Hannah Al Rashid Merasa Relate dengan Film LYORA: Penantian Buah Hati
Jakarta, IDN Times – Lyora: Penantian Buah Hati, adaptasi buku berjudul "Lyora: Keajaiban yang Dinanti," dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 7 Agustus 2025. Film ini mengisahkan perjuangan pasangan suami-istri (Meutya dan Fajrie) dalam menanti buah hati melalui program bayi tabung.
Dalam konferensi pers yang digelar di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Jumat (11/7/2025) Hannah Al Rashid yang memerankan sahabat Meutya (Marsha Timothy), berbagi pengalaman pribadi dan pandangannya. Hannah pun mengungkapkan keterkaitan emosionalnya dengan tema film, yang menyoroti pentingnya dukungan sesama perempuan dalam menghadapi ujian hidup.
1. Hannah: Perempuan independent juga butuh support system
Hannah menyoroti bahwa film Lyora menggambarkan perempuan-perempuan high achieving, pintar, sukses, dan independent. Meski terlihat seperti tidak butuh bantuan, nyatanya mereka juga tetap membutuhkan dukungan emosional.
"Perempuan yang hyper independent itu selalu merasa 'You have to depend on yourself, always,' gitu," ujar Hannah
Ia menekankan bahwa support system sangatlah penting, terutama saat menghadapi kegagalan atau momen sulit. Menurutnya, film ini berhasil menunjukkan kekuatan persahabatan dan dukungan antarperempuan, yang memungkinkan mereka saling menguatkan.
"Saat baca skripnya, itu senang banget melihat bahwa yang digambarkan lewat film Lyora ini adalah support system yang sangat kuat. Kita berteman dan bisa benar-benar support each other, not only dalam karier dan high achieving moments, tapi juga dalam momen-momen titik terendah dalam hidup," lanjutnya.
2. Senang perankan sosok support system untuk Meutya
Dalam film ini, Hannah memerankan salah satu sahabat karib Meutya yang diperankan oleh Marsha Timothy. Dalam trailer berdurasi 1 menit 57 detik yang baru dirilis, terlihat karakter Hannah sedang menenami Meutya di tengah kondisi sulit.
"Apapun yang terjadi, kita selalu ada for each other gitu," ungkapnya.
Ia merasa perannya mencerminkan pentingnya kehadiran teman di saat-saat krusial, sebuah dinamika yang ia nilai sangat autentik dan menyentuh. "Itulah peran saya di film ini," imbuh Hannah.
3. Merasa related dengan cerita LYORA: Penantian Buah Hati
Hannah sendiri mengaku kalau cerita Lyora sangat personal untuknya, khususnya sebagai salah satu pejuang dua garis biru.
"Tadi 'kan (di trailer) ada statistik 'satu dari enam perempuan di Indonesia mengalami kesulitan,' saya termasuk salah satu perempuan itu. Dan saya sadar betul in my own journey dulu, seringnya merasa bahwa mungkin malu untuk mengeluarkan ini dan merasa bahwa beban ini harus saya tanggung sendiri," ujarnya.
Menurut Hannah, Lyora berhasil menyampaikan pesan bahwa perjuangan ini tak harus dihadapi sendirian. Ia berharap film ini jadi penyemangat bagi mereka yang berjuang untuk memiliki buah hati.
"Actually you're not alone. Actually ini adalah sesuatu yang sangat common, dan actually ada banyak channel untuk seek help gitu. Tapi yang paling utama saat kita berada dalam lingkungan yang bener-bener support, kita gak harus takut berjuang sendiri," tutupnya.
