Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Perkasa di Akhir Perdagangan, Parkir di Rp16.202 per Dolar AS

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Intinya sih...
  • Mayoritas mata uang di Asia menguat
  • Penguatan ini didorong oleh melemahnya dolar AS menyusul meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada September 2025
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah bertahan menguat pada akhir perdagangan Rabu (13/8/2025). Rupiah menguat ke level Rp16.202 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah tercatat menguat 87,50 poin atau 0,54 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.

1. Mayoritas mata uang di Asia menguat

Mata uang di Asia bergerak menguat hingga penutupan perdagangan, dengan rincian:

  • Bath Thailand menguat 0,35 persen

  • Ringgit Malaysia melemah 0,37 persen

  • Yuan China menguat 0,08 persen

  • Rupee India menguat 0,10 persen

  • Peso Filipina menguat 0,57 persen

  • Won Korea menguat 0,38 persen

  • Dolar Taiwan menguat 0,18 persen

  • Yen Jepang menguat 0,27 persen

2. Faktor yang menopang penguatan rupiah

Pengamat pasar uang Lukman Leong menjelaskan, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi oleh faktor keputusan The Fed ke depan yang diproyeksikan bakal menurunkan suku bunga acuan.

"Penguatan ini didorong oleh melemahnya dolar AS menyusul meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada September 2025," kata Lukman, Rabu (13/8/2025).

3. Inflasi AS tunjukkan moderasi harga di tingkat konsumen

Ia menjelaskan, sentimen positif datang dari data inflasi Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini, menunjukkan tren moderasi harga konsumen.

Data tersebut memperkuat pandangan bahwa tekanan inflasi mulai mereda, membuka peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu, tekanan terhadap dolar AS juga datang dari faktor politik dalam negeri.

Share
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us