Jejak Sejarah di Perut Jakarta, MRT Siapkan Art Gallery di Dua Stasiun

- Temuan artefak akan dipajang
- Beragam penemuan sejarah saat pembangunan MRT
- Gandeng arkeolog UI
Jakarta, IDN Times – Proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A tidak sekadar menggali terowongan bawah tanah untuk menghubungkan satu stasiun ke stasiun lainnya. Di balik dinding beton yang kokoh, proyek ini tengah menyiapkan ruang bawah tanah yang menyimpan lebih dari sekadar pergerakan tapi juga memori.
PT MRT tengah menyiapkan dua stasiun ikonik yakni Stasiun Monas dan Kota yang membuat penumpang menelusuri potongan-potongan sejarah melalui galeri bawah tanah.
"Kita punya dua stasiun yang kita sebut ikonik stasium, yaitu Monas dan Kota. Stasiunnya juga cenderung lebih luas, lebih panjang. Nah, yang Monas itu nanti kita juga ada semacam art gallery. Kalau di Kota, bentuknya juga galeri tapi panjang karena memang koridornya panjang," ucap Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Weni Maulina saat menjadi pembicara dalam MRTJ Fellowship Program 2025 di Wisma Nusantara, Kamis (17/5/2025).
1. Temuan artefak akan dipajang

Weni mengatakan saat ini pihaknya menggandeng Dinas Kebudayaan untuk merancang konsep instalasi di kedua stasiun.
Beberapa artefak hasil penggalian jalur MRT akan dipajang di lokasi. Temuan-temuan ini berasal dari kawasan bersejarah, seperti saluran air terrakota, fondasi bangunan kolonial, hingga sisa-sisa rel trem tua di bawah tanah Jakarta.
“Jadi nanti bisa dipasang atau dipajang temuan-temuan yang mungkin nanti sesuai dengan konsep-konsep temanya,” ujar Weni.
2. Beragam penemuan sejarah saat pembangunan MRT

Weni mengungkapkan, art gallery di stasiun akan diisi oleh berbagai temuan sejarah yang ditemukan selama pembangunan MRT berlangsung. Jalur bawah tanah yang melintasi kawasan Gajah Mada hingga Hayam Wuruk ternyata menyimpan artefak berharga yang telah lama terkubur.
“Di jalur Gajah Mada–Hayam Wuruk, kami menemukan saluran terrakota kuno peninggalan zaman Belanda, bahkan rel trem lama,” ungkap Weni dalam pemaparannya.
3. Gandeng arkeolog UI

Penemuan-penemuan tersebut bukan hasil kebetulan semata. Sebelum memulai penggalian besar, tim MRT Jakarta telah menggandeng para arkeolog dari Universitas Indonesia untuk melakukan test pit, yaitu penggalian arkeologis awal yang bertujuan mendeteksi keberadaan artefak atau struktur sejarah yang terkubur di bawah permukaan tanah.
Semua temuan tersebut kini diamankan di gudang khusus dalam koordinasi dengan Dinas Kebudayaan. Bagi MRT Jakarta, pembangunan ini bukan hanya soal kecepatan dan efisiensi, tapi juga tanggung jawab menjaga warisan kota.
“Kami sadar proyek ini melewati kawasan cagar budaya yang sangat sensitif. Banyak bangunan di atas 50 tahun, bahkan masuk Ring 1 seperti Istana Negara. Karena itu, pendekatannya bukan hanya teknis, tapi juga kultural,” kata Weni.