Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Pelajaran Parenting dari Drakor Head Over Heels, Semua Anak Berharga

Gil Hae Yeon dan Choo Young Woo di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Drama Korea Head Over Heels memang menyuguhkan kisah romansa remaja yang unik antara seorang siswi SMA yang menyamar sebagai dukun dan seorang pemuda yang terus dirundung kesialan. Namun di balik semua unsur fantasi dan bumbu cinta, drama ini juga memuat banyak pelajaran mendalam tentang bagaimana menjadi orang tua yang penuh kasih dan tangguh dalam menghadapi ujian hidup. Relasi antara karakter utama dengan sosok pengasuh mereka mengajarkan bahwa menjadi orang tua bukan hanya soal hubungan darah, melainkan tentang komitmen, penerimaan, dan cinta yang tulus.

Bae Gyeon Woo (Choo Young Woo) dibesarkan oleh neneknya, Oh Ok Soon (Gil Hae Yeon), setelah kedua orang tuanya menyerah karena kesialan yang terus menimpanya. Di sisi lain, Park Sung Ah (Cho Yi Hyun) hidup di bawah asuhan ibu angkat yang juga seorang shaman, tetapi memperlakukannya seperti darah daging sendiri. Dinamika keluarga mereka memperlihatkan bahwa nilai-nilai parenting yang baik bisa datang dari siapa saja. Di sini kamu akan melihat tujuh pelajaran parenting dari drakor Head Over Heels yang bisa menginspirasi siapa pun yang sedang atau akan menjadi orang tua. Check it out!

1. Cinta tanpa syarat lebih kuat dari rasa takut

cuplikan KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Nenek Bae Gyeon Woo adalah sosok yang paling mencolok ketika berbicara soal cinta tanpa syarat. Meski Gyeon Woo selalu dirundung nasib buruk dan bahkan diramalkan akan meninggal muda, neneknya tidak pernah menjauh. Ia tidak percaya bahwa cucunya adalah kutukan seperti yang dipercaya orang-orang, dan tetap merawat Gyeon Woo dengan sepenuh hati. Bahkan ketika dihadapkan pada pilihan sulit, nenek Gyeon Woo tetap berada di sisinya, membuktikan bahwa kasih sayang orang tua sejati tak akan luntur karena ketakutan.

Keputusan nenek Gyeon Woo untuk bertahan dan tidak meninggalkan cucunya menjadi pesan penting tentang keteguhan hati seorang pengasuh. Dalam parenting, tidak semua perjalanan akan mulus, tetapi cinta yang kuat mampu menjadi jangkar saat badai datang. Drama ini mengajarkan bahwa keberanian mencintai anak, dalam kondisi seberat apa pun, adalah wujud paling tulus dari cinta orang tua.

2. Menjadi orang tua bukan soal garis darah

cuplikan KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Park Sung Ah memang tidak dibesarkan oleh ibu kandungnya, tetapi kehadiran Jenderal Dongcheon (Kim Mi Kyung) membuatnya tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Meski identitasnya sebagai shaman membuat mereka hidup dengan cara yang tidak biasa, Jenderal Dongcheon mendidik Sung Ah dengan kedisiplinan, empati, dan pengertian. Ia juga melibatkan Sung Ah dalam dunia perdukunan bukan karena paksaan, tetapi karena melihat potensi yang bisa diasah.

Pelajaran pentingnya adalah orang tua bisa hadir dari siapa saja, bahkan yang tidak memiliki hubungan darah sekalipun. Parenting yang baik bukan soal status biologis, melainkan tentang bagaimana memberi ruang, kepercayaan, dan kasih untuk tumbuh. Melalui karakter Jenderal Dongcheon, drama ini membantah pandangan bahwa hanya orang tua kandung yang bisa mencintai anak sepenuh hati.

3. Memberikan kepercayaan pada anak untuk menentukan jalan hidupnya

Yoon Byung Hee, Kim Mi Kyung, dan Cho Yi Hyun di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Salah satu kekuatan Jenderal Dongcheon sebagai orang tua adalah kepercayaannya kepada Sung Ah. Meskipun ia mendidik Sung Ah sebagai shaman, ia tidak pernah memaksa anak angkatnya untuk terus mengikuti jalan itu jika hatinya menolak. Ia membiarkan Sung Ah memilih jalannya sendiri, termasuk saat gadis itu jatuh cinta dan mulai mempertanyakan takdir yang ia jalani sebagai seorang dukun.

Ketika orang tua memberi kepercayaan, anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Parenting bukan hanya membimbing, tetapi juga memberi ruang eksplorasi. Dari Jenderal Dongcheon, kita belajar bahwa menjadi orang tua berarti siap melepaskan anak saat waktunya tiba untuk mengambil keputusan sendiri.

4. Hadir secara emosional sama pentingnya dengan kehadiran fisik

Gil Hae Yeon di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Meski orang tua Gyeon Woo meninggalkannya secara fisik, kehadiran neneknya dalam segala aspek emosional membuat Gyeon Woo tidak tumbuh sebagai anak yang hampa kasih sayang. Neneknya mendengarkan keluh kesahnya, memberi pelukan di saat terpuruk, dan memotivasi saat ia merasa hidupnya tak berarti. Dukungan seperti ini tidak kalah penting dibanding kebutuhan fisik seperti makanan atau tempat tinggal.

Banyak orang tua lupa bahwa menjadi hadir bagi anak bukan sekadar ada di rumah, tetapi juga terlibat secara emosional. Head Over Heels menekankan bahwa pengasuhan yang hangat dan suportif bisa menjadi penyelamat, terutama bagi anak yang merasa tertolak atau berbeda dari lingkungannya. Dukungan emosional yang konsisten membentuk rasa aman dalam diri anak dan membuat mereka lebih percaya diri menghadapi tantangan hidup. Dalam drama ini, kelekatan Gyeon Woo dengan sang nenek menjadi fondasi kekuatan mentalnya untuk bertahan, meski dunia terus menganggapnya pembawa sial.

5. Anak tidak harus tampil sempurna untuk layak dicintai

Gil Hae Yeon dan Choo Young Woo di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Gyeon Woo merasa dirinya adalah beban karena orang tuanya menanamkan stigma bahwa ia adalah sumber kesialan. Namun, sang nenek menunjukkan bahwa Gyeon Woo tak harus menjadi anak baik yang sukses dan bebas masalah untuk mendapatkan cinta. Ia dicintai apa adanya, bahkan ketika masa depannya tampak suram. Pelajaran ini penting untuk para orang tua yang kerap menuntut anak tampil sempurna agar layak dibanggakan.

Melalui cinta sang nenek, drama ini memberi pesan bahwa anak berhak dicintai tanpa harus membuktikan dirinya. Sering kali, ekspektasi orang tua justru menumbuhkan kecemasan dalam diri anak. Head Over Heels mengajak penonton untuk meninjau ulang apakah cinta kepada anak benar-benar tulus atau bersyarat.

6. Mengakui ketidaksempurnaan dalam diri orang tua itu penting

Cho Yi Hyun dan Kim Mi Kyung di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Jenderal Dongcheon tidak sempurna. Ia keras, misterius, dan kadang terlalu mendorong Sung Ah untuk menjadi dukun profesional. Namun seiring waktu, ia juga menunjukkan sisi rapuhnya sebagai orang tua, bahwa semua tindakannya dilandasi rasa takut kehilangan dan rasa sayang yang besar. Pengakuan akan ketidaksempurnaan ini justru memperkuat relasinya dengan Sung Ah.

Menjadi orang tua bukan berarti harus selalu tahu segalanya atau bertindak benar setiap waktu. Drama ini menunjukkan bahwa orang tua yang mau mengakui kesalahan dan berproses bersama anak justru menciptakan hubungan yang sehat dan hangat. Anak tidak butuh orang tua sempurna, tetapi orang tua yang jujur dan terbuka, setuju?

7. Kasih sayang yang konsisten membentuk mental anak yang tangguh

Gil Hae Yeon dan Cho Yi Hyun di KDrama Head Over Heels (dok.tvN/Head Over Heels)

Baik Gyeon Woo maupun Sung Ah tumbuh menjadi sosok yang punya empati tinggi dan keberanian besar, berkat kasih sayang yang mereka terima sejak kecil. Mereka belajar untuk mencintai, memaafkan, dan memperjuangkan apa yang mereka yakini karena pernah merasakan dicintai tanpa syarat. Mental kuat yang mereka miliki bukan terbentuk dari tekanan, melainkan dari cinta yang konsisten dan penuh penerimaan.

Ini menjadi pelajaran utama dalam parenting bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kasih sayang yang stabil cenderung memiliki ketahanan emosional yang lebih baik. Head Over Heels berhasil menggambarkan hal ini secara lembut namun membekas, memberikan refleksi bagi setiap penonton tentang pentingnya peran orang tua dalam membentuk masa depan anak.

Meski dibalut kisah cinta remaja dan unsur fantasi, drakor Head Over Heels ternyata menyimpan banyak pesan tentang makna keluarga dan pengasuhan. Drama ini mengajarkan bahwa menjadi orang tua adalah proses belajar tanpa akhir yang dituntun oleh cinta dan pengorbanan. Lewat kisah Gyeon Woo dan Sung Ah, penonton diingatkan kembali bahwa kehadiran orang tua atau caregiver yang tulus bisa menyelamatkan jiwa anak dari luka yang tak terlihat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us