Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kamu Harus Stop Over-Apologizing, Latih Self-Respect!

ilustrasi seorang perempuan meminta maaf (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi seorang perempuan meminta maaf (freepik.com/wayhomestudio)

Kata "maaf" memang punya kekuatan besar untuk menjaga hubungan dan meredakan konflik. Tapi, pernah gak kamu sadar kalau kamu terlalu sering mengucapkannya, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya gak perlu? Misalnya, minta maaf karena telat balas chat lima menit, atau minta maaf karena menanyakan sesuatu yang wajar. Kebiasaan ini disebut over-apologizing dan tanpa sadar bisa bikin kamu terlihat kurang percaya diri.

Mengurangi kebiasaan minta maaf berlebihan bukan berarti kamu jadi orang yang keras kepala atau gak peduli perasaan orang lain. Justru, mengurangi kebiasaan minta maaf adalah belajar menempatkan kata "maaf" pada situasi yang tepat, supaya ucapanmu lebih tulus dan dihargai. Nah, berikut ini ada lima alasan kenapa kamu harus mulai stop over-apologizing dalam hidup sehari-hari.

1. Biar kamu terlihat lebih percaya diri

ilustrasi seorang perempuan percaya diri (pexels.com/Moose Photos)
ilustrasi seorang perempuan percaya diri (pexels.com/Moose Photos)

Terlalu sering bilang "maaf" bikin orang lain menganggap kamu kurang yakin sama diri sendiri. Misalnya, kamu baru ngomong sesuatu lalu langsung menutup dengan "maaf ya kalau salah" padahal sebenarnya opini kamu valid. Kebiasaan ini membuat kesan bahwa kamu sendiri gak percaya sama apa yang baru kamu ucapkan.

Kalau kamu bisa mengurangi kata "maaf" yang gak perlu, orang lain akan melihatmu lebih tegas dan percaya diri. Coba ganti dengan kalimat afirmatif, misalnya, "Menurut aku begini..." atau "Terima kasih sudah dengar pendapat aku." Dengan begitu, orang gak cuma lebih menghargai pendapatmu, tapi juga lebih respect sama kepribadianmu.

2. Biar kata "maaf" lebih bermakna

ilustrasi melakukan fist bump (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi melakukan fist bump (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Kalau kamu kebiasaan mengucapkan "maaf" untuk hal-hal sepele, lama-lama kata itu kehilangan maknanya. Orang lain bisa saja menganggap permintaan maafmu cuma formalitas, bukan sesuatu yang tulus. Padahal, "maaf" seharusnya punya bobot emosional yang kuat ketika memang ada kesalahan besar.

Dengan mengurangi penggunaan kata ini, kamu jadi bisa menjaga kualitasnya. Saat kamu benar-benar salah, ucapan maafmu akan terdengar lebih tulus dan menyentuh hati. Orang lain pun lebih gampang menerima maafmu karena mereka tahu itu keluar dari penyesalan yang sungguh-sungguh, bukan sekadar kebiasaan.

3. Kamu punya hak untuk menyampaikan sesuatu

ilustrasi seorang perempuan menyampaikan pendapat (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi seorang perempuan menyampaikan pendapat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Banyak orang suka minta maaf dulu sebelum bicara, misalnya, "Maaf, aku mau nanya…" atau "Maaf, aku cuma pengen komentar sedikit." Padahal, kamu gak melakukan kesalahan apa pun. Sikap ini bikin kamu terlihat seolah-olah gak punya hak untuk bicara, padahal semua orang punya hak yang sama.

Belajar menyampaikan sesuatu tanpa embel-embel "maaf" akan bikin suaramu lebih dihargai. Kamu bisa mulai mengganti dengan kalimat sopan tapi percaya diri, seperti "Aku pengen menambahkan sedikit," atau "Aku punya pertanyaan tentang ini." Dengan begitu, kamu tetap terdengar respect tapi gak merendahkan dirimu sendiri.

4. Mengurangi rasa cemas yang gak perlu

ilustrasi seorang perempuan bahagia (pexels.com/Ives Padilha)
ilustrasi seorang perempuan bahagia (pexels.com/Ives Padilha)

Kebiasaan over-apologizing sering datang dari rasa cemas berlebihan. Kamu takut orang lain tersinggung, takut dianggap salah, atau takut nggak disukai. Akhirnya, kata "maaf" jadi tameng biar kamu merasa aman. Padahal, seringnya orang lain sama sekali gak tersinggung dengan hal kecil yang kamu lakukan.

Kalau kamu mulai mengontrol kebiasaan ini, rasa cemasmu juga bisa berkurang. Kamu jadi lebih tenang karena tahu bahwa kamu gak melakukan kesalahan fatal. Lambat laun, kamu akan lebih fokus ke hal-hal penting, bukan sekadar mikirin bagaimana orang lain menilai setiap kata dan tindak-tandukmu.

5. Membantu kamu membangun hubungan yang sehat

ilustrasi tim (pexels.com/fauxels)
ilustrasi tim (pexels.com/fauxels)

Dalam hubungan pertemanan, keluarga, atau bahkan pekerjaan, terlalu sering minta maaf bisa menciptakan ketidakseimbangan. Kamu jadi pihak yang selalu "salah" meskipun sebenarnya gak salah, sementara orang lain terbiasa menerima posisimu itu. Lama-lama, relasi jadi gak sehat karena kamu sendiri merasa kurang dihargai.

Kalau kamu bisa stop over-apologizing, hubunganmu jadi lebih setara. Kamu bisa mengekspresikan diri tanpa takut berlebihan, sementara orang lain juga belajar lebih menghargaimu. Relasi yang sehat itu bukan tentang siapa yang sering minta maaf, tapi tentang saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Itulah 5 alasan kenapa kamu harus berhenti meminta maaf secara berlebihan kalau kamu gak melakukan kesalahan. Mengucapkan "maaf" itu penting, tapi jangan sampai jadi kebiasaan yang malah bikin kamu kehilangan rasa percaya diri. Yuk, mulai sekarang coba evaluasi kapan harus benar-benar minta maaf dan kapan cukup menunjukkan sikap percaya diri tanpa embel-embel "maaf".

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us