepik.com/pvproductions)

Banyak orang menganggap hemat berarti harus memangkas semua pengeluaran “tidak penting.” Akhirnya, mereka menahan diri untuk menikmati hiburan, makan enak, atau liburan singkat. Padahal, cara ekstrem seperti ini justru bisa memicu stres finansial.

Kesalahan finansial sering muncul karena fokus hanya pada pengeluaran, bukan keseimbangan. Menikmati hidup dengan porsi wajar justru membantu menjaga motivasi jangka panjang. Hemat bukan berarti hidup pelit, melainkan tahu prioritas dan tahu kapan harus berhenti.

3. Utang selalu buruk itu hanya mitos

ilustrasi orang meminjam uang (freepik.com/jcomp)
ilustrasi orang meminjam uang (freepik.com/jcomp)

Utang sering dianggap sebagai musuh terbesar dalam hidup finansial. Banyak orang panik begitu mendengar kata utang, padahal tidak semua utang bersifat negatif. Ada utang produktif yang bisa membantu kamu mencapai tujuan lebih cepat, seperti kredit pendidikan atau modal usaha.

Yang jadi masalah adalah utang konsumtif yang tidak menambah nilai, misalnya cicilan barang mewah yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Financial habits yang sehat bukan menghindari utang sama sekali, tapi tahu cara mengelola dan membedakan jenis utang. Dengan begitu, utang bisa jadi alat, bukan beban.

4. Investasi gak selalu harus dimulai dengan modal besar

ilustrasi perempuan berinvestasi (freepik.com/senivpetro)
ilustrasi perempuan berinvestasi (freepik.com/senivpetro)

Banyak orang menunda investasi karena merasa butuh modal besar di awal. Akibatnya, mereka menunggu bertahun-tahun sampai “cukup mampu” baru berani terjun. Padahal, investasi kecil dengan konsistensi jauh lebih efektif dibanding menunda tanpa kepastian.

Platform keuangan digital kini membuat investasi bisa dimulai dari nominal kecil. Kesalahan finansial terjadi saat orang menunda terlalu lama dengan alasan belum punya banyak uang. Kuncinya ada pada keberanian memulai, bukan menunggu kondisi sempurna.

5. Dana darurat itu bukan opsi, tapi kebutuhan

ilustrasi membuat dana darurat (freepik.com/shurkin_son)
ilustrasi membuat dana darurat (freepik.com/shurkin_son)

Sebagian orang masih menyepelekan dana darurat karena merasa bisa mengandalkan tabungan biasa. Masalahnya, tabungan sering tergoda untuk dipakai demi keinginan sesaat. Tanpa dana darurat, satu kejadian tak terduga bisa langsung mengguncang stabilitas keuangan.

Dana darurat bukan sekadar “uang sisa” yang dikumpulkan ketika ada lebih. Justru sebaliknya, ia perlu dimasukkan dalam prioritas utama saat mengatur keuangan. Dengan begitu, kamu punya perlindungan nyata dari risiko yang tidak terduga.

Mengelola uang bukan soal ikut-ikutan aturan kaku atau mitos keuangan yang populer. Financial habits yang sehat dibangun dari pemahaman, konsistensi, dan realitas hidup sehari-hari. Yuk, atur uang dengan bijak sesuai kondisi pribadi, karena kesadaran lebih penting daripada sekadar angka di rekening.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us