4 Tantangan Gen Z yang Tidak Dialami Generasi Sebelumnya

- Gen Z mengalami kecemasan sosial akibat paparan media digital, memengaruhi persepsi diri dan kesehatan mental mereka.
- Mereka merasa tertekan untuk sukses di usia muda, meskipun ekspektasi tidak selalu sesuai dengan kenyataan.
- Krisis iklim dan kecemasan masa depan juga menjadi beban yang nyata bagi Gen Z, memengaruhi keputusan gaya hidup mereka.
Generasi Z atau gen Z tumbuh di tengah perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang sangat cepat. Mereka adalah generasi pertama yang benar-benar lahir dan besar dalam dunia digital. Lingkungan seperti ini membentuk karakter gen Z secara unik namun juga membawa tantangan yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya.
Berbeda dengan generasi milenial atau generasi X, gen Z dihadapkan pada ekspektasi yang tumpang tindih. Di satu sisi mereka diminta untuk mandiri secara finansial di usia muda, sementara di sisi lain mereka hidup dalam iklim ekonomi yang tidak stabil dan kompetitif. Selain tekanan ekonomi, tantangan mental dan identitas juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Berikut adalah empat tantangan gen Z yang tidak dialami generasi sebelumnya secara langsung.
1. Kecemasan sosial akibat paparan media digital

Media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup gen Z, tetapi juga menjadi sumber kecemasan yang sulit dihindari. Konten yang terus-menerus memperlihatkan pencapaian, gaya hidup ideal, atau standar kecantikan yang tinggi menciptakan tekanan tersendiri. Perbandingan sosial terjadi hampir setiap hari dan memengaruhi persepsi diri secara drastis, terutama di kalangan remaja dan dewasa.
Berbeda dari generasi sebelumnya yang mengalami interaksi sosial secara langsung dan terbatas, gen Z harus menghadapi ekspektasi publik dari layar ponsel mereka setiap saat. Kehadiran notifikasi, komentar, dan jumlah likes menjadi sumber validasi yang bisa membentuk atau menghancurkan kepercayaan diri seseorang. Akibatnya, banyak dari mereka mengalami overthinking, burnout, dan gangguan kesehatan mental lainnya sejak usia muda.
2. Tekanan untuk sukses di usia muda

Tuntutan untuk sukses di usia muda semakin kuat di era digital. Gen Z tumbuh dengan melihat kisah viral tentang pengusaha muda, selebritas TikTok, atau investor berusia 20-an yang sudah mencapai kebebasan finansial. Hal ini menciptakan persepsi bahwa kesuksesan harus datang lebih cepat dari sebelumnya.
Sayangnya, ekspektasi ini tidak selalu selaras dengan kenyataan. Banyak gen Z yang bekerja keras sambil kuliah, menjalani side hustle, atau bahkan merasa gagal hanya karena belum mencapai sesuatu di usia 25. Beban semacam ini membuat mereka mengalami krisis identitas dan kelelahan mental, meskipun secara objektif mereka masih berada dalam proses perkembangan yang wajar.
3. Krisis iklim dan kecemasan masa depan
.jpg)
Gen Z tumbuh di tengah kekhawatiran akan masa depan planet ini. Perubahan iklim, bencana alam yang semakin sering terjadi, serta berita tentang kerusakan lingkungan menjadi konsumsi harian mereka sejak kecil. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang relatif lebih optimis terhadap masa depan, banyak dari gen Z merasa pesimis dan tidak yakin apakah dunia akan tetap layak huni dalam beberapa dekade ke depan.
Kecemasan ini bukan hanya emosional tetapi juga memengaruhi keputusan gaya hidup mereka. Banyak dari mereka yang memilih untuk tidak punya anak, mengurangi konsumsi, atau terlibat dalam aktivisme lingkungan sejak dini. Ini menunjukkan bahwa tekanan yang mereka alami begitu nyata dan memengaruhi setiap aspek di hidup mereka.
4. Krisis identitas di dunia maya dan nyata

Generasi Z hidup dalam dua dunia sekaligus, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Tekanan untuk menciptakan personal branding sejak remaja melalui konten media sosial menimbulkan kebingungan antara diri yang asli dengan persona online. Banyak yang merasa perlu menyaring kepribadian agar sesuai dengan ekspektasi audiens digital.
Konflik antara dua dunia ini dapat menimbulkan krisis identitas yang tidak ringan. Ketika persona digital terasa lebih diterima daripada jati diri di kehidupan nyata, banyak individu mengalami kebingungan dalam memahami siapa diri mereka sebenarnya. Generasi sebelumnya bisa mengalami fase pencarian jati diri secara privat, sementara gen Z melakukannya di depan publik.
Ada tantangan gen Z yang tidak dialami generasi sebelumnya, seperti keberadaan teknologi, lingkungan yang dinamis, serta nilai-nilai sosial yang berubah cepat. Hal ini membuat gen Z harus beradaptasi dalam kecepatan yang luar biasa. Dengan kesadaran akan tantangan ini, gen Z justru memiliki potensi untuk menciptakan solusi inovatif bagi masalah yang mereka akan mereka hadapi.