Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perlukah Merasa Minder Ketika Saudara Lebih Sukses?

Ilustrasi saudara (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Setiap orang punya garis waktu yang berbeda, jadi berhentilah membandingkan kehidupanmu dengan orang lain
  • Keluarga bukan kompetisi, tapi tempat tumbuh bersama, jadikan keberhasilan saudara sebagai inspirasi
  • Rasa minder bisa diolah jadi motivasi untuk belajar, bangkit, dan menetapkan tujuan baru yang sesuai dengan dirimu sendiri

Melihat saudara kandung mencapai keberhasilan lebih dulu memang bisa memunculkan rasa campur aduk. Di satu sisi kita ingin ikut bahagia, tapi di sisi lain tak jarang muncul rasa minder, merasa tertinggal, atau bahkan mempertanyakan diri sendiri. Situasi ini wajar, apalagi jika kita tumbuh dalam lingkungan yang sering membandingkan satu anak dengan yang lain.

Namun, apakah rasa minder itu perlu dipelihara? Atau, justru bisa diubah menjadi pemicu pertumbuhan pribadi? Berikut tiga sudut pandang yang bisa membantu kamu memahami dan menyikapi situasi ini secara lebih dewasa dan positif.

1. Setiap orang punya garis waktu yang berbeda

Ilustrasi saudara (pexels.com/ Ron Lach)

Membandingkan jalan hidup kita dengan orang lain, termasuk saudara sendiri, sering kali tidak adil. Sebab, setiap orang punya latar belakang, bakat, dan peluang yang berbeda. Keberhasilan orang lain tidak berarti kegagalan kita, tapi bisa menjadi pengingat bahwa waktunya belum tiba dan perjalanan kita pun masih berlanjut.

Menurut Karen Nimmo, seorang psikolog klinis dari Selandia Baru, “Salah satu pelajaran paling sulit dalam hidup adalah menerima bahwa kesuksesan datang di waktu yang berbeda-beda. Berhentilah membandingkan bab pertama hidupmu dengan bab sepuluh milik orang lain," dikutip, Psychology Today.

Kita semua berjalan di jalur yang unik. Alih-alih membandingkan diri, jauh lebih sehat jika kita belajar menikmati proses dan terus melangkah dengan cara kita sendiri. Tidak ada yang datang terlambat selama kita tetap bergerak.

2. Keluarga bukan kompetisi, tapi tempat tumbuh bersama

Ilustrasi saudara (pexels.com/PNW Production)

Persaingan antar saudara memang bisa muncul secara alami, apalagi jika dari kecil terbiasa dibandingkan. Namun, hubungan keluarga seharusnya menjadi ruang yang aman untuk tumbuh, bukan medan tempur untuk saling mengungguli. Saat satu saudara mencapai sesuatu, sebenarnya itu juga bisa menjadi kebanggaan seluruh keluarga.

Daripada merasa tertinggal, akan lebih bermakna jika kita ikut merayakan dan menjadikan keberhasilan saudara sebagai inspirasi. Siapa tahu, langkah mereka bisa membuka jalan baru untuk kita juga.

3. Rasa minder bisa diolah jadi motivasi

Ilustrasi mengatasi rasa minder(Pexel.com/cottonbro studio)
Ilustrasi mengatasi rasa minder(Pexel.com/cottonbro studio)

Merasa minder itu manusiawi, apalagi jika kita sedang berada di titik yang belum stabil. Tapi yang perlu diingat, perasaan itu bukan untuk dipelihara dalam diam. Ia bisa diarahkan menjadi bahan bakar untuk belajar, bangkit, dan menetapkan tujuan baru yang lebih sesuai dengan versi diri kita sendiri.

Dr. Brené Brown, peneliti dari University of Houston, menyampaikan, “Begitu kamu mulai mengukur nilai dirimu dari pencapaian orang lain, saat itu juga kamu kehilangan arah,” dikutip, Oprah Daily.

Saat kita berhenti mengukur diri berdasarkan standar luar, kita akan lebih bebas mengejar versi sukses yang paling sesuai dengan hati dan kemampuan kita sendiri. Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah berkembang dengan jujur, bukan cepat-cepat menang.

Setiap orang punya perjalanan hidup masing-masing yang tidak bisa diukur hanya dengan pencapaian. Daripada merasa minder, lebih baik gunakan momen ini untuk mengenal diri sendiri lebih dalam dan terus melangkah dengan versi suksesmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us