Global Future Fellows 2025, Bangun Fondasi Kesehatan Digital Masa Depan

- Teknologi digital menjadi pilar layanan kesehatan baru di ASEAN, menjaga nilai kemanusiaan dan kepercayaan publik.
- Pendekatan People-to-People Approach menjadi kunci kolaborasi untuk memastikan inovasi kesehatan melibatkan suara masyarakat di tingkat lokal.
- Investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) penting untuk menghadapi tantangan global, dengan pembelajaran lintas negara sebagai inspirasi.
Transformasi kesehatan digital bukan lagi sekadar gagasan, melainkan kebutuhan mendesak bagi negara-negara ASEAN yang sedang menghadapi tantangan besar di bidang layanan kesehatan. Pertanyaan tentang kesiapan sistem kesehatan regional dalam 20 tahun ke depan menjadi dasar dari lahirnya program Global Future Fellows (GFF) 2025 yang digagas oleh Pijar Foundation.
Melalui program ini, sepuluh pemimpin muda dari seluruh negara anggota ASEAN berkumpul untuk menyusun rekomendasi nyata yang dapat memperkuat visi kesehatan digital kawasan menuju 2045. Dengan pendekatan kolaboratif lintas negara, GFF hadir sebagai ruang untuk berbagi pengalaman, memperkuat jejaring, dan melahirkan gagasan inovatif yang mampu menjembatani kesenjangan kesehatan di Asia Tenggara.
1. Teknologi digital sebagai pilar layanan kesehatan baru

Penerapan teknologi digital mulai mengubah wajah kesehatan di ASEAN. Di Brunei, misalnya, platform berbasis AI telah digunakan untuk rekam medis terintegrasi, telemedicine, hingga sistem pemantauan kesehatan masyarakat. Langkah ini menegaskan bahwa digitalisasi tidak hanya soal efisiensi, tetapi juga menjaga nilai kemanusiaan, etika, dan kepercayaan publik.
Visi ini sejalan dengan arah kebijakan regional yang menempatkan kesehatan digital sebagai fondasi masa depan. GFF 2025 berperan untuk memperkuat implementasi tersebut dengan memastikan inovasi teknologi bisa diakses luas dan berdampak langsung pada masyarakat.
2. People-to-People Approach sebagai kunci kolaborasi

Executive Director Pijar Foundation, Cazadira Fediva Tamzil, menekankan bahwa GFF bukan sekadar perjalanan belajar, melainkan wadah berbagi pengetahuan dan membangun ketahanan kesehatan kolektif. Pendekatan people-to-people ini menjadi jembatan penting dalam memastikan bahwa setiap inovasi kesehatan tidak hanya lahir dari kebijakan top-down, tetapi juga melibatkan suara dan kebutuhan masyarakat di tingkat lokal.
"Tujuannya agar komunitas ASEAN menjadi lebih tangguh mulai dari tingkat akar rumput. Kita menjadi lebih bersatu, lebih terhubung, dan mampu berbagi pengalaman," ujarnya, dalam rilis yang diterima IDN Times.
3. Investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM)

Transformasi digital di sektor kesehatan tidak akan berhasil tanpa penguatan kapasitas manusia. Dwi Meilani, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Kementerian Kesehatan RI, menegaskan pentingnya investasi pada keterampilan digital dan kepemimpinan. Ia berharap langkah ini melahirkan kemitraan nyata, kebijakan bersama, serta penguatan kapasitas lintas negara.
Pengembangan talenta di bidang kesehatan digital akan menjadi modal utama ASEAN untuk menghadapi tantangan global, mulai dari ancaman pandemi hingga ketidaksetaraan layanan kesehatan.
4. Pembelajaran lintas negara sebagai inspirasi

Program GFF membawa para fellow mengikuti empat perjalanan pembelajaran di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Setiap negara pun menghadirkan praktik terbaik, mulai dari strategi telehealth inklusif di Indonesia, tata kelola rekam medis elektronik di Malaysia, hingga rumah sakit pintar dan sistem kesiapsiagaan pandemi di Singapura.
Keterlibatan langsung dalam forum internasional seperti International HealthTec Summit (IHS) semakin memperkaya wawasan para fellow. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga melihat praktik terbaik yang bisa diterapkan di kawasan masing-masing.
5. Dari visi ke tindakan nyata

ASEAN Community Vision 2045 menjadi kompas penting untuk membangun kawasan yang tangguh, inklusif, dan berorientasi pada masyarakat. Namun, visi ini hanya akan bermakna jika diterjemahkan ke dalam aksi konkret. Seperti disampaikan Datuk Dr Muhammad Radzi bin Abu Hassan, mantan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, program GFF adalah salah satu inisiatif paling penting untuk melahirkan generasi muda pemimpin yang siap mendorong transformasi.
Ke depan, kerja sama lintas negara harus diperkokoh agar sistem kesehatan saling terhubung, inovasi bisa diakses semua pihak, dan tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam arus digitalisasi.
Global Future Fellows 2025 menunjukkan bagaimana kolaborasi, teknologi, dan investasi pada sumber daya manusia dapat menjadi jalan menuju sistem kesehatan ASEAN yang lebih tangguh. Program ini bukan hanya sekadar forum diskusi, melainkan sebuah gerakan nyata untuk membangun masa depan kesehatan digital yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan sinergi lintas batas, ASEAN bergerak menuju visi 2045: kawasan yang sehat, kuat, dan bersatu.