[PUISI] Pelita

Mataku terjerat pada sosokmu,
seperti kompas yang lupa arah selain dirimu.
Rasa ini seperti memakan gulali,
begitu manis sampai semut pun enggan merebutnya dariku.
Dengan mulus kau menuntunku,
ke ruang rasa yang belum pernah aku pijak.
Begitu asing, lidahku kelu.
Tak sempat aku bertanya. Ini ke mana?
Kau buka pintu yang bernama suka.
Kukira aku satu-satunya tamu.
Nyatanya jejak orang lain sudah lebih dulu.
Ingin aku menggugat langit. Kenapa bukan aku?
Tapi siapa aku, dibanding janji-janji palsumu?
Katamu aku segalanya, katamu aku tak terganti.
Katamu aku bagai cahaya.
Ternyata hanya pelita sementara.
Betapa lihainya kau merajut dusta dengan manis.
Aku telan luka dengan doa.
Sedang kau sibuk mencari asmara.
yang bukan untukku, bukan dariku.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.