Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Keren Era 2000-an yang Nyaris Dilupakan Semua Orang

film Half Nelson (dok. FilmFlex/Half Nelson)
film Half Nelson (dok. FilmFlex/Half Nelson)
Intinya sih...
  • Away We Go (2009) adalah drama komedi sederhana yang menawarkan potret kehidupan jujur pasangan muda.
  • Humpday (2009) menghadirkan kisah dua sahabat pria heteroseksual yang menggali ego dan identitas.
  • Shortbus (2006) adalah film eksplorasi mendalam terhadap identitas, kesepian, dan pencarian makna hidup di tengah hiruk-pikuk kota New York pasca 9/11.

Di awal 2000-an, dunia perfilman melahirkan banyak karya unik, penuh eksperimen, dan menyentuh sisi emosional penonton dengan cara tak biasa. Sayangnya, tak semua film hebat dari era ini berhasil bertahan dalam ingatan kolektif kita. Beberapa tenggelam atau kurang mendapat sorotan karena distribusi terbatas meski punya kualitas luar biasa.

Kali ini, kita akan mengingat kembali lima film dari era 2000-an yang secara kualitas patut dipuji, tapi kini jarang disebut. Dari kisah perjalanan pasangan yang mencari rumah hingga drama emosional seorang guru yang berjuang dengan kecanduan, film-film ini menawarkan sudut pandang segar dan berani serta layak untuk ditonton ulang.

1. Away We Go (2009)

film Away We Go (dok. Focus Features/Away We Go)
film Away We Go (dok. Focus Features/Away We Go)

Sebelum dikenal lewat film Bond dan drama epik 1917, Sam Mendes sempat menyutradarai drama komedi sederhana berjudul Away We Go. Film ini mengikuti sepasang calon orang tua yang bepergian keliling Amerika Serikat untuk mencari tempat ideal membangun keluarga. Film ini menawarkan potret kehidupan yang jujur dan dekat dengan realitas pasangan muda.

Dibintangi John Krasinski dan Maya Rudolph, cerita berkembang menjadi refleksi menyentuh tentang kecemasan menjadi orang tua dan arti “rumah” sesungguhnya. Gaya bercerita Mendes yang tenang dan dalam membuat film ini terasa seperti obrolan sore yang penuh makna. Meski tak sepopuler karya Mendes lainnya, film ini layak ditonton kembali.

2. Humpday (2009)

film Humpday (dok. Magnolia Pictures/Humpday)
film Humpday (dok. Magnolia Pictures/Humpday)

Disutradarai oleh Lynn Shelton, Humpday menyuguhkan kisah dua sahabat pria heteroseksual yang secara iseng sepakat membuat video seks bersama. Sebuah premis yang terdengar konyol tapi justru jadi alat untuk menggali ego, identitas, dan batas maskulinitas. Film ini menjadi cerminan yang cerdas atas cara laki-laki memandang kedekatan emosional.

Dengan gaya khas mumblecore yang penuh dialog spontan dan suasana realistis, Humpday menghadirkan ketegangan yang halus namun menyentil. Hubungan pertemanan diuji, bukan lewat konflik fisik, melainkan lewat keberanian untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Film ini adalah satir yang lembut, namun, tajam dan kini layak untuk kembali diperbincangkan.

3. Shortbus (2006)

film Shortbus (dok. Fortissimo Pictures/Shortbus)
film Shortbus (dok. Fortissimo Pictures/Shortbus)

Shortbus adalah film yang mengguncang batas norma dengan adegan-adegan eksplisit dan alur yang penuh warna. Dibuka dengan adegan nyeleneh, film ini sebenarnya bukan sekadar sensasi visual, melainkan eksplorasi mendalam terhadap identitas, kesepian, dan pencarian makna hidup di tengah hiruk-pikuk kota New York pasca tragedi 9/11. Melalui karakter-karakter yang eksentrik dan percakapan jujur tentang seksualitas, seni, dan eksistensi, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang berani dan filosofis. Shortbus mungkin terasa seperti mimpi aneh, tapi justru di situlah kekuatannya. Sayangnya, film ini kini jarang disebut, padahal pernah dianggap sebagai lambang kebebasan berekspresi pada masanya.

4. Half Nelson (2006)

film Half Nelson (dok. FilmFlex/Half Nelson)
film Half Nelson (dok. FilmFlex/Half Nelson)

Di Half Nelson, Ryan Gosling memerankan guru sekolah menengah yang berjuang melawan kecanduan narkoba, tapi tetap berusaha memberikan dampak positif bagi murid-muridnya. Film ini menghindari jebakan klise dengan menyajikan hubungan tulus antara seorang guru dan siswanya yang berasal dari latar belakang keras. Pendekatan film ini sangat manusiawi dan penuh empati. Gosling tampil luar biasa tanpa menjadi dramatis berlebihan, dan interaksi dengan siswi yang ia bantu terasa jujur dan menghangatkan. Half Nelson membuktikan bahwa transformasi pribadi bisa muncul dari tempat-tempat paling tak terduga. Film ini pantas mendapat tempat lebih besar dalam daftar film terbaik era 2000-an.

5. Love and Basketball (2000)

film Love & Basketball (dok. New Line Cinema/Love & Basketball)
film Love & Basketball (dok. New Line Cinema/Love & Basketball)

Love and Basketball adalah kisah cinta dua anak muda yang tumbuh bersama dan sama-sama mencintai basket. Hubungan keduanya berubah dari persaingan menjadi cinta yang berkembang sepanjang masa dewasa mereka, diiringi perjuangan untuk menyeimbangkan karier dan perasaan.

Gina Prince-Bythewood berhasil memadukan elemen olahraga, romansa, dan drama sosial dengan sangat mulus. Film ini tak hanya menyentuh hati, tapi juga menyuarakan isu tentang ambisi, gender, dan pengorbanan. Meskipun sempat menjadi favorit banyak orang, Love and Basketball kini jarang dibicarakan lagi, padahal kisah dan emosinya masih relevan hingga sekarang.

Deretan rekomendasi film di atas adalah bukti bahwa tidak semua karya hebat akan selalu dikenang secara luas. Beberapa di antaranya hilang ditelan waktu, meski memiliki kualitas yang tak kalah dari film-film terkenal lainnya. Nah, sudahkah kamu menonton salah satunya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us