Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Malam Suro? Ini Tradisi, Mitos, dan Makna Mistisnya

ilustrasi mubeng benteng di Kraton Yogyakarta (youtube.com/Rovi)
Intinya sih...
  • Asal-usul tradisi Malam Suro di JawaTradisi malam Suro berasal dari perpaduan ajaran Islam dan budaya Jawa kuno, dimulai sejak zaman Kesultanan Mataram. Ritual seperti tirakatan, topo bisu, dan pembersihan benda pusaka menjadi bagian dari tradisi ini.
  • Mengapa 1 Suro dianggap mistis?Malam Suro diyakini sebagai saat terbukanya "gerbang gaib" yang memungkinkan dunia manusia dan makhluk halus saling bersinggungan. Banyak cerita mistis berkembang, dan kegiatan besar dihindari karena dipercaya membawa kesialan.
  • Pantangan dan ritual khusus di Malam SuroPercaya bahwa menikah di bulan Suro bisa membawa sial

Mungkin kamu sudah sering mendengar istilah malam Suro, terutama saat memasuki bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Namun, tahukah kamu, apa itu malam Suro sebenarnya? Malam ini bukan hanya penanda tahun baru Islam bagi masyarakat Jawa, tapi juga dianggap sebagai malam yang sarat dengan nuansa mistis, pantangan, dan berbagai ritual unik yang masih dijaga hingga sekarang, lho.

Malam Suro bertepatan dengan malam 1 Muharram, yang dikenal sebagai awal tahun baru Islam. Di kalangan masyarakat Jawa, malam ini disebut “malam Suro” karena dalam kalender Jawa, Muharram disebut “Suro.” Meski secara keagamaan malam ini adalah momen spiritual, namun banyak tradisi yang berkembang justru lebih condong ke unsur budaya, bahkan tak jarang mengandung nuansa gaib atau mistik. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang makna, mitos, dan mengapa malam Suro dianggap mistis oleh banyak orang.


1. Asal-usul tradisi Malam Suro di Jawa

Tradisi malam Suro berakar dari perpaduan antara ajaran Islam dan budaya Jawa kuno. Menurut sejarawan Islam Indonesia dari UIN Sunan Kalijaga, malam 1 Suro mulai dianggap istimewa sejak zaman Kesultanan Mataram. Saat itu, Sultan Agung memadukan penanggalan Hijriah dengan penanggalan Jawa untuk memperkuat identitas budaya lokal. Sejak saat itu, 1 Muharram atau 1 Suro dijadikan sebagai awal tahun Jawa yang penuh makna spiritual.

Di banyak daerah, kamu akan menemukan berbagai kegiatan seperti tirakatan, topo bisu di Kraton Yogyakarta, hingga pembersihan benda pusaka. Misalnya, dalam tradisi Keraton Surakarta, dilakukan kirab pusaka yang berlangsung tanpa suara atau bisu sebagai bentuk laku batin. Ritual ini tidak hanya menggambarkan kekuatan spiritual, tapi juga simbol pengendalian diri dan penghayatan akan nilai-nilai leluhur.


2. Mengapa 1 Suro dianggap mistis?

Malam Suro
ilustrasi Malam 1 Suro di Kraton Yogyakarta (youtube.com/Rovi)

Malam Suro sering dianggap mistis karena diyakini sebagai saat terbukanya “gerbang gaib” yang memungkinkan dunia manusia dan makhluk halus saling bersinggungan. Kepercayaan ini masih melekat kuat di kalangan masyarakat Jawa, terutama yang tinggal di pedesaan. Banyak orang menghindari kegiatan besar seperti pernikahan atau pindahan rumah pada malam Suro, karena dipercaya bisa membawa kesialan. Menurut antropolog Universitas Indonesia, kepercayaan ini berakar dari budaya animisme yang tetap bertahan meskipun telah bercampur dengan ajaran agama.

Tidak hanya itu, banyak pula cerita mistis yang berkembang, mulai dari kemunculan makhluk halus hingga gangguan gaib bagi orang yang tidak menghormati malam Suro. Oleh karena itu, banyak orang memilih untuk mengisi malam ini dengan tirakat, berdoa, atau melakukan meditasi. Bagi sebagian kalangan, malam Suro adalah waktu yang tepat untuk cleansing diri dari energi negatif dan memperkuat batin. Ritual ini juga berkaitan erat dengan konsep ‘ngelmu’ atau pengetahuan batin dalam budaya Jawa.

3. Pantangan dan ritual khusus di Malam Suro

Kamu pasti pernah mendengar bahwa menikah di bulan Suro bisa membawa sial. Kepercayaan ini cukup populer dan masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Jawa. Mereka percaya bahwa bulan Suro adalah waktunya berintrospeksi, bukan merayakan sesuatu. Oleh karena itu, berbagai acara besar seperti pesta atau hajatan biasanya dihindari selama bulan ini. Bahkan ada keluarga akan memilih menunda pernikahan hingga bulan berikutnya. Keyakinan ini semakin diperkuat oleh kepercayaan bahwa malam Suro adalah saat makhluk halus sedang aktif.

Di sisi lain, ada pula berbagai ritual khusus yang dilakukan untuk menyambut malam Suro, seperti mandi kembang, tirakatan, hingga ziarah kubur. Di Gunung Lawu misalnya, banyak orang melakukan pendakian spiritual pada malam ini. Mereka mencari ketenangan batin atau bahkan wangsit (ilham). Tradisi seperti ini mencerminkan bagaimana malam Suro dianggap sebagai waktu yang sakral, penuh makna, dan tidak boleh dilewati begitu saja.


4. Makna spiritual dan filosofis Malam Suro

Di balik semua kesan mistisnya, malam Suro juga menyimpan makna spiritual yang mendalam. Banyak kalangan menganggap malam ini sebagai waktu untuk menyucikan diri dan memulai lembaran baru. Dalam konteks Islam, Muharram adalah bulan yang dimuliakan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan introspeksi diri di bulan ini. Maka dari itu, sebagian besar ritual yang dilakukan pada malam Suro sebenarnya memiliki tujuan spiritual yang kuat.

Filosofi Jawa juga menekankan pentingnya hening, ngluwihi hawa nafsu (mengendalikan nafsu), dan ngelmu kasunyatan (kebenaran sejati) di malam Suro. Maka tidak heran jika banyak orang menghindari keramaian dan lebih memilih menyepi untuk merenung. Bagimu yang ingin lebih memahami diri sendiri atau memulai sesuatu yang baru secara batin, malam Suro bisa menjadi momen yang sangat tepat untuk melakukannya.

Jadi, apa itu malam Suro sebenarnya? Bukan sekadar malam pergantian tahun Islam dalam kalender Jawa, tapi juga momen refleksi, spiritualitas, dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur. Di balik aura mistis dan berbagai ritualnya, malam Suro mengajarkan kita untuk lebih dalam mengenal diri dan alam sekitar.

Kamu tak harus mempercayai semua mitos yang beredar, tapi menghormati tradisi adalah bagian dari memahami akar budaya kita sendiri. Bila kamu merasa terpanggil, malam Suro bisa jadi waktu yang tepat untuk rewiring batin, menata ulang niat, dan memperkuat hubunganmu dengan Sang Pencipta.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvia Y Oktaviani
Merry Wulan
Delvia Y Oktaviani
EditorDelvia Y Oktaviani
Follow Us