652 Anak di Nigeria Tewas akibat Malnutrisi dalam 6 Bulan Terakhir

Jakarta, IDN Times - Dokter Lintas Batas (MSF), pada Jumat (25/7/2025), mengungkapkan bahwa sedikitnya 652 anak telah meninggal akibat kekurangan gizi di negara bagian Katsina, Nigeria, dalam 6 bulan pertama 2025. Kematian tersebut terjadi akibat pemotongan dana dari donor internasional.
“Saat ini kita menyaksikan pemotongan anggaran besar-besaran, terutama dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa (UE), yang berdampak nyata pada pengobatan anak-anak yang kekurangan gizi,” kata organisasi kemanusiaan medis tersebut.
1. Wabah penyakit dan ketidakamanan semakin memperparah situasi
MSF mengatakan, jumlah anak-anak di Katsina yang mengalami malnutrisi parah telah meningkat sekitar 208 persen tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir Juni, hampir 70 ribu anak yang menderita malnutrisi telah menerima perawatan medis dari tim MSF. Namun, kebutuhan soal pencegahan dan pengobatan malnutrisi di Nigeria utara sangat besar dan mobilisasi bantuan secara mendesak diperlukan.
Sejumlah faktor lain turut memperparah malnutrisi, seperti merebaknya wabah penyakit yang dipicu oleh rendahnya cakupan vaksinasi, serta terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap layanan kesehatan dasar. Selain itu, berbagai indikator sosial ekonomi yang rumit akibat situasi ketidakamanan dan kekerasan ikut memperparah kondisi tersebut.
Serangan bandit juga semakin merajalela di Katsina. Pemerintah, bersama kelompok penjaga keamanan sipil setempat, hingga kini masih kesulitan untuk menghentikan aktivitas mereka.
2. WFP tidak punya cukup dana untuk lanjutkan bantuan
Pada Rabu (23/7/2025), badan pangan PBB (WFP) mengumumkan bahwa mereka terpaksa menghentikan bantuan pangan dan gizi di wilayah timur laut Nigeria pada akhir Juli karena kekurangan dana.
“Kami akan menghadapi kenyataan yang menyedihkan, yakni harus menghentikan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di wilayah yang hancur akibat konflik," kata kepala regional WFP, Margot van der Velden.
Ini berarti bahwa lebih dari 1,3 juta orang di Nigeria akan kehilangan akses terhadap bantuan pangan dan gizi, dan sebanyak 150 klinik gizi di negara bagian Borno di wilayah timur laut kemungkinan akan ditutup. Selain itu, 300 ribu anak berisiko mengalami malnutrisi parah, sementara 700 ribu pengungsi akan kehilangan sumber daya untuk bertahan hidup.
3. Nigeria anggarkan Rp2 triliun untuk topang sektor kesehatan tahun ini
Selama bertahun-tahun, Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) telah menjadi tulang punggung respons kemanusiaan di timur laut Nigeria, membantu berbagai organisasi nonpemerintah dalam menyediakan makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan bagi jutaan orang.
Sayangnya, pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, telah memangkas bantuan luar negeri dan membubarkan USAID, menuduh lembaga tersebut melakukan pemborosan dan penipuan serta mendukung agenda liberal. Beberapa donor Barat lainnya juga turut memangkas pengeluaran untuk bantuan internasional.
Sebagai respons atas kekurangan dana tersebut, pemerintah Nigeria telah menganggarkan 200 miliar naira (sekitar Rp2 triliun) tahun ini untuk menopang sektor kesehatan.