Warisan Kepemimpinan Bima Arya yang Dilanjutkan Dedie Rachim di Bogor

- Infrastruktur ramah lingkungan dan adaptif di era Bima–Dedie, Kota Bogor menjadi salah satu daerah yang cepat beradaptasi dengan penggunaan kendaraan listrik dan penataan infrastruktur.
- Tata kelola transparan dan antikorupsi, Dedie memastikan proses anggaran dan kebijakan tetap transparan serta pencegahan korupsi sebagai prinsip kepemimpinannya.
Bogor, IDN Times – Kepemimpinan di Kota Bogor dari Bima Arya (2014–2024) ke Dedie A. Rachim (2024–2030) bukan sekadar pergantian kursi wali kota, melainkan kelanjutan visi dan program yang sudah dirintis selama satu dekade. Dedie yang sebelumnya menjabat wakil wali kota Bogor mendampingi Bima Arya sekaligus mantan Direktur Pencegahan di KPK selama 13 tahun, mengaku banyak belajar dari gaya kepemimpinan Bima Arya.
Bima Arya dikenal sebagai sosok yang mencintai Kota Bogor dan mampu mengubah aspirasi warga menjadi kebijakan nyata. Dedie pun membawa gaya kepemimpinan yang menggabungkan ketegasan birokrasi dengan kedekatan pada warga.
“Kalau Pak Bima, orang yang cukup bagus, mencintai Kota Bogor, dan bisa menerjemahkan harapan serta impian masyarakat. Saya belajar bagaimana mengelola birokrasi, mengajak peran serta masyarakat, dan memastikan anggaran mendukung proses hingga harapan jadi kenyataan,” ujar Dedie Rachim dalam 'Ngobrol Seru by IDN Times', Kamis, (14/8/2025).
1. Infrastruktur ramah lingkungan dan adaptif

Pada era Bima–Dedie, Kota Bogor menjadi salah satu daerah yang cepat beradaptasi dengan penggunaan kendaraan listrik dan penataan infrastruktur seperti Jembatan Otista, jalan R3, serta revitalisasi pasar. Dedie berkomitmen melanjutkan proyek-proyek ini dengan tambahan sentuhan berkelanjutan.
“Kota Bogor harus beradaptasi dengan teknologi dan tuntutan zaman, termasuk transportasi ramah lingkungan. Infrastruktur kita harus memudahkan warga, bukan sebaliknya,” kata Dedie.
2. Tata kelola transparan dan antikorupsi

Pengalaman Dedie di KPK membentuk gaya kepemimpinannya yang tegas dalam pencegahan korupsi. Selama menjadi wakil wali kota, ia memastikan proses anggaran dan kebijakan tetap transparan. Kini, ia melanjutkan prinsip tersebut sebagai wali kota.
“Transparansi bukan pilihan, tapi kewajiban. Setiap rupiah anggaran harus kembali ke masyarakat,” kata Dedie.
3. Pemerintahan yang dekat dengan warga

Bima Arya dan Dedie dikenal kompak turun ke lapangan, mendengar keluhan warga secara langsung. Gaya ini tetap dipertahankan Dedie pada periode kepemimpinannya bersama sang wakil, Jenal Mutaqin.
“Kepemimpinan itu bukan hanya soal duduk di balik meja, tapi hadir di tengah warga. Itulah cara membangun kepercayaan,” kata Dedie.