Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan saat Menerapkan Cara Belajar Learning by Doing, Gak Efektif?

ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Diva Plavalaguna)
Intinya sih...
  • Belajar langsung tanpa teori meningkatkan risiko kegagalan
  • Tidak belajar dari kegagalan dan terlalu cepat mencoba kembali
  • Pendampingan ahli dan kesulitan menyusun poin-poin penting untuk diajarkan

Learning by doing adalah cara belajar yang menekankan pada praktik. Dengan kamu melakukan sesuatu secara langsung diharapkan lebih mudah mengerti. Jangan sampai dirimu cuma kebanyakan belajar teori, tetapi malah tidak pernah praktik.

Atau, kamu sampai gak berani mencoba karena tak terbiasa. Rasa takut gagal menjadi sangat besar. Belajar dengan melakukan sesuatu secara langsung memang kadang dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan teori dengan praktik di lapangan.

Namun, learning by doing juga dapat membawamu dalam kelelahan akibat kegagalan yang bertubi-tubi. Terapkan cara belajar ini dengan kamu menghindari lima kesalahan berikut. Kombinasi cara belajar lebih efektif daripada berat sebelah cuma pada teori atau praktik.

1. Sama sekali tak belajar teori atau sekadar petunjuk

ilustrasi belajar (pexels.com/Callum Hilton)

Jika kamu melakukan ini, dirimu tanpa tahu apa-apa langsung saja memulai sesuatu. Kamu mengambil jalan pintas menuju praktik. Tanpa bekal teori atau petunjuk sama sekali, peluang kegagalanmu menjadi amat besar. Perhatikan saat dahulu dirimu masih bersekolah.

Praktik di laboratorium tak dilakukan secara tiba-tiba. Guru terlebih dahulu mengajarkan berbagai teori serta petunjuk untuk nantinya siswa melakukan praktikum. Baru kemudian kalian pergi ke laboratorium dan mencobanya sendiri.

Hal yang sama juga berlaku ketika kamu hendak praktik apa pun. Termasuk bikin aneka proyek pekerjaan. Contohnya, dirimu mau membuat usaha makanan kaleng. Pelajari dulu seluk-beluk pengalengan makanan. Jangan kamu langsung mencari peralatan, memasak, dan coba-coba sendiri. Bakal terlalu banyak waktu, energi, serta modal yang terbuang selama masa coba-coba.

2. Terlalu cepat mencoba kembali setelah gagal

ilustrasi tegang (pexels.com/RDNE Stock project)

Kamu suka tantangan dan berwatak pantang menyerah. Ini sebabnya dirimu bersemangat sekali menerapkan prinsip learning by doing. Dirimu sama sekali tidak takut dengan kegagalan. Kamu siap mencoba lagi sampai berhasil.

Semangatmu bagus sekali. Namun, terlalu cepat memulai kembali selepas kamu mengalami kegagalan malah meniadakan proses belajar dari pengalaman. Dirimu hanya fokus pada perasaan tertantang buat segera bangkit dan mengubah kegagalan menjadi kesuksesan.

Namun, selama kegagalan kemarin tidak dipelajari dengan baik paling-paling besok kamu gagal lagi. Dirimu seperti kembali maju ke medan perang dengan senjata dan cara bertempur yang sama. Padahal, keduanya telah terbukti gak berhasil mengimbangi apalagi mengungguli kekuatan lawan. Dirimu memang tak boleh mudah kapok dalam berusaha, tetapi evaluasi dulu kegagalan kemarin.

3. Tidak didampingi oleh orang yang berpengalaman apalagi ahli

ilustrasi dua perempuan (pexels.com/Monstera Production)

Belajar sendiri gak selalu berhasil. Apalagi kalau kamu langsung praktik. Meski semua proses belajar tidak bisa instan, akan lebih mudah kalau dirimu didampingi oleh orang yang lebih berpengalaman bahkan seorang ahli. Pendampingan darinya mengurangi kemungkinan kamu melakukan terlalu banyak kesalahan.

Walaupun semangatmu tinggi, kegagalan berulang bisa membuatmu capek dan putus asa. Apabila ada pendampingan dari ahlinya, dirimu dapat melihat kemajuan yang signifikan dalam proses belajarmu. Pun saat kamu gagal serta tidak menyadari letak kesalahan, ia dengan mudah menemukannya.

Ketika dirimu hendak membuka usaha buat pertama kali misalnya, jangan ragu untuk minta bimbingan dari pengusaha yang lebih berpengalaman. Berkonsultasilah dengannya terkait rencanamu. Tanyakan apa saja yang perlu disiapkan dan diwaspadai. Saat terdapat kendala di tengah jalan, jangan malu menceritakannya agar kamu memperoleh masukan berharga.

4. Cepat puas oleh keberhasilan akibat keberuntungan

ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Monstera Production)

Percobaan sangat kental dalam cara belajar learning by doing. Ketika terjadi kegagalan, pasti ada kesalahan yang dilakukan. Akan tetapi, keberhasilan tidak selalu lantaran dirimu sudah benar-benar tahu cara melakukan sesuatu.

Ada faktor keberuntungan yang kadang bekerja melampaui pengetahuanmu yang sesungguhnya. Contohnya, dirimu membuka usaha makanan dan langsung laku keras. Kamu segera menyimpulkan bahwa masakanmu enak sehingga orang-orang membelinya.

Namun, bisa juga itu cuma keberuntungan yang tidak akan berumur panjang. Misalnya, waktu usahamu dibuka bertepatan dengan musim liburan sehingga banyak orang jajan di luar dan coba-coba menu baru. Tapi tren positif ini bakal surut setelah liburan usai. Rasa senangmu karena keberhasilan yang tampaknya gampang jangan mengurangi kewaspadaan kalau-kalau ini cuma sesaat.

5. Tidak bisa menyarikan poin-poin penting untuk diajarkan

ilustrasi dua pria (pexels.com/Armin Rimoldi)

Andai pun kamu berhasil melakukan sesuatu dengan prinsip learning by doing, mengajarkannya pada orang lain mungkin bukan hal mudah. Karena dirimu tidak terbiasa dengan teori, kamu juga sulit menyarikan poin-poin penting supaya orang lain dapat mengikuti jejakmu. Kamu bahkan lupa banyak hal yang sudah dilakukan sebelum akhirnya berhasil.

Memang tidak mampu menyusun poin-poin penting buat diajarkan ke orang lain tak merugikanmu. Justru itu dapat membuat rahasia kesuksesan tetap terjaga di tanganmu. Hanya saja, di saat yang sama juga bikin keberhasilanmu menjadi kurang berarti bagi sesama.

Kamu pada akhirnya kurang puas dengan pencapaian diri karena tak bisa menarik orang lain ke dalam gerbong kesuksesanmu. Solusinya, buat semacam jurnal perjalanan selama dirimu menerapkan prinsip learning by doing. Kelak ada orang yang ingin belajar darimu, catatan tersebut tinggal dibuka kembali.

Learning by doing bukan cara belajar yang buruk. Cepat atau lambat segala yang sudah dipelajari memang akan dipraktikkan. Tapi tetap perlu keseimbangan antara kamu mempelajari teori dulu dan praktik sendiri. Juga jangan abaikan pengalaman serta pendampingan dari orang yang lebih ahli.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us