Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Trik Penipu yang Menyamar Jadi Kurir, Waspada!

Ilustrasi mengantar paket (Pexels.com/Artem Podrez)
Intinya sih...
  • Minta bayar ongkir/pajak padahal paketnya fiktif- Modus penipuan dengan meminta pembayaran ongkir atau pajak terlebih dahulu, padahal paketnya tidak benar-benar ada.
  • Kirim link “cek resi” yang ternyata phishing- Penipu mengirimkan link palsu untuk cek status pengiriman yang sebenarnya untuk mencuri data pribadi.
  • Meminta foto KTP dan swafoto- Penipu menyamar sebagai kurir untuk meminta verifikasi data penerima paket, namun sebenarnya untuk tujuan ilegal.

Zaman sekarang, siapa, sih, yang gak pernah dapat kiriman paket? Entah itu hasil belanja sendiri, hadiah dari teman, atau malah paket misterius yang gak kita tahu datangnya dari siapa. Saking seringnya menerima paket, kita jadi terbiasa langsung buka pintu atau klik link dari “kurir” tanpa mikir panjang. Nah, ini yang memberi ruang bagi para penipu untuk masuk.

Trik penipuan terus berkembang, dan sekarang banyak banget modus yang menyamar jadi kurir pengantar barang. Awalnya tampak meyakinkan, pakai seragam, bawa catatan pengiriman, bahkan kadang kasih bukti yang kelihatan sah. Tapi ujung-ujungnya, bukan paket yang kamu terima, melainkan masalah. Yuk, kenali empat trik penipu yang sering banget menyamar jadi kurir, supaya kamu gak jadi korban selanjutnya!

1. Minta bayar ongkir/pajak padahal paketnya fiktif

ilustrasi uang yang banyak (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi uang yang banyak (pexels.com/Kaboompics.com)

Ini salah satu modus paling umum. Kamu dihubungi melalui telepon atau chat, katanya ada paket untukmu tapi kamu harus membayar ongkir atau pajaknya terlebih dahulu. Karena seringnya jumlahnya gak seberapa, bekisar 20–50 ribu rupiah, jadi kita berpikir, “Ah, transfer aja deh, biar cepat.” Padahal, kalau benar-benar dicek, kamu sedang tidak punya paket yang sedang dalam pengiriman.

Trik ini mengandalkan impuls dan rasa gak enakan. Kadang si penipu bahkan ngaku dari ekspedisi besar yang kita percaya, jadi kita lebih gampang percaya. Setelah kamu transfer uangnya, mereka langsung hilang, dan kamu baru sadar bahwa paketnya fiktif. Jadi mulai sekarang, biasakan cek dulu nomor resi atau tanya ke pihak ekspedisi resmi sebelum transfer apa pun, ya.

2. Kirim link “cek resi” yang ternyata phishing

Ilustrasi membalas chat (Pexels.com/Roman Pohorecki)
Ilustrasi membalas chat (Pexels.com/Roman Pohorecki)

Modus lainnya adalah mengirimkan link palsu ke WhatsApp atau SMS yang seolah-olah untuk cek status pengiriman. Link-nya biasanya mirip seperti website resmi jasa ekspedisi, tapi kalau diperhatikan baik-baik, ada huruf yang ditambah atau kurangkan. Begitu kamu klik, kamu diarahkan ke halaman yang meminta data pribadi: nama lengkap, alamat, bahkan kadang OTP.

Kalau kamu sampai memasukkan semua info itu, besar kemungkinan datamu langsung dicuri dan dipakai buat kejahatan digital lain. Ini yang disebut dengan teknik phishing. Meskipun terlihat profesional dan rapi, kamu harus curiga kalau link datangnya dari nomor pribadi atau akun mencurigakan. Lebih baik langsung buka aplikasi ekspedisi resmi, jangan melalui link yang dikirimkan.

3. Meminta foto KTP dan swafoto

Ilustrasi mengantar paket (Pexels.com/Norma Mortenson)

Modus satu ini kelihatannya profesional banget. Si pelaku datang pakai atribut kurir dan mengatakan kamu harus verifikasi data penerima paket. Kemudian, dia meminta kamu menunjukkan KTP dan selfie bareng KTP, katanya untuk keperluan sistem. Padahal, ini bisa jadi upaya agar datamu diambil dan dijual di dark web atau dipakai untuk pinjol ilegal.

Kalau kamu gak hati-hati, data itu bisa disalahgunakan dan kamu tiba-tiba ditagih pinjaman online yang gak pernah kamu ambil. Ingat ya, jasa ekspedisi resmi gak pernah minta foto KTP dan selfie bareng dokumen kecuali untuk kiriman tertentu yang memang sangat sensitif, dan biasanya itu pun dilakukan lewat aplikasi resmi. Jadi, jangan sembarangan mengirimkan data pribadi, apalagi ke orang yang tidak bisa menunjukkan ID perusahaan secara jelas.

4. Minta kode OTP untuk verifikasi pengiriman

Ilustrasi bermain hp (Pexels.com/William Fortunato)

Ini juga salah satu modus yang sering banget kejadian. Pelaku akan menghubungi kamu dan mengatakan kalau mereka perlu mengirimkan kode OTP ke HP kamu untuk verifikasi pengiriman. Karena kamu sedang menunggu paket, kamu pikir hal tersebut wajar terjadi. Padahal kenyataannya, OTP itu untuk akses akun kamu di aplikasi tertentu, bisa e-commerce, email, atau bahkan mobile banking!

Begitu kamu mengirimkan kode OTP itu, si penipu bisa langsung mengambil alih akunmu. Dari sana, mereka bisa transaksi pakai saldo kamu, mencuri data penting, atau bahkan menyebar pesan penipuan ke kontakmu. Ingat ya, OTP itu bersifat pribadi dan rahasia. Kurir yang sebenarnya tidak pernah butuh OTP dari penerima barang. Kalau ada yang memaksamu untuk mengirimkan OTP tersebut, bisa dipastikan itu adalah penipuan. Jadi, jangan keburu percaya cuma karena tampilannya mirip kurir asli ya. Soalnya, penipu zaman sekarang banyak yang jago nyamar.

Yang paling penting adalah selalu waspada dan jangan buru-buru kasih informasi apa pun. Pastikan kamu hanya berinteraksi lewat kanal resmi, entah itu aplikasi, website, atau nomor layanan pelanggan. Kalau ada yang mencurigakan, lebih baik tunda dulu dan cek dua kali. Ingat, gak semua yang bawa paket itu beneran kurir. Kadang, mereka adalah orang dengan niat jahat dan ingin memanfaatkanmu saat kamu lengah!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us