Iran Mau Tutup Selat Hormuz Usai Serangan AS

- Iran dan Houthi dianggap bisa serang kapal perdagangan, meningkatkan ketegangan di Laut Merah dan Teluk Aden.
- Ketegangan antara Israel dan Iran mendorong lonjakan tarif dan harga energi global.
- Operator kapal menghadapi kewaspadaan tinggi di Selat Hormuz, sementara Iran mempertimbangkan penutupannya.
Jakarta, IDN Times – Ketegangan di kawasan Teluk melonjak setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025). Parlemen Iran mendukung langkah penutupan Selat Hormuz sebagai respons terhadap serangan tersebut, menurut media negara Iran. Ancaman terhadap pelayaran komersial di sekitar Semenanjung Arab juga meningkat tajam.
Dilansir dari Politico, keputusan akhir mengenai penutupan selat berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Organisasi pemilik kapal terbesar di dunia memperingatkan bahwa situasi ini dapat memperburuk risiko di jalur pelayaran penting global tersebut. Meskipun tanggapan langsung Iran masih belum jelas, ketegangan di kawasan sudah memicu kekhawatiran luas.
1. Iran dan Houthi dianggap bisa serang kapal perdagangan
Jakob Larsen dari Dewan Maritim Baltik dan Internasional (Bimco) mengatakan ancaman kelompok milisi Yaman yang didukung Iran, Houthi, terhadap pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden kini meningkat. Kelompok tersebut menargetkan kapal dagang yang berafiliasi dengan Israel atau AS. Namun ia menyebut bahwa serangan terhadap kapal non-afiliasi tidak bisa dikesampingkan.
Larsen menyebut kapal perang AS dan kapal dagang yang terkait Israel atau AS kemungkinan besar menjadi target utama. Ia memperingatkan Iran bisa saja melancarkan serangan terhadap kapal komersial di Selat Hormuz. Rudal atau drone antikapal, baik dari udara maupun permukaan, bisa digunakan dalam serangan itu.
Ia mengatakan penempatan ranjau laut akan menjadi eskalasi yang sangat berbahaya. Meski demikian, niat Iran untuk melakukannya masih dipertanyakan karena dapat membahayakan kapal yang berafiliasi dengan Iran sendiri. Selain itu, dampaknya terhadap lingkungan bisa sangat besar.
2. Ketegangan buat lonjakan tarif dan harga energi global

Dilansir dari CNBC Internasional, Selat Hormuz disebut sebagai salah satu titik pengiriman minyak paling vital di dunia. Jika pasokan energi tidak bisa melintas, harga energi global bisa melonjak, biaya pengiriman meningkat, dan distribusi pasokan terganggu. Pada 2023, rata-rata 20,9 juta barel minyak per hari mengalir melalui jalur ini.
Konflik yang memanas antara Israel dan Iran telah membuat tarif pengiriman naik drastis. Tarif spot dari Shanghai ke Jebel Ali melonjak 55 persen dalam sebulan, menjadi 2.761 dolar AS per FEU. Sementara itu, tarif kapal tanker sangat besar dari Timur Tengah ke China naik 154 persen dalam seminggu.
Tarif kapal tanker LR2 Timur Tengah-Jepang juga naik 148 persen, dan tarif kapal gas VLGC naik 33 persen. Biaya tambahan ini disebabkan kebutuhan keamanan ekstra dan bahan bakar yang lebih mahal. Selain itu, kapal perlu mempercepat pelayaran saat melewati zona berisiko.
Tarif asuransi kapal yang melintasi Selat Hormuz ikut meroket. Kenaikannya tercatat lebih dari 60 persen untuk perlindungan lambung dan mesin kapal. Semua faktor ini menunjukkan efek ekonomi langsung dari meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
3. Operator kapal dan Iran saling lontarkan sikap tegas

Juru bicara perusahaan pelayaran dan transportasi peti kemas global asal Jerman, Hapag Lloyd, mengatakan tingkat kewaspadaan di Selat Hormuz sangat tinggi.
“Kami masih melintasi Selat Hormuz. Tingkat kewaspadaan tinggi, dan situasi dapat berubah setiap jam,” katanya.
Operator pelayaran asal Denmark, Maersk menangguhkan aktivitas di pelabuhan Haifa, Israel, yang menjadi target rudal Iran meski belum mengalami kerusakan. Larsen menyebut perlindungan angkatan laut untuk kapal dagang sangat terbatas. Kapal tanpa afiliasi dengan Israel atau AS bisa saja tidak mendapat pengawalan.
Bimco meminta pemilik kapal meninjau ulang strategi keamanan mereka. Langkah yang disarankan termasuk menghindari pantai Iran, menjaga kontak dengan angkatan laut lewat Angkatan Laut Kerajaan Inggris (UKMTO), dan melaporkan aktivitas mencurigakan. Pemilik juga diminta memastikan kesiapan menghadapi kerusakan.
Esmail Kosari, anggota parlemen Iran, mengatakan bahwa penutupan Selat Hormuz masih dalam pertimbangan dan akan dilakukan kapan pun dianggap perlu. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa berbagai opsi tersedia bagi Iran.
Dilansir dari Al Arabiya News, Selat Hormuz memiliki lebar 33 km pada titik tersempit. Jalur pelayarannya hanya 2 mil di masing-masing arah dan menyalurkan sekitar 30 persen pengiriman minyak laut dunia. Wilayah ini juga memenuhi 20 persen kebutuhan minyak dan gas global.