Kapan Waktu yang Tepat untuk Menerima Bayaran saat Bantu Teman?

Di satu sisi, membantu orang apalagi teman sendiri memang harus dilandasi keikhlasan. Jangan sedikit-sedikit bantuanmu dihitung dengan uang seperti dalam transaksi jual beli. Namun, bagaimana kalau kawan yang dibantu terlebih dulu ingin memberimu uang?
Tawaran materi begini tidak dimaksudkan untuk merendahkanmu. Seolah-olah kamu tak lebih dari orang yang dapat disuruh-suruh. Justru itu menjadi tanda dia sangat menghargai pertolonganmu. Tapi kapan dirimu perlu menerima atau sebaiknya justru menolaknya saja?
Saran kami, lihat-lihat situasinya dulu. Tidak setiap niat teman membayarmu perlu diterima atau ditolak. Biar sama-sama enak, dirimu dapat berpedoman pada enam hal berikut. Menerima bayaran darinya tak berarti kamu matre, kok. Kan, bukan dirimu yang memintanya.
1. Terima bila bantuanmu juga mendatangkan uang untuknya

Contohnya, teman meminta bantuanmu buat bikin rencana proyek. Kalau rencana itu disetujui dan dia mendapatkan kepercayaan untuk menggarapnya, pemasukannya besar. Sebagai bagian dari otak rencana proyek tersebut memang sudah sepantasnya dirimu memperoleh bagian uang.
Jadikan hubungan ini saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Bahkan sangat memungkinkan untukmu melakukan negosiasi pembayaran. Seperti keuntungan yang bakal didapat teman mencapai 10 juta rupiah. Masa kamu yang ikut berpikir keras cuma diberi 100 ribu rupiah?
Dirimu dapat mengajukan permintaan yang lebih tinggi. Namun bila sejak awal tawaran uang darinya sudah cukup menggiurkan, langsung terima saja. Daripada kamu terlalu banyak mau dan malah membuatnya malas lalu mencari orang lain.
2. Terima saja jika ia mendesak meski kamu ikhlas

Terkadang masih ada kesalahpahaman terkait ikhlas. Meski dirimu ikhlas dalam membantu kawan, bukan artinya kamu harus menolak uang darinya. Justru ikhlas merupakan kualitas diri yang sangat langka.
Makin tulus hatimu, makin orang ingin dan sudah sepatutnya memberimu bayaran. Malah mereka merasa keluar lebih banyak uang pun tak masalah. Beda dengan jika mereka berhadapan dengan orang yang terlampau perhitungan yang justru bikin malas.
Bila dirimu berkeras menolak pembayaran atas bantuan, orang lain menjadi tidak enak hati. Mereka merasa dua kali memperoleh kebaikan hatimu. Pertama, bantuan itu. Kedua, keikhlasanmu yang menyentuh perasaan mereka. Terima saja uang itu supaya mereka lega merasa sudah melakukan hal yang benar.
3. Terima apabila menolongnya makan waktu

Jika pertolongan untuknya selesai dalam waktu singkat dan gampang mending kamu menolak upah. Bila dirimu menerimanya dapat terlihat mata duitan. Pun perasaanmu barangkali jadi gak enak.
Kamu terbebani pertanyaan, masa begitu saja dibayar? Seolah-olah andai dirimu tak dijanjikan uang, kamu tidak sudi kasih bantuan sekecil apa pun. Sebaliknya andai bantuan tersebut cukup makan waktu, bayaran langsung saja diterima penuh syukur.
Bagaimanapun juga, waktumu yang terenggut guna membantunya tidak ada gantinya. Dirimu mungkin menjadi kurang beristirahat sampai beberapa hari atau bahkan terpaksa mengambil cuti kerja. Anggap uang pembayaran itu buat menebus waktumu yang didedikasikan untuk kepentingannya.
4. Terima tanpa basa-basi ketika kamu butuh

Soal pilihan menerima atau menolak bantuan sebetulnya simpel. Kembalikan saja ke pertanyaan, kamu lagi butuh uang atau tidak? Apabila dirimu merasa uangmu sedang melimpah, kasih bantuan secara cuma-cuma pada siapa saja tentu baik.
Akan tetapi, mengambil bayaran ketika dirimu memerlukan uang juga bukan sikap yang hina. Selama perilakumu tidak seperti preman yang memaksa. Tetap sesuai kemampuan orang yang dibantu dan usaha yang dilakukan olehmu.
Apalagi dalam situasi orang yang ditolong sudah berinisiatif buat membayar jasamu. Kebutuhanmu dengan niat baiknya saling bersambut. Kamu tidak perlu malu menerimanya.
5. Menerima bayaran dalam bentuk non-uang

Apabila dirimu terlalu sungkan menerima bayaran dalam bentuk uang dari teman sendiri, masih ada opsi lain. Satu sisi, kamu capek membantunya. Di sisi lain, ia tak mau dibantu secara gratisan.
Ambil jalan tengah dengan dirimu mengajukan traktiran, misalnya. Kamu jadi tak perlu menerima uang tunai darinya. Traktiran juga memungkinkanmu menentukan nilai bayaran yang lebih kecil.
Kawan menjadi gak merasa berat. Contoh, dirimu disodori uang 100 ribu rupiah tapi tak enak hendak menerimanya. Minta saja pembayaran diganti traktiran makan siang. Makan siang plus minum di rumah makan biasa 30 ribu rupiah pun sudah enak dan kenyang.
6. Tolak bila kamu tahu hidupnya susah

Meski waktu adalah uang, ada kalanya dirimu perlu benar-benar merelakannya demi menolong orang. Kamu tahu kawanmu bukan orang yang berpunya. Atau, gaji kalian sebenarnya sama, tetapi beban finansialnya sangat berat.
Ia tulang punggung keluarga untuk orangtua maupun adiknya. Sementara itu, kamu bekerja cuma buat diri sendiri. Sudah tepat apabila dirimu ingin menolak tawaran uang darinya.
Kamu tak perlu menyertakan alasan yang sesungguhnya di balik penolakanmu. Nanti dia malu dan merasa dikasihani. Cukup katakan tidak usah membayar serta jangan merasa dirinya berutang apa pun padamu. Bila ia masih ingin membayar, minta dia membayarmu dengan doa. Doa gratis, tetapi sangat penting dalam hidupmu.
Jika setiap tawaran bayaran ditolak, lama-lama cuma kebaikanmu yang dimanfaatkan. Meski kawan sendiri bila ia mampu membayar dan bantuanmu gak bisa dilakukan sembarang orang, kamu pantas menerimanya. Terpenting dirimu tidak memaksa apalagi pada teman yang kurang mampu.