Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Jenis Alergi yang Mungkin Baru Kamu Tahu

ilustrasi alergi (pexels.com/pavel)
Intinya sih...
  • Alergi ikan bisa dipicu oleh protein dalam daging ikan, menyebabkan reaksi gatal, mual, dan sesak napas.
  • Alergi air langka tapi nyata, memunculkan ruam dan gatal saat bersentuhan dengan air. Penyebabnya belum pasti.
  • Alergi dingin menimbulkan ruam dan pembengkakan setelah terkena suhu rendah, bahkan dapat menyebabkan syok anafilaksis.

Alergi adalah respons sistem imun tubuh terhadap zat asing yang dianggap berbahaya, meskipun sebenarnya tidak. Beberapa alergi sudah umum diketahui banyak orang, seperti alergi debu, serbuk sari, atau makanan tertentu seperti kacang. Diantara banyak jenis alergi pada manusia, ada pula alergi yang jarang dibahas dan bahkan terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang.

Mengetahui jenis-jenis alergi yang jarang diketahui bisa membantumu lebih waspada terhadap gejala-gejala yang selama ini mungkin kamu abaikan. Salah satu contohnya adalah alergi ikan, yang bisa menimbulkan reaksi serius jika tidak dihindari. Berikut lima jenis alergi yang mungkin belum kamu ketahui, tetapi bisa berdampak besar terhadap kesehatanmu yang dilansir dari Healthline.com:

1. Alergi ikan

ilustrasi alergi (pexels.com/kaboompics)

Alergi ikan sering disamakan dengan alergi makanan laut secara umum, padahal keduanya berbeda. Seseorang bisa alergi terhadap ikan, tetapi tidak terhadap kerang atau udang. Alergi ikan biasanya terjadi akibat sistem imun bereaksi terhadap protein dalam daging ikan, seperti parvalbumin. Reaksi yang muncul bisa berupa gatal, mual, muntah, hingga sesak napas.

Menariknya, alergi ikan juga bisa dipicu oleh uap saat memasak atau menghirup aroma ikan. Itu sebabnya, penderita alergi ini harus sangat berhati-hati, bahkan ketika hanya berada di dapur. Konsumsi produk turunan ikan seperti minyak ikan pun dapat memicu reaksi, sehingga penting untuk selalu membaca label makanan dan suplemen dengan cermat.

2. Alergi air

ilustrasi alergi (pexels.com/kaboompics)

Kedengarannya aneh, tapi alergi air—atau dalam istilah medis disebut aquagenic urticaria—memang benar-benar ada. Kondisi ini sangat langka dan membuat penderitanya mengalami ruam, gatal, atau sensasi terbakar pada kulit ketika bersentuhan dengan air, baik itu air hujan, air keran, atau bahkan air mata.

Meskipun belum diketahui pasti penyebabnya, para ahli menduga bahwa reaksi alergi ini terjadi karena zat tertentu di dalam air atau karena air memicu pelepasan histamin di kulit. Alergi ini tentu sangat mengganggu karena air adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari, mulai dari mandi, mencuci tangan, hingga berkeringat pun bisa menimbulkan reaksi yang menyiksa.

 

3. Alergi dingin

ilustrasi udara dingin (pexels.com/pixabay)

Alergi dingin, atau disebut juga cold urticaria, adalah kondisi ketika kulit bereaksi terhadap suhu dingin dengan munculnya ruam, bentol, atau bahkan pembengkakan. Gejala biasanya muncul setelah seseorang terkena air dingin, angin dingin, atau udara dengan suhu rendah. Dalam kasus parah, penderita bisa mengalami syok anafilaksis setelah berenang di air dingin.

Penderita alergi dingin harus sangat berhati-hati ketika bepergian ke daerah bersuhu rendah atau saat musim hujan. Selain itu, perubahan suhu yang tiba-tiba, seperti masuk ke ruangan ber-AC dari tempat panas, juga bisa memicu gejala. Alergi ini lebih umum terjadi pada remaja dan dewasa muda, namun bisa berlangsung hingga bertahun-tahun.

4. Alergi matahari

ilustrasi sinar matahari (pexels.com/mikhail)

Alergi terhadap sinar matahari atau photosensitivity dapat menimbulkan ruam merah, gatal, dan bahkan lecet pada kulit setelah terpapar sinar matahari. Salah satu jenis yang paling umum adalah Polymorphic Light Eruption (PMLE). Meski tidak selalu menimbulkan rasa sakit, reaksi ini sangat mengganggu dan bisa memperburuk kualitas hidup.

Beberapa orang mengalami alergi ini hanya pada musim panas atau saat liburan di daerah tropis. Pakaian panjang, tabir surya khusus, dan menghindari paparan langsung adalah cara umum untuk mencegah reaksi alergi. Menariknya, kondisi ini tidak selalu muncul setiap saat, tetapi bisa dipicu oleh kombinasi sinar UV dan faktor genetik tertentu.

5. Alergi terhadap gelombang elektromagnetik

ilustrasi handphone (pexels.com/jakub)

Salah satu jenis alergi yang masih kontroversial dan belum sepenuhnya diakui oleh dunia medis adalah Electromagnetic Hypersensitivity (EHS). Penderita alergi ini mengaku mengalami gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, dan gangguan tidur ketika berada dekat dengan perangkat elektronik seperti ponsel, WiFi, atau menara pemancar.

Walau belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung EHS sebagai kondisi alergi secara medis, laporan dari penderitanya tidak bisa diabaikan begitu saja. Beberapa negara bahkan menyediakan zona bebas gelombang elektromagnetik untuk orang-orang yang sensitif terhadap medan ini. Fenomena ini menjadi bukti bahwa teknologi juga bisa menimbulkan reaksi yang tak terduga bagi sebagian individu.

Alergi bukan hanya soal bersin karena debu atau gatal karena makanan laut. Masih banyak jenis alergi yang mungkin belum kita sadari, tetapi bisa sangat memengaruhi kualitas hidup. Dari alergi ikan yang umum namun sering disepelekan, hingga alergi air atau gelombang elektromagnetik yang masih jadi perdebatan, tubuh manusia memang punya cara unik dalam merespons lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us