Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alergi Kafein: Waspadai Tanda-tandanya!

ilustrasi kopi hitam (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi kopi hitam (pexels.com/cottonbro)
Intinya sih...
  • Gejala alergi kafein muncul dalam satu jam setelah konsumsi, seperti ruam, pembengkakan bibir, dan sesak napas.
  • Alergi kafein terjadi ketika sistem imun salah mengenali kafein sebagai ancaman. Diagnosis bisa rumit karena mirip dengan sensitivitas kafein.
  • Cara pengobatan termasuk menghindari kafein, menggunakan antihistamin, atau suntikan epinefrin untuk syok anafilaksis. Hidup dengan alergi kafein memerlukan kehati-hatian dalam pemilihan makanan dan minuman.

Bagi banyak orang, kafein adalah teman setia untuk memulai pagi atau bertahan melewati hari yang panjang. Zat stimulan ini ada dalam berbagai minuman dan makanan, mulai dari kopi, teh, minuman energi, hingga cokelat. Di balik manfaatnya yang bisa membantu tubuh tetap terjaga, ada sisi lain yang jarang disadari: kafein ternyata bisa memicu reaksi alergi pada sebagian orang.

Mereka yang alergi kafein bisa merasakan gejala yang tak bisa dianggap sepele. Dari munculnya ruam dan biduran, jantung berdebar tak keruan, sampai sesak napas yang butuh penanganan medis segera. Walaupun kasusnya tergolong langka, tetapi mengenali tanda-tanda alergi kafein tetap penting agar tidak keliru menilai gejala.

Memahami apa saja pemicunya, bagaimana alergi kafein bekerja di dalam tubuh, hingga langkah penanganannya bisa menjadi bekal penting, terutama bagi siapa pun yang rutin mengonsumsi kafein. Artikel ini akan membahas lebih dalam soal alergi kafein, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara tepat untuk menghindarinya.

1. Gejala 

Jika kamu alergi terhadap kafein, gejala biasanya muncul dalam waktu sekitar satu jam setelah mengonsumsinya. Gejala yang paling umum meliputi:

  • Ruam merah gatal.

  • Pembengkakan pada bibir dan lidah.

  • Rasa gatal di mulut, bibir, dan lidah.

Dalam kasus yang sangat jarang, alergi kafein bisa menyebabkan reaksi alergi berat yang disebut syok anafilaksis. Ini adalah kondisi darurat medis yang harus segera ditangani. Gejalanya meliputi:

  • Pembengkakan hebat pada wajah, termasuk mata, bibir, dan lidah.

  • Sulit bernapas karena pembengkakan.

  • Sulit berbicara.

  • Mengi atau napas berbunyi.

  • Batuk terus-menerus.

  • Mual, sakit perut, atau muntah.

  • Detak jantung cepat.

  • Pusing atau kepala terasa ringan.

2. Penyebab 

Alergi kafein terjadi ketika sistem imun salah mengenali kafein sebagai ancaman. Tubuh kemudian memproduksi antibodi bernama immunoglobulin E (IgE) untuk melawannya. Antibodi ini memicu reaksi alergi setelah kontak dengan kafein.

Ini berbeda dengan sensitivitas kafein, yang lebih umum terjadi. Orang dengan sensitivitas biasanya mengalami jantung berdebar, gelisah, atau gangguan tidur karena tubuh mereka memproses kafein dengan lambat. Sensitivitas tidak melibatkan sistem imun seperti alergi.

3. Diagnosis

ilustrasi kopi (pexels.com/Chevanon Photography)
ilustrasi kopi (pexels.com/Chevanon Photography)

Karena alergi kafein sangat langka, diagnosisnya bisa cukup rumit. Gejala ringan sering mirip dengan sensitivitas kafein, jadi penting untuk memeriksakannya ke dokter spesialis alergi. Untuk memastikan, dokter biasanya akan melakukan serangkaian tes, seperti:

  • Tes tusuk kulit (skin prick test): Dokter akan meneteskan larutan kafein ke kulitmu dan menusuknya secara ringan. Jika muncul bentol merah dan gatal dalam 15–30 menit, bisa jadi kamu alergi kafein.

  • Tes darah IgE: Tes ini mencari antibodi IgE spesifik terhadap kafein dalam darahmu. Sampel darah akan diambil dan dianalisis di laboratorium.

  • Tes tantangan oral: Kamu akan diberi kafein dalam dosis kecil yang meningkat secara bertahap di bawah pengawasan medis ketat. Jika muncul reaksi, kamu akan segera ditangani. Jika tidak, kemungkinan kamu tidak alergi kafein.

4. Pengobatan

Cara paling efektif adalah menghindari kafein sepenuhnya. Namun, jika tidak sengaja mengonsumsinya, antihistamin yang dijual bebas bisa membantu meredakan gatal, bengkak, atau ruam.

Jika kamu mengalami syok anafilaksis, pengobatannya adalah suntikan epinefrin. Dalam kasus seperti ini, dokter bisa menyarankan untuk membawa alat darurat seperti EpiPen atau Auvi-Q ke mana pun kamu pergi.

5. Hidup dengan alergi kafein

Punya alergi kafein berarti kamu harus lebih teliti dalam memilih makanan, minuman, dan obat-obatan. Kafein bisa muncul secara tak terduga dalam produk seperti cokelat, teh, minuman energi, obat sakit kepala, bahkan suplemen herbal. Biasakan membaca label produk dan pelajari istilah lain dari kafein yang mungkin digunakan.

Kalau gejalamu cukup berat, sebaiknya informasikan kondisimu ke orang-orang terdekat, seperti pasangan, teman kerja, atau keluarga. Mereka bisa membantu kalau suatu saat kamu mengalami reaksi alergi. Dengan kewaspadaan dan kesiapan, orang yang alergi kafein tetap bisa menjalani hidup sehat dan aktif seperti orang lain.

Jika kamu atau orang terdekat memiliki gejala yang mencurigakan setelah mengonsumsi kafein, jangan anggap remeh. Segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapat diagnosis dan penanganan yang sesuai. Dengan mengenali alergi kafein lebih dini, kamu bisa menghindari risiko berbahaya dan menjalani hari dengan lebih tenang dan percaya diri.

Referensi

"Can You Be Allergic to Caffeine? Symptoms, Treatment, and More." Health. Diakses pada Juli 2025.
"Caffeine Allergy: Symptoms, Causes, Treatment, and More." Healthline. Diakses pada Juli 2025.
"What to Know about Caffeine Allergy." Medical News Today. Diakses pada Juli 2025.
"Caffeine Allergy." New York Allergy & Sinus Center. Diakses pada Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us