Eks Presiden Nigeria Muhammadu Buhari Meninggal Dunia Usia 82 Tahun

- Buhari berkuasa lewat kudeta pada 1983 dan tiga kali kalah dalam pemilihan umum.
- Kekuasaannya dikenang lewat program "Perang Melawan Indisipliner" dan larangan impor beras yang memicu krisis ekonomi.
- Pemerintahannya diwarnai oleh krisis ekonomi, kekerasan yang meluas, serta julukan "Baba Go Slow".
Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, meninggal dunia di London, Inggris pada usia 82 tahun. Menurut pernyataan resmi, ia wafat pada hari Minggu (13/7/2025), setelah menderita sakit berkepanjangan.
Buhari adalah mantan jenderal yang pernah memimpin melalui kudeta sebelum kembali berkuasa sebagai presiden sipil. Presiden saat ini, Bola Tinubu, telah mengutus perwakilan untuk mendampingi kepulangan jenazahnya dari London. Rencananya, ia akan dimakamkan di kampung halamannya sesuai dengan syariat Islam.
1. Sempat berkuasa pada 1983 lewat kudeta
Lahir di Daura pada 17 Desember 1942, Buhari memulai karier militernya pada usia 19 tahun. Ia pertama kali merebut kekuasaan sebagai penguasa militer melalui sebuah kudeta pada akhir 1983.
Pemerintahan militernya selama 20 bulan dikenang lewat program "Perang Melawan Indisipliner" yang tegas. Sekitar 500 politisi dan pejabat dipenjara di bawah kampanye antikorupsi tersebut.
Rezimnya juga menerapkan dekrit yang membatasi kebebasan pers dan menyebabkan sejumlah jurnalis dipenjara. Pegawai negeri yang tidak disiplin dihukum dengan cara dipermalukan di depan umum, seperti melakukan lompat kodok.
Kekuasaannya berakhir pada Agustus 1985 setelah digulingkan dalam kudeta militer oleh Jenderal Ibrahim Babangida. Akibatnya, Buhari sempat mendekam di penjara selama 40 bulan sebelum akhirnya dibebaskan, dilansir BBC.
2. Buhari tiga kali kalah dalam pemilihan umum
Setelah tiga kali gagal dalam pemilihan umum, Buhari akhirnya memenangkan kursi kepresidenan pada 2015. Kemenangannya menjadi momen bersejarah karena ia adalah kandidat oposisi pertama di Nigeria yang berhasil mengalahkan presiden petahana.
Ia menampilkan citra baru sebagai "demokrat yang bertobat", menukar seragam militer dengan pakaian tradisional. Popularitasnya meroket berkat janji memberantas korupsi dan menumpas pemberontakan Boko Haram.
Presiden Tinubu, dalam pernyataan resminya, memberikan penghormatan atas warisan kepemimpinan Buhari.
"Dia berdiri tegar di masa-masa paling bergejolak, memimpin dengan kekuatan yang tenang, integritas yang mendalam, dan keyakinan yang tak tergoyahkan pada potensi Nigeria. Dia memperjuangkan kedisiplinan dalam pelayanan publik, menghadapi korupsi secara langsung, dan menempatkan negara di atas kepentingan pribadi di setiap kesempatan" ujar Tinubu, dikutip dari CNN.
Meskipun demikian, ia mendapat julukan "Baba Go Slow" atau "Bapak Lamban" di awal pemerintahannya. Julukan tersebut muncul karena ia membutuhkan waktu hingga enam bulan untuk menunjuk jajaran kabinetnya.
3. Pemerintahan Buhari diwarnai krisis ekonomi
Masa pemerintahan Buhari diwarnai oleh krisis ekonomi terburuk di Nigeria dalam beberapa dekade, termasuk resesi. Kondisinya diperparah oleh kesehatannya yang menurun, yang membuatnya sering absen untuk menjalani perawatan medis di London.
Salah satu kebijakan ekonominya yang paling disorot adalah larangan impor beras untuk mendorong pertanian lokal. Namun, produksi dalam negeri tidak mencukupi sehingga harga satu karung beras 50 kg melonjak drastis dari 7.500 naira (sekitar Rp79 ribu) menjadi 60 ribu naira (sekitar Rp640 ribu), dilansir BBC.
Analis ekonomi, Bismarck Rewane, menilai Buhari penuh curiga terhadap kebijakan pasar bebas.
"Pada 1983, Buhari merasa ditipu ketika diminta oleh IMF untuk mendevaluasi Naira dan menghapus subsidi. Sejak saat itu, dia curiga terhadap kebijakan pasar bebas dan butuh waktu lama untuk melakukan sesuatu. Ketika dia melakukannya, dampaknya terlalu kecil, terlambat, dan tidak optimal" kata Rewane kepada CNN.
Di bidang keamanan, kekerasan justru meluas dari wilayah timur laut ke bagian lain negara. Pemerintahannya harus menghadapi serangan dari kelompok bandit bersenjata di barat laut dan kelompok separatis di tenggara, dilansir Strait Times.