Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Membiasakan Anak Hidup Minim Sampah Sejak Dini

ilustrasi seseorang anak sadar sampah (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi seseorang anak sadar sampah (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Bawa botol minum sendiri ke mana-manaKebiasaan membawa botol minum sendiri mengurangi sampah plastik dan membuat anak bertanggung jawab.
  • Gunakan kotak makan yang bisa dipakai ulangKotak makan lucu mengurangi pembelian makanan cepat saji berbungkus plastik.
  • Ajarkan memilah sampah sejak kecilAnak terlibat dalam proses memilah sampah dan belajar tanggung jawab terhadap konsumsi dan buangan.

Kebiasaan mencintai lingkungan sebaiknya ditanamkan sejak anak masih kecil. Salah satu langkah sederhananya adalah dengan membiasakan mereka hidup minim sampah. Gak perlu langsung ekstrem seperti hidup zero waste, cukup mulai dari kebiasaan sehari-hari yang mudah dilakukan di rumah. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan tanpa paksaan, anak bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih peduli pada bumi.

Anak-anak adalah peniru ulung, jadi contoh dari orang tua adalah kunci utama. Kalau kamu mulai menerapkan gaya hidup lebih ramah lingkungan, anak juga akan ikut terbiasa. Nah, berikut tujuh cara praktis dan menyenangkan untuk membantu anak hidup lebih minim sampah sejak dini. Bisa dimulai dari libur sekolah ini, lho!

1. Bawa botol minum sendiri ke mana-mana

ilustrasi botol minum (freepik.com/bearfotos)
ilustrasi botol minum (freepik.com/bearfotos)

Kebiasaan membawa botol minum sendiri adalah langkah awal yang sangat efektif untuk mengurangi sampah plastik. Anak-anak bisa diajak memilih botol favorit mereka agar semangat membawanya ke sekolah, taman, atau saat jalan-jalan. Beri pemahaman bahwa setiap botol sekali pakai yang ditolak, berarti satu langkah menyelamatkan bumi.

Cara ini juga membuat anak merasa lebih bertanggung jawab atas barang miliknya. Mereka akan belajar bahwa membawa botol bukan hanya soal praktis, tapi juga pilihan sadar untuk menjaga lingkungan.

2. Gunakan kotak makan yang bisa dipakai ulang

ilustrasi bekal (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi bekal (pexels.com/Antoni Shkraba)

Selain botol, kotak makan juga bisa menjadi alat belajar minim sampah. Bekali anak dengan kotak makan lucu dan sendok garpu kecil yang bisa dibawa sendiri. Ajak mereka berdiskusi tentang kenapa plastik sekali pakai sebaiknya dihindari, misalnya karena susah terurai atau bisa mencemari laut.

Kegiatan ini bisa dikaitkan dengan bekal kreatif yang mereka bantu siapkan sendiri. Anak jadi lebih senang membawa makanan dari rumah, dan otomatis mengurangi pembelian makanan cepat saji berbungkus plastik.

3. Ajarkan memilah sampah sejak kecil

ilustrasi seseorang anak memilih sampah (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi seseorang anak memilih sampah (pexels.com/Anna Shvets)

Sediakan tempat sampah terpisah di rumah organik, non-organik, dan daur ulang dan ajak anak terlibat dalam prosesnya. Mulai dari hal kecil seperti membuang kulit buah ke kompos atau menyimpan kertas bekas di tempat khusus. Buat kegiatan memilah jadi menyenangkan, misalnya dengan stiker lucu atau warna berbeda.

Kebiasaan ini membantu anak memahami bahwa sampah gak semuanya harus dibuang. Beberapa bisa diolah lagi, dan ini akan menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap apa yang mereka konsumsi dan buang.

4. Gunakan sapu tangan atau serbet kain

ilustrasi sapu tangan (freepik.com/freepik)
ilustrasi sapu tangan (freepik.com/freepik)

Tisu memang praktis, tapi bisa cepat menumpuk jadi sampah. Ajak anak membawa sapu tangan atau serbet kain sendiri ke sekolah atau saat bepergian. Pilih motif lucu yang mereka sukai agar makin semangat menggunakannya.

Anak juga bisa dilibatkan dalam mencuci dan menyetrika sapu tangannya sendiri sebagai bentuk tanggung jawab. Dengan begitu, mereka belajar bahwa menjaga kebersihan diri bisa dilakukan tanpa menghasilkan sampah berlebihan.

5. Kreasi mainan atau DIY dari barang bekas

ilustrasi DIY kain felt (pexels.com/Ravi Kant)
ilustrasi DIY kain felt (pexels.com/Ravi Kant)

Daripada membeli mainan baru terus-menerus, ajak anak membuat mainan sendiri dari barang bekas di rumah. Misalnya, membuat boneka dari kaus lama, robot dari kardus, atau celengan dari botol plastik. Proyek DIY ini bukan cuma seru, tapi juga mengajarkan nilai reuse secara langsung.

Kegiatan seperti ini membuat anak menyadari bahwa barang yang tampaknya sudah tidak berguna masih bisa disulap jadi sesuatu yang menyenangkan dan bernilai. Imajinasi mereka pun ikut terasah!

6. Belajar berkebun dan mengelola kompos

ilustrasi seseorang anak berkebun (pexels.com/Maggie My Photo Album)
ilustrasi seseorang anak berkebun (pexels.com/Maggie My Photo Album)

Anak bisa mulai dikenalkan pada kegiatan berkebun kecil-kecilan, misalnya menanam cabai di pot atau menabur benih bunga. Sambil berkebun, kamu bisa menjelaskan tentang pentingnya tanah subur dan bagaimana sisa makanan bisa dijadikan pupuk alami lewat kompos.

Kegiatan ini mendekatkan anak pada proses alami kehidupan. Mereka jadi tahu bahwa sisa makanan bukan hanya “sampah”, tapi bisa kembali ke tanah dan memberi manfaat baru bagi tumbuhan.

7. Pilih kado atau suvenir yang ramah lingkungan

ilustrasi kado (freepik.com/Waewkidja)
ilustrasi kado (freepik.com/Waewkidja)

Saat ada acara ulang tahun atau tukar kado, bantu anak memilih hadiah yang tidak berlebihan dalam kemasan plastik. Ajak mereka membungkus kado dengan kain, kertas bekas, atau membuat sendiri kartu ucapan dari daur ulang. Anak bisa sekaligus diajarkan soal pentingnya memberi dengan niat, bukan sekadar bentuk fisik.

Ini juga mendorong anak untuk berpikir kreatif dan lebih peduli pada dampak dari pilihan kecil sehari-hari. Dari membungkus kado pun mereka bisa belajar menjaga bumi, lho.

Membiasakan anak hidup minim sampah gak harus rumit. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan konsisten, anak akan tumbuh dengan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Mulai dari membawa botol sendiri hingga membuat mainan dari barang bekas, semua bisa jadi pelajaran berharga. Jadi, yuk, jadikan momen libur sekolah sebagai awal membangun kebiasaan baik bersama!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us