5 Manfaat Membaca Buku Terjemahan yang Jarang Disadari

Membaca buku terjemahan sering dipandang sebagai jalan pintas bagi orang yang tidak menguasai bahasa asing. Faktanya, terjemahan punya peran penting dalam mempertemukan pembaca dengan karya-karya di seluruh dunia. Melalui terjemahan, kita bisa ikut merasakan ide, cerita, bahkan budaya yang berasal dari belahan dunia lain.
Lebih dari itu, buku terjemahan ternyata menyimpan manfaat tersembunyi yang sering tidak disadari pembaca. Bukan hanya memperkaya wawasan, tapi juga membawa kita lebih dekat dengan bahasa. Nah, berikut lima manfaat membaca buku terjemahan yang jarang diperhatikan tapi sebenarnya sangat berharga. Apa saja? Simak satu per satu di bawah ini, ya!
1. Mengenalkan istilah baru yang belum memiliki padanan pas di bahasa target

Salah satu tantangan terbesar dalam penerjemahan adalah ketika sebuah istilah asing belum punya padanan yang tepat di bahasa Indonesia. Misalnya, ada istilah teknis, budaya, atau filsafat yang maknanya sulit diterjemahkan langsung tanpa mengurangi esensi. Dalam kondisi seperti ini, penerjemah sering memilih mempertahankan istilah aslinya, lalu menambahkan catatan kaki atau penjelasan singkat agar pembaca tetap paham.
Buat pembaca, ini sebenarnya jadi keuntungan. Kita bisa mengenal istilah baru sekaligus konsep asing yang mungkin belum populer di Indonesia. Contohnya, istilah ikigai dari Jepang atau ubuntu dari Afrika. Kalau bukan lewat terjemahan, istilah-istilah itu mungkin terasa asing. Jadi, membaca buku terjemahan bisa jadi cara menyerap pengetahuan baru yang memperkaya cara kita memandang dunia.
2. Membiasakan diri dengan nuansa dan makna

Bahasa itu bukan sekadar kumpulan kata, tapi juga ada nuansa di dalamnya. Misalnya, kata home dalam bahasa Inggris bisa berarti "rumah", "tempat tinggal", atau bahkan "kampung halaman" tergantung konteks. Saat membaca buku terjemahan, kita sering menemukan perbedaan pilihan kata untuk makna yang sama, dan dari situ kita belajar bahwa arti sebuah kata bisa sangat beragam.
Hal ini melatih kita untuk lebih peka terhadap konteks dan makna. Kita jadi tidak mudah menganggap satu kata = satu arti. Nuansa ini juga bisa memengaruhi cara kita berbahasa sehari-hari, karena kita mulai sadar bahwa pilihan kata bisa membawa perasaan berbeda. Singkatnya, buku terjemahan bisa membentuk kepekaan berbahasa yang lebih dalam.
3. Melihat kreativitas bahasa dan penerjemahan

Menerjemahkan itu bukan memindahkan kata demi kata dari bahasa asli ke bahasa sasaran. Menerjemahkan adalah menyampaikan makna dengan cara yang tetap enak dibaca. Di sinilah kreativitas penerjemah diuji. Misalnya, ungkapan break a leg yang kalau diterjemahkan mentah-mentah jadi "patahkan kakimu". Tapi kalau diterjemahkan dengan benar menjadi "semoga sukses" maknanya lebih tepat dan mudah dipahami.
Buat pembaca, hal-hal seperti ini seru banget. Kita bisa melihat bagaimana penerjemah mencari padanan yang kreatif, unik, bahkan kadang terasa jenaka. Dari sini kita belajar bahwa bahasa itu fleksibel, bisa dimainkan, dan selalu ada ruang untuk inovasi. Membaca buku terjemahan pada akhirnya juga bisa menginspirasi pembaca untuk lebih berani bermain dengan kata-kata.
4. Memperkaya kosakata bahasa

Setiap buku terjemahan membawa warna baru ke dalam bahasa target, tak terkecuali bahasa Indonesia. Ada kata-kata serapan yang akhirnya akrab di telinga, ada juga kata lama yang dihidupkan kembali lewat pilihan penerjemah. Dari situ, pembaca jadi punya kosakata yang lebih beragam dan kaya.
Kosakata yang luas ini bikin kita lebih leluasa dalam mengekspresikan diri. Kita bisa memilih kata yang lebih pas untuk situasi tertentu, entah dalam tulisan akademik, karya sastra, atau percakapan sehari-hari. Membaca buku terjemahan dengan kata lain bukan cuma memperluas wawasan, tapi juga membangun kemampuan komunikasi yang lebih kaya dan bernuansa.
5. Menghargai peran penerjemah

Sering kali, yang mendapat sorotan utama adalah penulis, sementara penerjemah jarang disebut-sebut. Padahal, penerjemah punya peran besar dalam menghadirkan karya itu ke hadapan pembaca. Mereka harus menjaga agar makna, gaya, dan nuansa bahasa penulis asli tetap tersampaikan, tapi di sisi lain juga memastikan teksnya terasa natural dalam bahasa Indonesia.
Dengan membaca buku terjemahan, kita bisa lebih menghargai betapa penting sekaligus rumitnya peran penerjemah. Dari kalimat yang terasa alami hingga istilah yang tepat sasaran, semua merupakan hasil kerja keras mereka. Salah satu contoh terbaik bisa dilihat pada terjemahan Listiana Srisanti, yang mengalihbahasakan "Mirror of Erised" menjadi "Cermin Tarsah" dalam novel Harry Potter. Pilihan ini kerap dianggap sebagai terjemahan brilian karena mampu menangkap nuansa magis karya aslinya sekaligus tetap mudah dipahami pembaca Indonesia. Kesadaran semacam ini membantu kita memahami bahwa penerjemah bukan sekadar pengalih bahasa, melainkan juga kreator yang menjembatani dunia penulis dan pembaca.
Ternyata, membaca buku terjemahan punya banyak manfaat yang jarang kita sadari. Selain kita bisa lebih memahami cerita atau isi bacaan yang berasal dari bahasa asing, membaca buku terjemahan juga membuat kita belajar tentang bahasa, kreativitas, bahkan menghargai profesi penerjemah. Jadi, lain kali kalau kamu baca buku terjemahan, coba perhatikan detail-detail kecilnya. Siapa tahu justru dari situ kamu dapat ilmu baru yang gak pernah kamu bayangkan sebelumnya.