5 Khutbah Jumat 22 Agustus 2025 Jelang Maulid Nabi

Menjadi khatib atau pemimpin sholat Jumat tentu tidak sekadar berdiri di mimbar, tetapi juga menyampaikan pesan yang relevan dengan peristiwa-peristiwa yang tengah terjadi akhir-akhir ini. Oleh karena Jumat kali ini hadir setelah perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia dan menjelang datangnya bulan Maulid Nabi, maka tema seputar kemerdekaan dan keteladanan Rasulullah Saw sangat tepat untuk diangkat.
Nah, kalau kamu masih belum menemukan ide atau bingung harus menyampaikan apa pada khutbah Jumat 22 Agustus 2025 nanti, kamu gak perlu khawatir. Kali ini, IDN Times telah merangkum rekomendasi khutbah yang bisa kamu jadikan referensi untuk disampaikan pada sholat Jumat mendatang. Agar kamu semakin yakin dengan temanya, yuk langsung lanjut baca ulasan di bawah ini!
1. Khutbah Jumat 22 Agustus 2025 tentang kemerdekaan

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، أَمّا بَعْدُ,
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم،
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama’ah Shalat Jumat, Rahimakumullah
Dua hari hari ke depan, tepatnya tanggal 17 Agustus 2025, bangsa Indonesia dan tentunya umat Islam Indonesia sebagai mayoritas bangsa ini akan memperingati dan mensyukuri hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 dengan mengusung tema: besatu berdaulat, rakyat sejahtera, Indonesia maju.
Mensyukuri anugerah dan kenikmatan adalah kewajiban bagi umat beragama, bahkan puncak pengabdian dan pengahambaan diri kepada Allah adalah mengingat keagunan-Nya dan mensyukuri karunia-Nya, terlebih karunia kemerdekaan sebagai nikmat terbesar bagi kehidupan dan keberlangsungan suatu bangsa.
Al-Qur'an mengajarkan kepada manusia agar selalu mengingat Allah disertai bersyukur atas nikmatNya dalam satu tarikan nafas. Allah berfirman:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, bersykurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku". (Al Baqarah: 152).
Jama’ah Shalat Jumat, Rahimakumullah
Setidaknya ada lima spirit dan alasan penting, mengapa kita perlu dan wajib mensyukuri nikmat kemerdekaan, terlebih dalam konteks sebagai umat beragama dan warga bangsa Indonesia yang dianugrahi berlimpahnya karunia kebaikan dan keberkahan oleh Allah Swt:
Pertama: Kemerdekaan Indonesia Terwujud Berkat Rahmat Allah Swt
Hal ini dengan tegas diabadikan oleh para pendiri Bangsa sebagaimana tercantum dalam alenia ketiga pembukaan UUD 1945 yang menyatakan: “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Pernyataan yang tulus ini memiliki makna, bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan bangsa, tetapi juga merupakan anugrah Allah Swt. Sebuah ungkapan dan ketawadluan yang mengandung makna spiritual dan filosofis yang mendalam, sejak kemerdekaan bangsa ini dengan tegas mengakui peran dan kehadiran Allah Swt dalam perjuangan kemerdekaan.
Kedua: Untuk mengenang dan menghormati jasa, perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dan syuhada bangsa.
Mengenang dan menghormati perjuangan pahlawan adalah cara terbaik untuk menghargai jasa dan kontribusi mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Dengan mengenag perjuangan pahlawan, masyarakat dapat memperkuat kohesi sosial, kesadaran nasional, serta membangun bangsa yang maju dan berkeadilan.
Mengenang perjuangan pahlawan juga mampu memperkuat internalisasi nilai-nilai kepahlawanan seperti keberanian, ketangguhan, patriotisme dan pengorbanan untuk menegakkan keadilan hak-hak asasi manusia. Dalam ajaran Islam, para leluhur dan pejuang juga ditempatkan pada derajat yang tinggi, sebagaimana diisyaratkan Al Quran surat Al Hasyr, ayat 10:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ﴾
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [Al Hashr: 10]
Ketiga: Mengenang sejarah patriotisme dan perjuangan bangsa
Jas merah, jangan sekali kali meninggalkan sejarah, demikian kata Proklamator Bung Karno yang disampaikan dalam pidatonya saat peringatan HUT RI ke-21 pada 17 Agustus 1966, dan pidato ini merupakan pidato kenegaraan terakhirnya sebagai Presiden.
Meskipun semboyan ini sepertinya sederhana, namun memiliki makna yang mendalam, yaitu mengingatkan akan pentingnya mengenang dan memetik pelajaran berharga dari sejarah perjalanan bangsa. Sejarah adalah guru kehidupan dan peradaban.
Dengan memahami sejarah kita dapat belajar dari kekeliruan masa lalu, menghargai pencapaian pendahulu, dan membangun masa depan yang lebih maju dengan modal pengalaman dan komitmen persatuan.
Keempat: Menanamkan sikap nasionalisme dan cinta kepada tanah air
Nasionalisme dan mencintai tanah air memiliki arti penting dan signifikan dalam membangun dan memperkuat identitas bangsa. Nasionalisme dapat meningkatkan kesadaran nasional dan rasa memiliki terhadap bangsa dan negara sekaligus dapat memperkuat persatuan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan dan dinamika zaman.
Sementara mencintai tanah air dapat mengembangkan rasa patriotisme dan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Patriotisme ini dapat mendorong individu untuk berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Nasionalisme dan mencintai tanah air dapat meningkatkan solidaritas dan kerjasama di antara masyarakat. Hal ini dapat memperkuat hubungan sosial dan memperkuat kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Terdapat ungkapan dari para ulama, yaitu:
حب الوطن من الايمان
"Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman".
Orang yang mencintai tanah air pasti akan merawat dan menjaganya dengan baik, dengan itu ia akan mampu menghadirkan kemaslahatan dan kesejahteraan kepada sesama, dan itu adalah tugas utama manusia sebagai khalifatullah fil ardl. Tanah air adalah modal asasi dalam mengisi kemerdekaan dan membangun peradaban.
Kelima: Menjaga perdamaian dan stabilitas kehidupan
Sebagaimana tanah air, merawat keamanan dan perdamaian juga merupakan syarat mutlak terlaksananya aktivitas kemanusiaan. Pembangunan apapun tidak mungkin dilakukan di Tengah kondisi masyarakat atau bangsa yang sedang mengalami peperangan atau dipenuhi dengan konflik horizontal.
Agama akan tumbuh bersemai di wilayah negara yang damai sebagaimana negara akan eksis dan diliputi keberkahan jika ditopang oleh spiritualitas dan ajaran agama yang kuat.
Imam al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din menyatakan:
الْمُلْكُ بِالدِّينِ يَبْقَى، وَالدِّينُ بِالْمُلْكِ يَقْوَى
"Kekuasaan atau negara yang ditopang oleh agama akan langgeng, dan agama yang ditopang oleh kekuasaan akan kuat".
Pernyataan ini menegaskan hubungan timbal balik dan saling membutuhkan antara agama dan negara. Negara yang didirikan dan dijalankan berdasarkan nilai-nilai agama akan memiliki dasar yang kuat dan langgeng. Nilai-nilai agama seperti keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan sosial akan menjadi landasan bagi stabilitas dan keberlanjutan negara.
Negara dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi praktik keagamaan, serta mencegah penyimpangan dan penyalahgunaan ajaran agama yang memicu koflik sosial.
Jama’ah shalat Jumat, Rahimakumullah
Melalui mimbar khutbah jumat yang mulia ini, marilah kita ingatkan kembali kepada diri kita dan segenap tumpah darah indonesia agar menjadikan momentum peringatan kemerdekaan Republik Indonesia dengan terus bersyukur melalui upaya kita semua merawat NKRI, menghargai keragaman dan kemajemukan warga bangsa.
Semoga Allah Swt senantiasa melindungi, memberkahi dan menjauhkan diri kita, para pemimpin bangsa dan negara Indonesia dari segala macam bencana, persetruan dan perpecahan serta mewujudkan impian kita menjadikan negeri ini baldatun thayyibatun warabbun ghafur, negeri yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam kemajuan di bawah naungan ampunan Allah Swt. Amin.
2. khutbah Jumat 22 Agustus 2025 meneladani sifat Nabi Muhammad Saw

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Swt
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan kasih sayang yang Allah berikan kepada kita semua. Dalam setiap tarikan napas, dalam setiap langkah yang dimudahkan, dan dalam setiap kesempatan untuk berbuat baik, sesungguhnya kita sedang menikmati karunia dari-Nya yang tak ternilai.
Maka sudah sepantasnya kita bersyukur, atas nikmat-nikmat tersebut. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Rasulullah Muhammad Saw, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa shahbih. Beliau merupakan teladan terbaik yang diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia.
Kesabaran, kejujuran, kasih sayang dan semua sifat mulia lainnya tertanam dalam dirinya. Semoga kita termasuk umatnya yang senantiasa berusaha meneladani akhlaknya dan kelak dikumpulkan bersamanya di surga.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk terus mengajak menumbuhkan iman dan menyuburkan takwa dalam diri kita semua. Takwa tidak hanya sekadar simbol religius, tidak juga sekadar menjalankan ibadah formal, dan takwa juga bisa diartikan sebagai upaya menjaga diri dari yang haram meskipun tak ada yang melihat.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Swt,
Kita hidup di zaman ketika amarah lebih cepat tersebar daripada kasih sayang, dan kata-kata kasar lebih banyak viral dibanding ucapan lembut yang penuh kasih sayang. Sehingga anak muda zaman sekarang tumbuh dalam lingkungan yang lebih sering melihat tontonan viral daripada tokoh teladan.
Ketika budaya saling menjatuhkan, kekerasan, ketidakadilan, dan hal-hal tidak baik lainnya sering terjadi, maka akhlak Rasulullah menjadi sangat penting untuk kita teladani saat ini, mulai dari kelembutan, kasih sayang, kebijakan, dan semua sifat-sifatnya yang mulia.
Bahkan dalam Al-Qur’an, ditegaskan bahwa orang-orang yang mengakui cinta kepada Allah, ia harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Allah Swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran, [3]: 31).
Mengikuti Rasulullah tidak hanya sekadar menunaikan shalat dengan khusyuk atau puasa dengan tekun saja, melainkan juga menghidupkan ruh akhlakul karimah dalam setiap interaksi sosial kita. Ketika kita menjaga lisan dari dusta dan fitnah, itu juga bagian dari ibadah.
Ketika kita menghormati hak tetangga dengan tidak mengganggu ketenangannya, itu bagian dari ibadah. Bahkan senyum tulus kepada saudara kita pun bernilai sedekah di sisi Allah Swt.
Nabi mengajarkan bahwa seorang muslim sejati adalah yang lisannya jujur, perilakunya santun, dan kehadirannya membawa ketenteraman dan kedamaian bagi siapa saja. Maka tidak heran, Al-Qur’an memberikan pujian kepada Rasulullah disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Swt,
Pernah suatu ketika Sayyidah Aisyah ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Lalu beliau menjawab bahwa Rasulullah bukanlah pribadi yang kasar, tidak pula berkata keji, tidak suka berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan.
Sebaliknya, Rasulullah selalu memaafkan dan berlapang dada. Riwayat ini sebagaimana tercatat dalam Musnad Ahmad, yaitu:
كَانَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا سَخَّابًا بِالْأَسْوَاقِ وَلَا يُجْزِئُ بِالسَّيِّئَةِ مِثْلَهَا وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
Artinya, “Nabi adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Nabi tidak pernah berkata keji dan tidak berbuat keji, tidak bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa. Namun ia memaafkan dan berlapang dada.” (HR Ahmad).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Swt,
Kisah ini mengajarkan bahwa akhlak Rasulullah tak sekadar narasi sejarah saja, tapi realitas yang mampu meredakan konflik nyata. Ketika bara pertikaian antarsuku di Makkah, kehadiran Nabi justru menjadi titik temu yang menyatukan hati-hati yang keras.
Hal itu karena ia hadir dengan akhlak yang luhur, dan itulah yang menyelesaikan masalah. Maka hari ini, ketika kita hidup di tengah masyarakat yang mudah tersulut emosi, gampang saling mencela, dan terbiasa menilai tanpa memahami, meneladani Rasulullah tidak lagi perihal idealisme belaka.
Tetapi tentang bagaimana kita bisa hadir seperti Nabi yang hadir dengan membawa ketenangan, memulihkan dan menyatukan orang-orang yang konflik. Tidak hanya di mimbar, tapi di meja keluarga, di ruang kerja, di jalan, hingga di media sosial.
Demikian, semoga khutbah ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk kembali menjadikan Rasulullah sebagai teladan sepanjang zaman, tidak hanya untuk didengar, tapi juga dilanjutkan dalam perbuatan dan laku hidup sehari-hari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
3. Khutbah Jumat 22 Agustus 2025 bahasa Jawa tentang kemerdekaan

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Wonten ing pambuka sidang khutbah ingkang minulya punika, kepareng khatib ngaturaken pepeling kagem kita sedaya. Manggaha kita tansah ningkataken takwa kita, kelawan nindaake perintahe Gusti saha nebihi sedaya awisane. Mugi-mugi kita kalebet golongan ingkang angsal Ridha saking Gusti Allah ta’ala.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artosipun, "Pada (gawa) sanguha sira kabeh, mangka setuhune luwih bagus-baguse sangu, yaiku takwa marang Allah. Lan padha takwaha sira kabeh ing Ingsun (Allah), hei wong kang padha duweni akal," (QS Al Baqarah: 197).
Jamaah sidang Jumat ingkang minulya Saben taun ing tanggal 17 Agustus, kita sedaya, rakyat Indonésia mèngeti Dinten Proklamasi Kamardikan Indonesia. Kabèh péranganing masarakat mèlu partisipasi nganggo carané dhéwé-dhéwé. Wiwit saka ngawontenaken acara tirakatan, umbul donga, lomba-lomba, nganti upacara ing saben-saben instansi.
Menika sedaya, dados wujud raos bungah mèngeti Dinten Proklamasi Kamardikan Indonesia.
Kajaba raos bungah, kanugrahan kamardikan bangsa Indonesia punika kedah dipun wujudaken kanthi ngedalaken raos syukur. Sebab kanthi, ngedalaken raos syukur punika, insyaallah Gusti Allah swt bakal paring tambahing nikmat. Dhawuhipun Gusti Allah wonten ing Al-Qur'an:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artosipun, "Lan elinga, nalika Gusti Allah meruhake marang sira kabeh kang surasane: Sayektine yen sira kabeh padha syukur, Ingsun (Allah) mesti paring tambahan nikmat marang sira kabeh. Lan menawa sira kabeh padha kufur. Awas! saktemene siksa Ingsun (Allah) iku banget larane," (QS Ibrahim ayat 7).
Pramila, supados kita angsal tambahe peparing nikmat lan tebih saking siksane Gusti, manggaha kita tansah padha syukur. Bilih nikmat saking Allah menika arupi kathah sanget. Salah setunggale inggih punika nikmat kita sedaya dipun dadosaken tiyang utawi bangsa ingkang merdeka.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Bilih raos syukur punika, saget dipun wujudaken kanthi 4 (sekawan) perkawis. Kados dene ingkang sampun dipun dhawuhaken Syekh Imam Az-Zarnuji wonten ing kitab Ta'limul Muta'allim bilih 4 perkawis punika: As-syukru billisan, bil jinan, bil arkan, lan bil mal.
Ingkang pertama, syukur bil lisan utawi ngedalaken raos syukur dhateng Allah kanthi lisan. Contonipun kita maos kalimat hamdalah utawi kalimat pujian sanesipun, awit saking raos bungah kita sampun nampi nikmat saking Gusti Allah Swt.
Utawi saget kita wujudaken kalimat maturnuwun dhateng para tiyang khususipun para pahlawan ingkang sampun berjuang mujudaken kemerdekaan bangsa Indonesia. Ngaturake maturnuwun utawi syukur dhumateng para pahlawan punika, sejatosipun ugi sami kalian kita ngedalaken syukur dhumateng Allah ta'ala, ingatase kita saget menikmati alam kemerdekaan.
Kanjeng Nabi Muhammad saw sampun paring dhawuh, wonten ing hadits ingkang dipun riwayatake saking sahabat Abu Hurairah ra:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Artosipun, "Durung (diarani) syukur marang Allah, sapa wonge kang ora syukur (maturnuwun) marang (sapadha) manungsa," (HR Imam Abu Dawud lan Ahmad).
Lajeng, ingkang nomer kalih, syukur bil jinan utawi bil qalbi, yaiku syukur kanthi bungahing ati utawi gadahi rasa bilih sedaya nikmat peparing punika saking Gusti Allah Swt. Dhawuhipun Allah Swt:
وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ
Artosipun, "Utawi barang kang kelawan sira kabeh, nyatane nikmat, mangka iku kabeh saking Allah ta'ala." (QS An-Nahl ayat 53).
Wonten ing kitab Tafsir Al-ibriz juz 11-20 kaca 799 dipun terangake, bilih sekabehane barang kang ana ing langit lan bumi, iku namung kagungane Allah ta'ala dhewe. Lan uga agama sampun aneges taat selawase iya namung kagungane Allah ta'ala dhewe. Pramila, mboten patut menawi kita wedi marang sakliyane Allah lan mboten gelem syukur marang Allah Swt.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kaping tiga, raos syukur punika dipun wujudaken bil arkan (perbuatan). Kamardikan Indonesia punika kita syukuri kanthi nglampahi perkawis kang sahe kangge kemajengan bangsa lan nagara. Sampun ngantos kita malah dados tiyang kang ngrusak negara punika kanthi tindakan kang awon lan ngrugiake negara, kaya dene korupsi lan sanesipun.
Lan ingkang terakhir, syukur punika saget dipun wujudaken bil mal, utawi ngangge bandha. Semisal, kita dados rakyat angsal kewajiban bayar iuran lan pajak ingkang manfaatipun kangge kemajengan utawi pembangunan nagara. Kosok wangsulipun, ugi ingkang dados pejabat pemerintah, saget manfaatake utawi nggunaake pajak punika kangge kesejahteraan rakyatipun.
Menawi saking elemen kalih punika, saget mlampah kanthi sahe insyaallah nagara Indonesia punika saget dados negara kang maju lan sejahtera. Kosok wangsulipun menawi wonten ingkang mboten amanah, mesti nagara Indonesia punika bakal bubrah, sebab tujuan negara ndadosaken rakyat sejahtera punika mboten saget terwujud.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Kangge mungkasi khutbah punika, mangga kita tansah dedunga mugi kita sedaya, keluarga kita, lan sedaya bangsa Indonesia angsal keberkahan lan rahmat saking Gusti Allah ta'ala. Dipun tebihaken saking sedaya fitnah lan bebaya. Amin ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
4. Khutbah Jumat 22 Agustus 2025 tentang Maulid Nabi Muhammad

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan sekaligus keimanan kepada Allah Swt. Wujud ketaqwaan adalah menguatkan dan melakukan komitmen untuk menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah Swt.
Sedangkan wujud keimanan adalah meningkatkan keyakinan kepada 6 hal yakni yakin pada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari Kiamat, dan Takdir baik dan buruk dari Allah Swt. Iman dan taqwa ini lah yang akan menjadi rambu-rambu dalam perjalanan hidup kita di dunia dan diharapkan kita akan bahagia di akhirat kelak nanti. Amin.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk mentadabburi ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menggambarkan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad Saw.
Hal ini penting untuk meningkatkan keimanan kita kepada Nabi Muhammad yang merupakan manusia mulia, pembawa risalah mulia, yang membawa umat Islam meraih kemuliaan. Terlebih saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan dilahirkannya Nabi Muhammad Saw dan sering disebut sebagai bulan Maulid.
Keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang pertama disebut dalam Al-Qur'an Surat Al Ahzab ayat 56 yakni:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.".
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad. Jangankan kita manusia, Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat kepada Nabi Muhammad. Inilah bukti yang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad di banding manusia lain di muka bumi ini.
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa shalawat dari kita kepada Nabi merupakan wujud berdoa agar diberi rahmat, seperti dengan perkataan, "Allāhumma ṣalli 'alā sayyidina Muḥammad". Sedangkan shalawat dari malaikat berarti memohonkan ampunan dan shalawat dari dari Allah Swt. memiliki tujuan untuk memberi rahmat.
Selanjutnya, keistimewaan Nabi disebutkan dalam Surat Al-Ahzaab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
Artinya: "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah."
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah adalah sosok yang paling pantas diteladani dalam seluruh aspek diri dan kehidupannya. Banyak kisah yang meriwayatkan tentang kemuliaan akhlak dan pribadi Nabi.
Bukan saja kepada para sahabat dan orang-orang dekatnya, namun akhlak mulianya juga ditunjukkan kepada orang-orang yang menyakiti dan membencinya. Keluhuran akhlak nabi ini sesuai dengan misi utamanya diutus oleh Allah yakni untuk memperbaiki akhlak manusia. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ
Artinya: "Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Baihaqi dan Hakim).
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Keistimewaan selanjutnya dari Nabi Muhammad termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 40
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّنَ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Dari ayat ini kita diingatkan bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah Swt di muka bumi ini. Keistimewaan ini harus kita yakini dan jika ada seseorang yang mengaku sebagai Nabi atau utusan Allah Swt di zaman ini dan selanjutnya sampai hari kiamat, maka itu adalah sebuah kepalsuan belaka.
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang menyempurnakan ajaran-ajaran Allah Swt yang telah dibawa oleh para Nabi sebelumnya. Sehingga Islam merupakan agama yang paling sempurna yang harus kita pegang teguh sampai akhir hayat kita.
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنا
Artinya: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS Al-Maidah: 3).
Terkait keistimewaan Nabi dan ajarannya juga disebutkan dalam surat As-Saff ayat 9:
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
Artinya: "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Selanjutnya, keistimewaan Nabi Muhammad disebutkan dalam Al-Qur'an surat Anbiya ayat 107:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Ayat ini menunjukkan bahwa kehadiran Nabi Muhammad Saw di muka bumi ini bukan saja menjadi pembawa rahmat bagi umat Islam saja. Nabi Muhammad dengan Islam sebagai ajarannya, diturunkan ke bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Predikat ini tidak dimiliki oleh nabi-nabi pada umumnya sebelum Nabi Muhammad Saw.
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya yang mengutip Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah diutus sebagai bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia, baik yang mukmin atau bukan. Bagi orang mukmin, dengan berkat keimanan dan amal perbuatannya mereka akan mendapat balasan surga.
Dengan keistimewaan ini, maka kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad merupakan sebuah karunia yang besar yang harus disyukuri dan dirayakan. Terlebih di bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi ini, sudah semestinya kita memperbanyak shalawat dengan mengadakan kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan." (QS Yunus: 58)
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa hendaknya kita sebagai umat Nabi Muhammad bergembira atas kelahiran Nabi yang dalam wujudnya kita rayakan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Selain sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi, peringatan Maulid juga merupakan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan berbagai macam ibadah seperti membaca Al-Qur'an, bershalawat, bersedekah, membaca sirah Nabi, dan juga berdzikir mengingat Allah Swt dalam perayaan tersebut.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Demikian tadi beberapa bukti nyata keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang tidak ada keraguan di dalamnya.
Semoga bisa menambah pemahaman kita dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di yaumil kiamat nanti. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
5. Khutbah Jumat 22 Agustus 2025 maulid Nabi Muhammad Saw

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah Swt dan menjalankan perintah-Nya.
Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.
Jamaah yang dirahmati Allah Swt,
Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Imam al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebab disebutnya pengutusan Nabi Muhammad Saw sebagai rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ialah karena diutusnya Rasulullah ke seluruh dunia di muka bumi ini menjadi sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.
Imam Ibnu ‘Abbas menyebutkan dalam tafsirnya, siapa yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa Nabi dan mensyukurinya, maka ia akan bahagia hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya.
Kasih sayang yang ditebarkan Nabi Saw bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata. Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi Saw berlaku santun dan mengasihi.
Tidakkah kita mengingat bagaimana dahulu Nabi Saw ketika hijrah ke Thaif untuk menghindari permusuhan dari kaumnya, namun ternyata di sana malah mendapat perlakuan yang kasar dan permusuhan yang lebih parah hingga Nabi dilempari batu.
Kala itu, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi, apabila dibolehkan maka ia akan membenturkan kedua gunung di antara kota Thaif, sehingga orang yang tinggal di sana akan wafat semua. Namun apa sikap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam? Nabi berucap andai mereka saat ini tidak menerima Islam, semoga anak cucu mereka adalah orang yang menyembah-Mu ya Allah!
Dikisahkan juga dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, pada suatu hari, datang seorang sahabat berkata kepada Nabi, “Wahai Nabi! Doakanlah keburukan atau laknat bagi orang-orang musyrik. Kemudian Nabi menjawab, “Sungguh, aku tidaklah diutus sebagai seorang pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat!”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin, kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang.
Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.
Hal ini membuat Nabi Saw sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu.
Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Rasulullah untuk masuk Islam, Nabi pun memaafkannya meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.
Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah Swt, Mengenai sifat memaafkan, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Al-A’raf Ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Saw.
Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Semoga melalui khutbah Jumat 22 Agustus 2025, kamu semakin merasa bersyukur atas nikmat kemerdekaan, memperkuat rasa cinta tanah air, serta meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw dalam setiap sisi kehidupan. Amin.
FAQ seputar khutbah Jumat 22 Agustus 2025
Apa tema utama khutbah Jumat 22 Agustus 2025?
Tema utamanya memadukan dua momen penting, yaitu rasa syukur terhadap HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.Apa manfaat yang ditekankan dalam khutbah Jumat 22 Agustus 2025?
Khutbah ini menekankan pentingnya memperkuat rasa syukur, menjaga persatuan bangsa, serta menjadikan teladan Rasulullah sebagai dasar dalam membangun kehidupan yang damai dan berakhlak.Apakah khutbah-khutbah ini bisa disesuaikan dengan kondisi jamaah di masjid masing-masing?
Tentu. Khutbah yang ada dalam artikel ini bisa digunakan secara langsung maupun disesuaikan dengan kebutuhan jamaah. Khatib dianjurkan menyesuaikan gaya bahasa dan penekanan materi agar lebih mudah dipahami dan menyentuh hati jamaah di wilayah masing-masing.